Lagi, bekas tamparan yang sebelumnya membekas akibat tangan kekar itu, kini kembali menorehkan rasa panas terbakar yang baru.
Netra lelah itu terpejam berair, menekuk kaki yang dipijak dengan kuat oleh Alfonso. Alfonso menekan kaki mungil itu kuat seakan ingin mematahkannya.
Sophia menerima hukuman itu karena kaki nakal itu tidak pernah berhenti, berdiam menetap didalam rumah.
"Selangkah kau mendekati pintu, aku akan benar benar mematahkan kakimu!"
Alfonso pergi setelah menyelesaikan pelajarannya kepada sepasang kaki kecil itu.
"Aku tidak merepotkannya, Aku juga tidak mengganggunya, aku hanya bosan dan mengerjakan pekerjaan di halaman, mengapa itu juga salah" lirih Sophia.
"Siapapun dan dimanapun ibuku, aku ingin bercerita, Ibu aku sangat lelah. Aku selalu membuat suamiku marah dan membenciku" Lamun nya.
Dengan langkah terseok seok ia berjalan menuju tempat pembaringan nya seperti biasa. tangan kecil nan hangat itu mengelus elus pergelangan kaki nya yang membiru bekas tekanan sepatu kokoh Alfonso.
Bodoh? Lemah? tentu saja itu julukan yang tepat untuk Sophia. Tetapi apa yang harus dia lakukan? Ia hanya memiliki Alfonso satu satunya dihidupnya.
Netra lelah itu menangkap kemasan misterius yang berada didepannya. Diatas meja. Ia yakin saat ia membersihkan rumah pagi itu, tidak ada barang itu disini.
"Apakah Alfonso yang membawanya? Apa itu?" bingung Sophia.
Tangannya beralih membuka gulungan kemasan itu, dan tiba tiba saja netra itu terlihat berbinar. Dalam sekejap ia melupakan kepiluannya tadi berganti dengan senyuman merekah dan binaran dimatanya.
"Suamiku membawakan aku ini, dia memberikan permintaanku, Ibu lihatlah dia sangat perduli kepadaku!!" Seru Sophia dengan bersemangat.
"Wah penerang yang ini bisa diletakkan disini, Wah apa ini? coraknya berbeda, aku pikir ini bisa digantung, Heyy ada penerangan didepan, aku pikir ini cocok diletakkan didepan pintu masuk, Apa yang ini bisa berdiri?" Celoteh Sophia dengan raut dan suara cerianya.
"Baiklah mari kita buat rumah menyeramkan ini penuh dengan cahaya!" seru Sophia.
Setelah memasang berbagai macam penerang di berbagai sudut dan tempat, Sophia berbaring terlentang dilantai dingin itu.
"Huh lelahnyaa, Baiklah kita hanya perlu memberikan sedikit percikan api sebagai pemicunya, dan selesai" gumamnya.
Hari semakin bergulir senja. Ia menghabiskan banyak waktu untuk memasang beberapa penerangan itu. Dengan kaki yang terluka tidak banyak yang bisa dilakukan. Jadi dengan langkah terseret, ia memasang satu penerangan dan istirahat kemudian memasang penerangan yang lain. Begitulah hingga seluruh penerangan dipasang dengan sempurna.
***
Alfonso melangkahkan kaki tegapnya menuju kediamannya. Langkah nya dan Filips terhenti. Mereka terkejut tidak percaya, bagaimana bisa rumah itu terlihat sangat hidup. Lampu penerangan itu dipasang elok sesuai dengan fungsi dan tempat nya masing masing.
Tetapi tentu saja keindahan itu sangat aneh jika yang menempati kediaman itu adalah monster tanpa belas kasih ini.
"Ini terlihat menggelikan" gumam Filips dalam hati
Tidak ingin terlibat apapun, Filips menunduk dan memberikan penghormatan dan langsung kabur dari tempat indah tersebut.
Alfonso melangkahkan kaki masuk kedalam kediaman. Dan ia disambut oleh senyuman hangat Sophia yang kembali mengatakan hal hal aneh
"Tuan! Bagaimana? cantik bukan? aku menghias rumah ini sendiri, Sekarang aku tidak perlu takut tidur di sini sendirian"
seperti biasa Alfonso hanya diam melewati Sophia tanpa mengatakan apapun.
"Tuan!!! Aku sedang bahagia Tuan, kemarilah aku akan memelukmu agar kau bisa merasakan kebahagiaan yang kurasakan" Celoteh aneh Sophia kembali meracau hal aneh
"Tidak bisakah kau berhenti menawarkan dirimu layaknya seorang jal**g murahan? Apakah kau akan bersikap begitu kepada semua orang yang menemuimu? " ucap jengkel Alfonso.
"Menawarkan apa? aku bahkan hanya berkomunikasi denganmu, aku tidak pernah menawarkan apa apa kepada siapapun, aku tidak mempunyai teman sebelumnya, bahkan saat ini juga" cicit Sophia mengikuti langkah Alfonso
Tangan mungil Sophia memegang penerangan bermotif bunga.
Saat Alfonso membuka pintu, ia langsung menerobos masuk bahkan sebelum Alfonso masuk dengan sedikit menabrak tubuh Alfonso
"APA YANG KAU LAKUKAN?" Bentak Alfonso
"Hehe Tuan, aku ingin memasang penerangan ini dikamarmu, aku menyisakan nya tadi, Kau akan melarang ku masuk kedalam kamarmu, makanya aku menerobos masuk hehe" jelas Sophia tanpa rasa bersalah.
Alfonso tidak berbicara lagi. Netra tajamnya memperhatikan Sophia yang sedang mencari cari tempat yang tepat untuk dia menggantung penerangan indah itu.
Netra Alfonso tidak sengaja menangkap bagaimana cara berjalan Sophia. Gadis itu sedikit terseok seok dalam berjalan.
Alfonso tertegun apakah ini hasil perbuatannya siang itu? ada perasaan aneh yang datang tapi ia segera menepis itu dengan menganggap gadis ini pantas mendapatkannya.
"Tuan, bagaimana? kamarmu terlihat jauh lebih terang sekarang, wah kamarmu bagus juga"
Lamunan Alfonso terbuyar saat celotehan riang Sophia mengagetkannya.
Netra tajam ini memperhatikan setiap sudut kamar. Kini ia dapat melihat jelas barang barang yang tertata rapi dikamar ini.
"hmm tidak buruk. Walaupun disiang hari aku bisa melihat susunan kediaman ini dengan mudah, tetapi jika dilihat saat malam hari terasa memiliki sedikit suasana yang berbeda" gumam Alfonso dalam hati.
Sebelum Sophia datang, ia hanya menghidupkan penerangan seadanya. tidak ada yang berubah, penerangan yang ia punya dulu hanya memberikan remangan yang akan semakin membuat bulu kuduk merinding.
Tetapi ini? dengan penerangan yang berbeda dan bermacam jenis bahkan rumahnya terlihat seperti tempat penitipan anak dikerajaan. Sangat cerah dan berwarna warni.
Alfonso merasa sedang menjaga seolah balita disini.
"Seingatku penjual itu memasukkan beberapa penerangan yang umumnya dipakai orang orang, mengapa si bodoh ini menggantung penerangan berbentuk bunga ini dikamarku, menggelikan, Siapapun pengrajin yang membuat penerangan ini, aku harap hidupmu tidak akan tenang" kesal Alfonso dalam hati
Tetapi tetap saja Alfonso tidak berpikiran ingin menyingkirkan penerangan itu. sepertinya malaikat sedang berbaik hati singgah dihatinya
"Jika kau sudah selesai, keluarlah aku lelah"
Alfonso segera mengutuk kata terakhir yang diucapkannya. Mengapa kau mengucapkan kata sialan itu bodoh sesal Alfonso
"Lelah? kemarilah Tuan, aku akan memelukmu, kau bisa berbagi lelah kepadaku" Kembali Sophia meracau tidak jelas.
Segera saja rahang Alfonso mengeras, mendingin dan siap mengeluarkan ledakannya.
Sophia yang sudah hapal dengan raut wajah itu berlari keluar dengan tawaan kecil menghiasi langkah kaki itu.
"kau terlihat seperti banteng tuan" cicit Sophia dengan tawaan kecil seraya berlari menjauhi gunung api yang akan meledak itu.
"Bodoh" gumam Alfonso seraya membanting pintu
Tidak ada yang pernah seberani ini sebelumnya. Entah terbuat dari apa pikiran dan hati Sophia. Sophia selalu saja bermain main dipinggir jurang yang siap melahap nya.
Walaupun Alfonso tidak jarang menyiksanya, Tetapi Sophia tidak pernah membencinya. Sophia senang, ia memiliki seseorang untuk diajak berbicara.
***
"Aku memerintahkanmu untuk menjauhi priaku" titah suara mendayu itu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments