"Hey!!!! Apa yang kau lakukan disini, tanganmu berdarah, Bangunlah!! Kau tidak bisa mati disini dihalaman rumahku, kerajaan bisa berburuk sangka kepadaku!! Bangunlah sialan!!!" Tubuh ringkih dan kumuh itu berguncang seirama dengan gerakan tangan yang membangunkan Sophia. Sophia mengangkat kepalanya dan netra sendunya melihat wanita Tua dengan mata melotot seperti ingin memakannya.
"Bisakah aku meminta sedikit makanan mu nyonya? Aku terluka, aku tidak mempunyai apa-apa" lirih Sophia.
" Tidak bisa!! Keluar kau, aku tidak pernah melihatmu sebelumnya di kerajaan ini, kau pasti mata-mata kerajaan seberang. Keluar sebelum orang berpikiran buruk tentangku" tangan keriput itu menarik kasar mantel dan tangan Sophia seraya melihat kesana kemari apakah ada prajurit kerajaan sedang melintas berjaga.
"Ada apa kau ini teriak pagi-pagi begini" ucap suara berat pria tua yang masih berperawakan tegap, seram, dan tinggi besar.
"Suamiku, lihatlah ada jal**g pengintai didepan rumah kita, jika dia mati maka kita akan dihantui nasib buruk" suara nyaring lantang menyahut pertanyaan suaminya.
Netra pria tua yang memiliki bekas sayatan tersebut terlihat memindai tubuh Sophia. walaupun dibalut dengan mantel kumuh pria tua ini tau dibalik kekusaman itu pasti ada tubuh molek cerah. Wajah yang kusam itu terlihat memiliki mata yang lentik, bibir merah yang ranum dan hidung mancung. Hal tersebut tentu menarik perhatian pria tua tersebut.
Pria tua itu mendekat
"Nak tenanglah, siapa namamu? Kau berasal dari mana? Apa kau tersesat? Bagaimana bisa kau terluka seperti ini? Kau harus mengobati tanganmu dahulu" Ucap pria tua dengan intonasi lembut.
Wanita tua itu melotot tak percaya
"Apa yang kau katakan? Kau mau musibah datang kerumah kita? jika kita memelihara ja***g kecil mata-mata ini, kita akan dibunuh oleh Tuan Panglima!!" Teriak nyaring wanita tua ini.
"Dia bukan mata-mata aku yakin itu, ayo pulihkan dahulu lukanya, baru kita akan berbicara" sanggah suaminya
"Aku tidak mau, kau tidak memikirkan nasib kita? Pikirkan anak perempuanmu!! Dia masih muda! Bagaimana jika ia dibunuh oleh Panglima?"
"Kita bicarakan nanti" cicit pria tua itu seraya memberikan kode kepada istrinya.
Sophia hanya bisa terdiam menunduk. Ia tidak mau mengeluarkan sepatah katapun. Tubuh itu terlalu lelah hanya untuk mengeluarkan suara.
Tubuh ringkih itu dibawa masuk kedalam rumah sederhana itu. Ia melepaskan ketangguhannya diatas kursi kayu yang berderit menahan bobot tubuh ringannya
Wanita cerewet itu kemudian membuka lengan mantel Sophia dan menggulung dengan bajunya. Kemudian mulai membersihkan dan mengobati lukanya. Netra sendu itu terdiam berpikir "bagaimana bisa ia berubah secepat ini" pikir Sophia
Setelah pengobatan rampung, wanita tua itu berlalu dan menyerahkan sepiring makanan kehadapannya.
"Cepatlah kau makan!! Aku ingin berbicara kepada suamiku"
Wajah Sophia berbinar. Ia menundukkan kepala mengucapkan terimakasih. Tangan gemetarnya mengambil makanan dan menyuap dirinya secara perlahan.
**
"Apa yang kau rencanakan? Tidak ada yang bisa bersembunyi dari pengawasan mata elang Panglima kau tau? Bahkan aku berpikir udara ini bekerja sama dengannya" tanya nyonya rumah setelah menghampiri suaminya
"Mengapa semakin tua kau semakin bodoh? Lihatlah wanita itu masih sangat muda, ia seusia dengan putri kita. Putri kita sudah pernah di ramal bahwa pada saat umurnya 19 tahun, ia akan dibawa ke kerajaan. Kita tidak tau apa yang dilakukan kaisar kepada setiap pemuda yang dibawa oleh panglima, tidak ada yang kembali kau tau?"
"Lalu apa yang kita lakukan dengan wanita jal**g itu" ucap wanita tua
"Gunakan otakmu dengan baik, tentu saja kita akan menukarnya, tidak ada yg tau wajah putri kita sebelumnya, dan juga tidak ada juga yang melihat wanita itu sebelumnya selain kita, aku sudah berencana menculik wanita muda dari desa sebelah untuk menyelamatkan ramalan buruk terhadap putri kita, akan tetapi Rahmat suci leluhur kaisar berpihak kepada kita dengan mengirimkan wanita muda langsung didepan rumah kita" bisik suaminya.
"Mengapa aku tidak memikirkan ini sebelumnya? Wanita itu adalah malaikat penolong kita, Bagaimana ini aku sudah berburuk sangka kepada utusan sang leluhur, apa kita akan terkena kutukan?" Cicit istri nya.
"Semoga saja tidak maka dari itu berbuat baiklah kepadanya, obati luka nya dan bersihkan tubuhnya. Dalam dua hari lagi panglima dan anggota kerajaan lainnya akan datang seperti biasa" ucap pria tua
Ada rutinitas kerajaan bahwa setiap setahun sekali, wanita-wanita muda akan dibawa kedalam kerajaan. Bukan sebagai selir melainkan sebagai budak.
Berbeda dengan para pria muda, panglima datang membawa pria-pria muda, kapanpun sang kaisar memerintahkannya.
Pemuda yang beruntung, akan dipilih melalui seleksi umum setiap beberapa tahun sekali untuk dilatih sebagai prajurit perang.
Dan wanita yang beruntung, akan dipilih mengikuti pemilihan selir, dan pelatihan menjadi pengikut atau pelayan pribadi para keluarga kerajaan.
Berbeda dengan budak rendahan kerajaan yang diambil dan dibawa begitu saja secara tidak terhormat.
Nyonya rumah itu berlalu masuk kedalam rumah meninggalkan suaminya
"Jika pun Panglima agung tidak jadi membawanya, aku bisa menjualnya atau bahkan menyewakannya kepada beberapa kawanku" pikir licik pria tua ini.
****
Disaat sedang menikmati makanan nya, Anak perempuan muda kira kira seusianya keluar dari dalam kamar. Netranya memindai tubuh Sophia tajam. Ia iri melihat kecantikan Sophia.
"Siapa kau? mengapa kau ada disini?" herannya.
"Aku tidak tau, orang tuamu membawaku kedalam rumahmu dan memberikan aku makanan ini. Dimana mereka? aku ingin mengucapkan terimakasih" cicit Sophia.
"Ibuuuu!!!!!" teriak gadis muda itu
"Ada apa kau teriak begini, ini masih pagi, jangan mengganggu kenyamanan kerajaan" ucap sang ibu menghampirinya.
"Ini siapa ibu, apa ibu berencana menggantikan posisiku?" tanya gadis muda berakal pendek itu
"Apa yang kau bicarakan. wanita ini seorang malaikat. ia utusan sang penguasa langit dan para leluhurmu untuk melindungimu" jelas sang ibu.
"Ibu tidak ada yang seperti itu ibu" jelas sang putri yang lebih memakai logikanya.
Sophia diam menyaksikan pertengkaran itu
"Malaikat? utusan? wanita tua ini sangat aneh. Tapi biarlah apapun pikirannya terhadapku, setidaknya dia membiarkan aku berteduh dan makan di rumah ini" pikir Sophia.
"Tidak akan lama nak, 2 hari lagi panglima agung akan datang. Dia akan menggantikan takdir burukmu" jelas sang ibu
"Awas saja jika ibu memanjakannya. Aku akan selalu mengganggunya" teriak sang anak beralih menuju kamar dan membanting pintunya.
"Panglima agung? takdir buruk? menggantikan? apa yang akan terjadi? apakah aku akan menggantikannya? apakah mereka akan menjualku? apa yang akan terjadi" pikir Sophia mulai cemas.
"Nak, terimakasih telah menolong putriku, aku akan menjagamu sampai panglima datang menjemputmu" racau sang nyonya rumah yang membuat Sophia semakin mengernyitkan dahinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments