Alfonso beralih menjambak rambut hitam legam itu kuat, sangat kuat bahkan Sophia merasa kulit kepalanya akan terlepas
"Kau camkan ini baik baik, Jangan pernah memijakkan kaki keluar dari pintu rumah ini, selangkah lagi kakimu melangkah keluar dari pintu rumah, aku akan mematahkan kakimu" Ancam Alfonso dengan raut wajah mendingin.
"Tuan, aku hanya lapar Tuan, tidak ada apa apa disini, Maafkan aku, aku mohon" lirih pilu Sophia.
"Aku akan menyuruh orang rutin mengantarkan bahan makanan kesini" ucap Alfonso seraya membanting kepala Sophia.
"Katakan kau akan mematuhi perintahku!!" titah Alfonso.
Tetapi Sophia yang masih kesakitan akibat benturan kepalanya tidak menyahut titahan Alfonso.
"Katakan sialan!!!" Bentak Alfonso seraya memijak lengan kiri itu.
"Aarrghhh iya tuan iya aku berjanji, aku tidak akan kemana mana" teriak pilu Sophia.
Alfoso berbaik menuju pintu keluar. Tidak sedikitpun ia kasihan mendengar suara tangisan pilu Sophia.
Alfonso keluar dan membanting pintu.
**
Sophia termenung dengan linangan air mata.
"Jika aku kabur, dimana aku akan tinggal? Bagaimana dengan misi Bibi Ma, Baru satu hari aku berada di dunia luar, pasangan tua yang berada di pasar itu sudah berniat menjualku, huh!! setidaknya pria kejam ini tidak berniat menjualku" pikir Sophia menyemangati hidupnya.
"Ini baru permulaan" lanjutnya lirih.
Perlahan Sophia bangkit meraih tas tenun berisi pakaian dari bibi Ma. Sophia tersenyum
"Setidaknya masih ada yang perduli kepadaku" imbuh sophia.
Ia beralih membuka tas itu dan mengeluarkan beberapa pasang pakaian. Tangan mungil itu tidak sengaja menyentuh sesuatu yang empuk.
"Hei ini roti, wah bibi Ma sangat baik, aku sudah sangat lapar sekali" girangnya
Ia membuka kain pembungkus roti dan segera memakannya. Tidak ada yang spesial dari roti itu. Hanya roti tawar kosong, dan dingin.
Tetapi segalanya akan terasa spesial jika berada di waktu yang dibutuhkan bukan?
Hal ini tidak akan membuat Sophia menjadi sedih. Disaat ia tinggal bersama pamannya, Ia juga tidak dapat memakan makanan enak sepanjang saat.
Apalagi jika Ada prajurit yang sedang berpatroli. Pamannya akan menutup pintu rapat, tidak ada yang boleh keluar pintu.
Alhasil, Sophia bisa menahan lapar hingga 2 sampai 3 hari.
"hmm dimana aku harus meletakkan barang barangku"pikirnya.
Dikediaman Alfonso memiliki beberapa ruangan yang terkunci selain kamar pribadinya. Sehingga Sophia tidak berani memasukinya. Lagi pula Sophia tidak seberani itu ingin meminta sebuah kamar untuknya sendiri.
Di dekat Kursi kayu tempat ia semalam merebahkan diri, terdapat rak laci yang lumayan besar.
"ini tidak dikunci" gumamnya setelah memeriksa.
Sophia menarik pegangan laci dan membukanya. Ia melihat isinya yang hanya terisi oleh beberapa hiasan ukiran unik. Baik itu miniatur, Kalung ukir, dan hiasan lainnya.
"Aku pikir barang di rak ini bisa disatukan dengan rak yang ini" pikir Sophia seraya membenahi apa yang menurutnya cocok.
Setelah itu Sophia beralih menyusun pakaian nya kedalam rak laci bagian bawah.
***
Alfonso bergerak menuju lapangan latihan prajurit. Ia tidak berselera lagi melanjutkan sarapannya. Seperti biasa ia menghabiskan waktunya disana.
Salah satu prajurit menghampirinya
"Tuan, Kaisar meminta Pemuda lagi Tuan" lapor prajurit itu.
"Baik bawa kabar kepasar utama. Disaat aku sampai, mereka sudah harus menyiapkan pemuda itu, atau aku akan memilih sendiri, menyeret anak anak mereka" perintah Alfonso.
Prajurit mengangguk dan beralih pergi setelah memberikan hormat.
***
Hentakan kaki kuda kembali bergema di sepanjang kesunyian pasar.
Tanpa aba aba, seorang pemuda dengan kaki dan tangan terikat dilempar kehadapan Filips dan Alfonso.
Filips turun dari kuda gagahnya, beralih menyeret pemuda itu dan menaiki kudanya bersama.
Filips dan Alfonso serta tawanan baru itu beralih meninggalkan pasar. Semua kembali ke aktivitas semula seolah olah ini merupakan suatu hal yang biasa.
Braakk!!!
Seperti biasa, Alfonso kembali melempar pemuda itu dihadapan Kaisar.
"Yang mulia ini pemuda yang kau butuhkan" titah Alfonso
Kaisar mengangguk memerintahkan pelayan setianya membawa pemuda itu.
"Tinggalkan kami berdua" Perintah sang kaisar.
Filips dan pengawal Kaisar meninggalkan kedua manusia arogan dan tidak punya hati itu.
"Aku mendengar wanita itu membuat masalah kepadamu di dapur umum anggota kerajaan" ucap Kaisar.
"Itu bukan sesuatu penting yang harus menyita waktu kita untuk membahasnya", cuek Alfonso.
"Jangan membunuhnya"
"Mengapa kau terlihat sangat peduli kepadanya? Apa jal**g itu telah menyebarkan sihirnya kepadamu? Apa yang kau rencanakan?" selidik Alfonso
"Bukankah sudah kubilang dia adalah alat yang sempurna, Jika pun nanti kegunaan nya tidak perlu lagi, kita bisa menjual nya dengan harga yang mahal kepada kerajaan seberang"
elak kaisar menghindari tatapan menyelidik Alfonso
"Terserah mu saja, aku tidak akan membunuhnya. Aku hanya bermain main sedikit dengannya. Setidaknya hidupku mempunyai hiburan"
Jelas Alfonso yang berlalu begitu saja dihadapan Kaisar yang sudah terbiasa akan ini.
Alfonso beralih menemui Pelayan yang biasanya menyetok makanan di dapur anggota kerajaan.
"Kirim bahan makanan kerumahku 3 kali dalam seminggu. Jangan berbicara apapun dan melihat apapun" Titah tegas Alfonso.
"Kau lakukan semuanya sendiri, jangan membawa siapa pun dan memberitahu siapapun" lanjutnya
Pelayan itu hanya mengangguk menundukkan kepala. Ia masih menginginkan umurnya panjang.
***
Hari beralih malam. Sophia memasak makanan di dapur kediaman Alfonso. Ia senang sekali. Alfonso menepati ucapannya. Terbukti tadi sore seorang wanita muda memberikan bahan makanan kepadanya.
Sophia ingin mengajaknya berteman, tetapi Gadis yang memakai pakaian khusus pelayan yang bertugas di dapur kerajaan itu tertunduk tidak mengeluarkan suara dan langsung meninggalkan Sophia yang menggantung ucapan terimakasihnya.
"Ada apa dengan gadis tadi? dia ketakutan seperti melihat monster" gumam Sophia
Sophia melanjutkan masakannya.
Setelah semuanya rampung, Sophia menata makanan di atas meja persegi yang dapat menampung 4 orang ini.
"Baiklah sudah siap, tinggal menunggu Tuan Arogan kembali pulang"
Tidak ada raut cemas apapun terhadap siksaan apa yang akan di lakukan Alfonso nanti.
Terdengar langkah kaki mendekat dan suara derit pintu terbuka yang menandakan seseorang baru saja memasukinya.
Sophia berlari dengan semangat menghampiri Alfonso
"Tuan!! Kau sudah pulang? Apa pekerjaanmu menyenangkan? Kemari lah aku sudah memasak makan malam kita. Tadi ada seorang wanita mengantarkan bahan makanan. Terimakasih Tuan" Ucap Sophia semangat
Alfonso berlalu begitu saja tanpa menghiraukan celotehan merdu itu.
Sophia mengejar langkah tegap itu
"Tuan ayolah, sudah kubilang bukan kalau aku pandai memasak, Kau harus mencicipinya"
"Tidak bisakah mulutmu itu diam!!" bentak alfonso seraya menepis tangan Sophia.
"Aku tidak pernah menganggap kau ada disini, lakukan apapun yang kau mau, jangan pernah menggangguku" lanjutnya.
"Tetapi aku.."
Plaakk!!
Tamparan panas Alfonso layangkan ke pipi merona itu.
"Aku lelah dengan urusan diluar, saat pulang kau juga membuatku lelah menghadapi mu. Pergi!! jangan menggangguku" bentak Alfonso
Sophia terdiam memegang pipinya yang terasa terbakar.
...****************...
vote and like yaa🫂🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments