Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua anggota kerajaan tiba. Semua orang tidak sabar menyaksikan acara sakral dan langka ini. Tidak ada yang menyangka bahwa pria aneh yang sebentar lagi mengikrarkan janji suci ini akan menikah.
Raut setiap anggota kerajaan bermacam - macam. Tetapi dari banyaknya raut wajah yang ditampilkan, raut sendu dan khawatir lebih banyak terlintas di wajah mereka. Mereka khawatir akan keselamatan gadis kecil 19 Tahun yang akan menjadi istri sang panglima.
Pemimpin jalannya pernikahan merupakan orang yang dipercaya memiliki ikatan sakral dengan leluhur dan penguasa langit. Ia melakukan ritual ritual sebagaimana mestinya.
Alfonso dan Sophia berdiri berdampingan menjalankan ritual suci. Alfonso yang setia dengan raut datarnya, dan Sophia yang terus menerus tersenyum manis seraya berdoa agar Penguasa mempertemukan ia dengan orang tuanya.
Semua yang hadir dalam upacara sakral ini terdiam membisu. Wajah menegangkan tergambar jelas dimata Alfonso. Tetapi ia mencoba tidak perduli.
Pikirannya berkelana pada malam sebelum upacara pernikahan. Kaisar memintanya untuk bertemu di tempat rahasia mereka hanya berdua.
"Kau akan menikah besok. Kau tidak boleh menghancurkan jalannya upacara"
"Mengapa kau melakukan ini?" tanya Alfonso. Tidak ada rasa hormat pada ucapannya. Karena memang beginilah mereka berkomunikasi jika sedang menjalankan misi berdua.
"Aku merasa Gadis itu bisa menjadi alat yang baik dan menguntungkan bagi kita. Pelihara dia dan sembunyikan identitasnya. Jangan biarkan orang orang diluar kerajaan melihat wajahnya" bisik kaisar.
Alfonso tertegun
"Alat yang baik? pelihara? apa maksudmu sebenarnya? jika kau mau memeliharanya, kau bisa menyuruh orang lain atau mengangkatnya menjadi pelayan pribadimu, kenapa kau harus melibatkanku" tanya Alfonso
"Jika saatnya tiba, aku akan memberitahukan kepadamu. Simpan baik baik alat ku, kau mengerti? dia senjata yang sangat berguna" bisik kaisar.
"Baik aku akan mengurungnya. Jika ia mengganggu ketenangan hidupku, jangan salahkan aku membuatnya cacat seumur hidup" ancam Alfonso
"Terserahmu Alfonso. Aku tidak perduli apa yang akan kau lakukan kepadanya, yang penting ia harus tetap hidup saat hari itu tiba"
"dan satu lagi, jangan biarkan ia bertemu dengan istri maupun putriku. Kau mengerti?" lanjut Kaisar.
Alfonso tertegun menganggukkan kepalanya serta berjalan meninggalkan Kaisar seorang diri.
Kaisar memandang sendu punggung tegap itu
Ntah apa yang dipikirkannya. Ntah apa rencananya, tidak ada yang dapat menebaknya.
Lamunannya terhenti saat pemuka upacara kerajaan memerintahkan Alfonso mengucap janji sucinya.
Semua orang tertegun mendengar suara tegas Alfonso. Tidak tergambar raut wajah anggota kerajaan yang berubah ubah.
Kecuali raut sang putri kerajaan yang menunjukkan raut tidak bersahabat. Netranya menatap tajam Sophia. Ia akui Sophia memiliki paras yang sangat cantik. Dan jangan lupa senyum selalu terpatri diwajahnya. Tetapi tetaplah. Dimatanya Sophia tetaplah seorang budak.
Sophia mengernyit heran
"janji yang diucapkan sangat indah tapi kenapa tidak ada ketulusan didalamnya, ia seperti sedang membaca pidato saja" pikir Sophia.
Lukas dan istrinya tersenyum bangga kepada Alfonso. Harapan dan doa tidak berhenti ia lafalkan selama jalannya upacara pernikahan. Ia berdoa agar wanita muda di sebelah Alfonso membawa perubahan yang positif bagi Alfonso.
Netra kaisar selalu memperhatikan Sophia. Hatinya berdesir tenang. Hanya dengan melihat wajah Sophia ia merasakan kedamaian.
"Takdir apa yang kau permainkan kepadaku, jangan buat aku berpaling dari jalan yang telah kutempuh" gumam sang kaisar
"Semoga saja ini bukan keputusan yang buruk" lanjutnya, terbesit sedikit perasaan bersalah dihatinya.
Upacara sakral tetap berlanjut. Disaat Sophia mengucap janji, darah Alfonso berdesir. Perasaan hangat tiba tiba menghampirinya. Sophia mengucap janji akan setia kepadanya apapun keadaannya.
Asing. Perasaan ini sangat asing. Tetapi Alfonso segera menepis perasaan itu.
Sepanjang upacara, tidak sedikitpun Alfonso melirik kearah gadis yang telah resmi menjadi istrinya tersebut.
Terik matahari menghiasi hari suci itu.
****
Upacara pernikahan telah usai. Matahari bergerak turun, meninggalkan remangan emas berganti dengan kegelapan. Para tamu dan anggota yang tadi memeriahkan jalannya prosesi suci dan menegangkan itu telah kembali ke kediaman masing masing, mengistirahatkan diri dan bersiap dengan segala aktivitas biasa pada esok harinya.
Pasangan yang baru saja mengikrarkan janji bertolak ke kediaman Alfonso. Sunyi dan hening menemani perjalanan keduanya.
Filips yang senantiasa berada dibelakangnya berjalan mengikuti dengan canggung.
Merasa terganggu dengan kecanggungan ini, Sophia mencoba berkomunikasi dengan Alfonso yang kini menjadi suaminya.
"Apakah rumahmu masih jauh? Kakiku sedikit pegal hehe" racau Sophia
"Apakah orang tuamu tidak datang diacara kita?" lanjutnya
Tidak ada yang menyahut racauan Sophia. Hening.
"kau tau aku pandai memasak, mengerjakan pekerjaan rumah, dan semuanya. aku bisa apapun. Aku tidak akan merepotkanmu Tuan" lanjut Sophia tetapi tidak ada yang menanggapi celotehan nya.
Filips terdiam. Pikirannya berkelana beberapa hari sebelumnya.
"Sebelumnya bukankah wanita ini sangat menentang pernikahan ini, raut wajah ketakutan dan keputusasaannya masih bisa kuingat dengan jelas. Bagaimana bisa berubah dalam beberapa hari? Tuanku memang benar. Sepertinya ia memiliki tujuan yang buruk" pikir Filips.
"Berapa usiamu? Apa kau memang selalu mengikuti suamiku?" Tanya Sophia kepada Filips
Mendengar kata 'suamiku' memantik rasa tidak suka Alfonso. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap tajam Sophia yang menjadi istrinya tersebut.
"Buang pikiran menjijikkanmu, Aku menikahimu hanya karena perintah Kaisar. Berhenti berbicara apapun. Tidak ada yang berubah. Kau tetaplah budak dimataku" tegas Alfonso kejam
Sophia termenung.
"Tenanglah Sophia ingat kata bibi Ma. Ia hanya belum terbiasa" pikir Sophia positif.
Setelah sampai di kediaman Alfonso, Filips meminta izin mengundurkan diri meninggalkan pasangan aneh itu.
Pintu dibuka oleh Alfonso yang langsung memasuki kediaman mengabaikan gadis cantik itu.
Sophia mengikuti langkah Alfonso. Saat pintu terbuka, hanya kegelapan yang bisa ditangkap oleh netra sendu berbinar itu.
"apa ini memang rumahnya? mengapa sangat mengerikan seperti ini? gelap. sangat gelap. Sepertinya ini bukan kediamannya. Bagaimana jika aku ditinggalkan sendiri didalam gudang ini?" pikir Sophia.
langkah kecilnya mengikuti bunyi langkah sang panglima.
Brruukk!
ia menabrak punggung kokoh Alfonso yang tiba tiba saja menghentikan langkahnya.
"Menyingkirlah Sialan!! mengapa kau mengikutiku? enyah kau sebelum aku menebas kepalamu!!" bentak Alfonso seraya mendorong Sophia kuat hingga terhempas mencium lantai yang dingin.
"Jika saja bukan perintah kaisar agung yang menyuruhku memelihara jal**g sepertimu, sudah lama aku membunuhmu" lanjut Alfonso kejam.
Sophia terkejut. Netranya memanas.
"Aku tidak dapat melihat apa apa Tuan. Disini sangat gelap. Aku mengikutimu karena aku takut kau meninggalkanku sendirian disini" lirih Sophia
"Aku tidak perduli, menjauh dariku. Ini kediamanku. Jaga sikapmu, aku tidak pernah menerima mu" tegas Alfonso
"Enyahlah, terserah kau mau tidur dimana, jangan mendekat ke arahku" lanjut nya.
Sophia mencoba menggapai dan mencari cari pintu keluar kamar ini.
"bagaimana bisa dia hidup tanpa penerangan begini?" tanya Sophia dalam hati.
****
jgn lupa vote and like 🫂🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments