Chapter 5

Beberapa jam kemudian, suara deru kendaraan kembali terdengar memasuki pelataran rumah.

Hal itu menunjukkan jika Arnold dan Ning telah kembali dari perbelanjaannya membeli semua perlengkapan bayi.

Sedikit heran juga sebab mereka menghabiskan waktu yang cukup singkat untuk mendapatkan semuanya.

'Mungkin karena ibu sudah pernah mempunyai anak jadi dia tidak membutuhkan waktu lama untuk memilih semua barang-barang itu.' pikir Mira.

Mira pun bergegas menghampiri mereka untuk meminta susu formula beserta botol susu agar bisa memberikan susu itu dengan cepat untuk bayi di gendongannya.

Kebetulan bayi itu sudah mulai menangis sejak tiga puluh menit yang lalu.

"Mas, mana susu dan botolnya? Biar aku buatkan, sepertinya bayi ini juga sudah sangat lapar." ucap Mira pada suaminya.

Arnold pun bergegas mengambil kantong yang berisi susu formula dan juga botol yang diminta oleh istrinya.

"Boleh tolong gantikan menggendong bayi ini sebentar, aku tidak bisa membuat susu sambil menggendong bayi." pinta Mira lagi.

Arnold pun dengan sukarela menggantikan Mira dan membiarkan wanita itu pergi ke dapur dan membuatkan susu untuk anaknya.

Dapat Mira dengar gumaman dari sang mertua sesaat sebelum dirinya benar-benar pergi, perempuan paruh baya itu berkata,

"Dasar manja!"

Namun Mira tidak mengambil pusing ucapan itu, toh memang sudah biasa mertuanya itu berkata sesuka hatinya.

Pertama-tama wanita itu menjerang air di atas kompor, sambil menunggu air yang dia masak itu matang, Mira dengan seksama membaca panduan cara membuat susu formula di kemasannya.

Kemudian mulai melakukan semua seperti yang tertulis setelah air yang dia panaskan mendidih.

Usai susu formula itu jadi, Mira bergegas menghampiri suaminya di dalam kamar.

Dapat Mira dengar jika bayi itu mulai menangis lagi, mungkin dia memang benar-benar sudah sangat lapar.

Segera saja Mira menaruh ujung botol susu itu di bibir mungil bayi dalam dekapan Arnold yang langsung disambut dengan hisapan kuat dari bayi itu.

"Kasihan sekali kamu nak, kamu sampai begitu kelaparan begitu."

"Maafkan ayah nak." ucap Arnold yang seketika membuat Mira memicingkan matanya.

Satu persatu praduga buruk mulai hadir di hati dan pikirannya tentang Arnold.

'Apa secepat itu nalurinya sebagai seorang ayah muncul? Padahal tadi saat aku membangunkannya untuk membeli keperluan bayi ini dia tampak begitu keberatan!' batin Mira bertanya-tanya.

Tidak butuh waktu lama untuk bayi itu menghabiskan sebotol susu yang Mira buat sebab dia memang sudah merasa lapar.

Begitu juga setelahnya yang tidak membutuhkan waktu lama untuk dia tertidur sebab telah telah merasa kenyang.

"Bentar ya Mir, mas taruh dia dulu di ranjang." ucap Arnold sambil membawa bayinya menaiki tempat tidur mereka.

"Loh, memangnya kamu nggak beli ranjang khusus bayi mas?" tanya Mira.

"Enggak Mir, kata ibu cuma buang-buang uang aja beli begituan."

Jawaban Arnold itu lagi-lagi membuat Mira mencebikkan bibirnya sambil berkata dalam hati,

"Lagi-lagi ibunya! Heran, nurut banget sih Arnold ini sama ibunya."

"Tapi nggak apa-apa, aku juga mau lihat selama apa dia kuat satu ranjang dengan bayi yang dia adopsi itu."

"Mas, dia itu laki-laki atau perempuan si?" tanya Mira kembali setelah Arnold selesai menidurkan anaknya.

"Memang kamu nggak mengeceknya?"

"Kalau aku ngecek ngapain aku nanya!"

Terlihat Arnold menggaruk kepalanya yang Mira yakin tidak gatal sama sekali, semua itu hanya bentuk salah tingkah yang sedang dirasakan oleh suaminya itu.

"Dia laki-laki Mir." ujar Arnold sambil terkekeh pelan.

"Terus namanya siapa?"

Pria itu kembali terdiam usai mendengar pertanyaan istrinya, memikirkan jawaban apa yang sekiranya dapat dia berikan dan juga masuk logika istrinya.

"Ah, eumh, sebenarnya dia belum punya nama Mir!" lirih Arnold setelah beberapa saat dia diam dan menimang-nimang jawaban yang akan dilontarkan dari mulutnya.

"Kok belum punya nama?"

"Ya, sebenarnya dia baru saja keluar dari rumah sakit saat aku membawanya. Jadi wajar kalau dia belum punya nama."

Mira menganggukkan kepalanya setelah mendengar perkataan suaminya, meskipun otaknya mulai mencium sesuatu yang tidak beres pada suaminya namun dia mencoba mengalihkan pembicaraan dengan mendiskusikan nama yang mungkin cocok untuk bayi mungil itu.

Toh tanpa Arnold bicara juga dia dapat mencari tahu semuanya sendiri, dan tentunya akan lebih akurat info yang anak buahnya sampaikan dari pada Arnold sendiri yang bicara.

Sebab bisa saja pria itu menambahkan beberapa kebohongan dalam setiap ceritanya, hanya semata-mata agar dia tetap terlihat baik dimata semua orang terutama Mira.

"Ya sudah, sekarang pikirkan siapa nama yang cocok untuk bayi ini?"

"Eum ... Bagaimana kalau Arion?"

Mira menatap Arnold dengan tatapan penuh tanda tanya, dia seakan sedang bertanya kenapa harus nama itu?

"Aku ingin memberinya nama Arion karena dia adalah Bayu laki-laki yang sangat mempesona dan memikat hati!" jelas Arnold.

'Kenapa aku merasa bayi itu sangat istimewa untuk Arnold?' batin Mira.

Semua itu terbukti dengan binar mata suaminya yang terlihat sangat bahagia saat menyebutkan nama yang akan dia beri untuk anak yang dibawanya pagi tadi.

Entah kenapa Mira semakin yakin jika ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh suaminya.

Dia juga yakin jika sesuatu itu berhubungan erat dengan bayi yang saat ini ada di atas ranjang tidurnya bersama sang suami.

"Baiklah, berarti nama pria kecil itu adalah Arion!" ujar Mira dengan senyum mengembang di kedua sudut bibirnya.

Perempuan itu memang sangat pandai menyembunyikan perasaannya dan dapat mengontrol raut wajahnya dengan baik sehingga tidak ada yang bisa mengetahui yang sebenarnya sedang dia rasakan atau dia pikirkan.

"Mas, aku merasa sangat lelah hari ini. Bolehkah aku beristirahat sebentar?"

"Bo-"

"Tidak ada istirahat-istirahat! Pekerjaan rumah sudah menanti Mira, tidak ada waktu untuk bermalas-malasan!"

Lantang suara Ning memotong ucapan Arnold dan menyahuti ucapan Mira, menantunya.

"Tapi bu, sepertinya Mira benar-benar kelelahan. Biarlah dia istirahat dulu sebentar, lagi pula pekerjaan rumah itu kan tidak harus dikerjakan secepatnya."

Perkataan Arnold itu benar-benar membuat Mira menatap tidak percaya pada pria yang menjadi suaminya itu.

Wajar saja sebab baru kali ini dia membela istrinya dihadapan ibunya.

"Ibu nggak mau tahu! Satu jam lagi teman-teman ibu akan datang, pokonya rumah ini harus sudah bersih!"

"Ibu tidak mau teman-teman ibu merasa risih dan tidak nyaman di rumah ini, jadi Mira harus segera membersihkannya!" ucap Ning.

Seperti biasa, ibu mertuanya itu memang tidak bisa dibantah!

Semua yang dia katakan itu bersifat mutlak dan tidak bisa dibantah!

Hal itu membuat Mira mau tidak mau kembali mengangkat tubuhnya dan berjalan perlahan keluar dari kamar.

Namun baru beberapa langkah dua berjalan, suara tangis Arion terdengar begitu nyaring di telinga.

Bahkan Mira sendiri tanpa sepengetahuan siapapun langsung mengangkat sudut bibirnya.

Namun bukan berhenti dan kembali menghampiri bayi laki-laki itu, Mira justru terus berjalan melenggang ke dapur.

Berpura-pura tidak mendengar suara tangis Arion.

Dua hari kemudian, Mira mendapatkan kabar dari Adnan.

Orang kepercayaannya yang dia suruh untuk mencari tahu semua tentang Arion, bayi mungil yang baru berusia beberapa hari yang Arnold bawa.

Rupanya informasi yang diberikan oleh Adnan benar-benar sangat mengejutkan!

Bagaimana tidak?

Dari hasil penelusuran yang dilakukan Adnan, ternyata Arion adalah anak kandung Arnold bersama seorang wanita yang menjalin hubungan dengan suaminya tanpa ikatan pernikahan.

Bayi itu dibawa oleh Arnold sebab wanita itu tidak ingin mengurusnya, sehingga mau tidak mau Arnold lah yang harus merawat bayi itu.

Secara kebetulan juga wanita yang bernama Arumita itu tahu jika keluarga Arnold sangat menginginkan keturunan, jadi dia dapat dengan mudah membuang anak itu dan memberikannya pada Arnold setelah mereka keluar dari rumah sakit.

Adnan juga memberitahu Mira jika kepergian Arnold satu Minggu ke belakang itu karena menunggui Mita yang memang sudah waktunya melahirkan.

'Oh, jadi kemarin dia pergi untuk menemui dan menemani selingkuhannya?'

'Enak sekali dia, dia yang berbuat tapi aku yang disuruh mengurus anak hasil perbuatan haramnya.'

'Kamu benar-benar ingin bermain-main denganku Arnold!'

'Tidak tahu saja kalau aku sebenarnya bukan wanita baik-baik, tapi aku akan memperlakukan seseorang dengan lebih baik jika dia juga memperlakukan hal-hal baik padaku!' ucap Mira dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Murni Bpn

Murni Bpn

mantap Mir,sdh saaatnya tunjukan siapa dirimu,jgn gara2 cinta dirimu dijadikan sampah mrk,

2025-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!