Berbekal informasi dari detektif dan sandera kerajaan, Alfonso bergerak menuju hutan gelap ditemani cahaya bulan ke tempat persembunyian keturunan penghianat kerajaan. Peraturan yang sudah berlaku lama, yang menyatakan bahwa setiap penghianat kerajaan akan dihukum mati beserta seluruh keturunannya.
Entah siapa yang menciptakan peraturan aneh tersebut. Tetapi peraturan ini sudah berjalan dari generasi ke generasi.
Ayah Alfonso Lukas, yang sebelumnya merupakan panglima perang, memiliki sifat dan karakter yang sama persis dengan anaknya. Lukas telah banyak memenangkan perang dan membunuh segala kecoa kerajaan. Pekerjaan Lukas yang dianggap sebagai mesin pembunuh itu selalu sempurna tidak pernah meninggalkan kesalahan apapun. Lantas mengapa hal kecil begini bisa menjadi titik noda sisa pekerjaannya? Padahal menangkap dan mengepung para penghianat ini bukanlah hal yang sulit. Tidak ada yang tahu.
Angin malam menemani langkah Alfonso dan 3 anggota perangnya serta Filips yang selalu menemaninya.
***
Kawanan Alfonso telah mengepung rumah kayu yang dilapisi oleh semak belukar dan tumbuhan liar sebagai alat untuk menyamarkan rumah tersebut.
Mereka berhenti melihat penerangan menyala yang menunjukkan bahwa ada manusia didalamnya.
"Bawa semua kehadapanku" titah Alfonso.
Anggota Alfonso bergerak memporak-porandakan rumah dan menangkap semua manusia yang berada didalamnya. Ya, hanya manusia karna Alfonso yang arogan sama sekali tidak tertarik kepada harta. Kaisar sudah sangat membutuhi kebutuhannya.
Enam orang yang berhasil ditangkap telah dibawa kehadapan tubuh tegap sempurna itu.
ia mengingat ingat wajah hasil lukisan peramal dan wajah wajah ketakutan dihadapannya ini.
"sempurna" pikir Alfonso.
Srreeetttt!!!
Kepala keenam manusia itu langsung ditebas tanpa bisa mengeluarkan pembelaan diri. Beginilah Alfonso bekerja. Tanpa mengeluarkan suara, menghakimi Segala yang diperintahkan oleh Kaisar.
"Bawa kepala mereka sebagai Hadiah bagi Kaisar!" Perintah Alfonso
Anak buah Alfonso bergerak cepat melaksanakan titahan sang panglima. Mengemas hasil jarahan mereka.
"Tuan jangan lupa sebelum matahari terbit, kau harus sudah menghadap Yang Mulia" Ingat Filips yang tau bagaimana kebiasaan pimpinan nya ini jika sudah ditinggal sendirian.
Alfonso mengangguk mengerti
"Katakan pada Yang Mulia untuk menyiapkan misi yang lain kepadaku"
"Tuan dalam beberapa hari kedepan, akan ada pergantian budak rendahan kerajaan. Aku hanya mengingatkanmu" Ucap Filips.
"tentu aku tidak melupakan itu. Cepatlah bergerak dahulu. Sampaikan salam ku kepada Yang Mulia. Semoga ia menyukai hadiah dari ku" ucap tegas Alfonso.
Anak buah Alfonso langsung bergerak dan pergi meninggalkan Alfonso seorang diri didalam hutan. Hal itu merupakan hal biasa bagi anggota perang. Dimana, setiap Alfonso membunuh manusia manusia penghianat suruhan sang kaisar, ia tidak membiarkannya begitu saja. Tubuh tegap itu mengangkat jasad tanpa kepala tersebut kedalam rumah yang telah hancur, memberikan penghormatan terakhir, dan membakar rumah beserta jasad-jasad penghianat kerajaan tersebut.
Alfonso terdiam menatap kobaran api itu. Dibalik raut wajahnya, banyak hal yang mengganggu pikirannya.
Tidak ada yang tahu apa yang berada didalam kepala Alfonso sang pembunuh tersebut.
Setelah membereskan segalanya, Alfonso bertolak meninggalkan tempat mengendarai kuda hitam kesayangannya.
***
Diperjalanan, di hutan yang gelap, tiba-tiba anak panah melesat tepat didepan mata tajam Alfonso. Ya, ada yang menyerangnya.
Di jam seperti ini memang banyak perampok yang berkeliaran. Alfonso sering mendengar jika perampok seperti ini tidak hanya mencuri perhiasan, makanan, maupun barang dan hasil dagang. Tetapi, mereka bisa mencuri anak anak dan seorang wanita wanita muda yang kemudian akan diperjual belikan.
Tentu saja menemukan pengacau itu bukan suatu kesulitan baginya.
Netra tajam melirik segala penjuru hutan. Dan bergumam kecil.
"27 Kecoa" gumam Alfonso.
"baiklah mari bermain main sebentar" lanjut nya
Ia mempercepat pacuan kudanya, bergerak menuju lapangan tandus yang tidak jauh dari hutan. Agar lebih mudah melenyapkan para kecoa yang bersembunyi itu. Prediksi sang manipulatif sangat tepat, para kecoa tersebut mengikuti langkah kuda Alfonso. Ya, mereka menghantarkan nyawa mereka sendiri.
Tidak ingin berlama lama di dalam hutan, Alfonso berniat mempersingkat waktu
Ditengah perjalanan Alfonso turun dari kuda tegap tersebut dan beralih berjalan menuju arah yang berlawanan dengan kuda kesayangannya.
"Nikmati bagianmu jagoan" ucap Alfoso seraya menepuk tubuh kekar Kuda kesayangannya.
Kuda itu melaju kencang dan membunyikan suara derap kaki yang kuat.
Alfonso mengecoh para kecoa bodoh yang pastinya beberapa dari mereka akan mengikuti langkah kuda tersebut. Dan prediksi terbukti, kecoa kerajaan berpencar kedua arah. Hal itu akan semakin memudahkan Alfonso dalam berburu kecoa.
Alfonso berlari menyisir hutan dan sedikit lagi akan sampai di lapangan tandus.
dan
Brraakkk
Alfonso menabrak sesuatu. Sesuatu empuk terasa menimpa tubuh tegapnya. Manusia, ya ini merupakan tubuh manusia.
"Tolong aku, aku mohon, tolong aku"
Alfonso mendengar suara bisikan wanita yang berasal dari tubuh empuk yang berada diatasnya tersebut.
"Sial siapa lacur yang berani menyentuhku ini, apa kecoa-kecoa tadi sudah mendekat? Hei ini bau darah, apakah wanita ini terluka?" Pikir Alfonso
Ia menyingkirkan tubuh molek tersebut melirik tubuh tengkurap tak berdaya diatas tanah dan berpikir apakah harus membunuhnya. Akan tetapi, ia meninggalkannya sendiri didalam hutan dan beralih menyelesaikan permainannya.
Di tengah lapangan tandus, Alfonso menyelesaikan permainannya dengan mudah, 8 kepala sudah berpisah dari tubuhnya. Setelah memastikan tidak ada lagi kecoa yang tersisa, ia berjalan kedalam hutan menuju sungai tempat sang kuda berada.
Alfonso berhenti tepat ditempat ia menelantarkan tubuh wanita tadi. Kosong. ya tanah basah itu telah kosong. Tidak ada tubuh wanita itu disana.
"Apakah wanita tadi telah dimakan binatang buas?" gumam Alfonso. Ia mencoba mengalihkan pikirannya.
Alfonso tetap berjalan tidak peduli akan hal tersebut. Ia berjalan mengikuti suara arus sungai.
Tentu jalan dan kondisi hutan bukan hal yang asing baginya. saat masih muda, ia sering menghabiskan waktu disekitar hutan ini.
***
Sesampainya di sungai, terlihat kuda yang berdiri tegap, bersama 19 jasad terapung di sungai yang dalam.
Ntah apa yang terjadi pada perampok tersebut.
"Kau tidak pernah mengecewakanku" gumam Alfonso.
Semakin ia mendekat, ia melihat bayangan wanita yang mengenakan berdiri dihadapan kuda kesayangannya, yang sedang mengelus-elus kepala kuda kejam tersebut. Hal ini tentu sangat asing bagi Alfonso. Tidak ada yang berani menyentuh pasangan pembunuh itu sebelumnya.
Alfonso diam diam melangkah tanpa mengeluarkan sedikitpun suara maupun langkah kaki. Perlahan Alfonso mengeluarkan pedang yang telah mencicipi ratusan nyawa manusia tersebut.
Ia melangkah mendekat menajamkan mata dan telinganya dan melihat...
****
Halo 👋, Ini merupakan karya pertamaku. Maafin jika ceritanya tidak menyenangkan hati readers. Jika ada masukan, kritik dan saran Monggo disematkan di komentar, tetapi dengan bahasa yang sopan ya🥺.
Terimakasih
Jangan lupa vote and like🤝🫂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments