Alfonso melangkah mendekat dan melihat seorang wanita berdiri mengelus kepala kuda kesayangan Alfonso. Netra tajam itu menghunus wanita yang terdiam kaku menunduk memilin ujung mantel kumuhnya.
Wanita itu terkejut saat netranya tidak sengaja melihat tubuh kekar gagah sedang berdiri menatapnya tajam. Ia terdiam menunduk.
"Apa dia salah satu perampok tadi? Bagaimana dia bisa tau aku berada disini, Hey aku sudah tidak punya apapun, jangan menatapku begitu, tatapanmu seolah ingin memakanku" gumam Sophia dalam hati
"Aku tidak membawa uang sepeserpun Tuan, aku tidak memiliki barang berharga juga. Tidak ada yang bisa kuberikan kepadamu Tuan" Jelas gadis kumuh ini dengan suara merdu yang bercampur dengan getaran yang menunjukkan sang empunya suara sedang ketakutan.
Mata indahnya melirik kuda tegap disampingnya
"Ini bukan kudaku, sungguh! Aku hanya mencari buah disekitar hutan, kemudian kalian datang mengejar ku. Aku kehausan dan meminum air dari sungai ini, lalu aku bertemu dengan kuda ini. Sepertinya dia tersesat" cicit gadis tersebut.
"Kawan kawanmu yang tewas juga bukan aku yang melakukannya. Saat aku datang, hanya kuda ini saja yang masih hidup, aku pikir seseorang mungkin sudah datang kesini Tuan". lanjutnya.
Netra tajam Alfonso mengawasi setiap pergerakan gadis aneh tersebut.
"Suara ini, ternyata lacur yang menabrakku dan memelukku tadi sedang menggoda kudaku juga" gumam Alfonso
"Wanita macam apa yang berkeliaran di hutan tengah malam sendirian begini jika tidak menjual tubuhnya, atau bisa saja ia merupakan bagian dari pencuri itu" pikir alfonso
Tanpa mengucap apa-apa, Alfonso beralih menaiki kudanya dan pergi meninggalkan gadis itu sendirian.
"Hey Tuan kau tidak mau merampokku? Apakah kau bukan perampok? Dimana teman-temanmu? Hey!!! Tunggu aku" Teriak nyaring gadis tersebut. Ia berlari mengejar langkah santai kuda Alfonso dan berhenti didepan kuda sang panglima merentangkan tangannya untuk menghentikan langkah tegap kuda kesayangan Alfonso
"Minggir!!" Suara berat dan tegas Alfonso memerintah aksi gadis nekat tersebut.
"Tunggu Tuan, apakah kau punya makanan? Aku sangat kelaparan, mereka mencuri makananku, kau mau kemana? Apakah didekat sini ada kota? Atau pasar? Atau rumah penduduk? Aku ingin ikut, tidak perlu takut Tuan, aku tidak jahat, perkenalkan. Namaku Sophia" cicit sang empunya nama
Alfonso melangkah tidak perduli melewati Sophia yang tentu mengikuti kuda dengan langkah kecilnya.
"Gadis cerewet" pikir Alfonso
Selama ini, Alfonso tidak pernah berkomunikasi dengan wanita manapun. Di lingkungan kerajaan, ia hanya berkomunikasi dengan sang Kaisar, anak buahnya, para prajurit perang, Filips pengikut setianya, dan Ayahnya. Semasa hidupnya dikelilingi oleh Pria-pria tangguh. Saat berkeliling pasar maupun menjalankan misi, setiap wanita yang ditemuinya hanya akan menundukkan kepala terdiam. Lantas makhluk apa yang sedang merepet disebelahnya ini?
"Dimana jalan keluar hutan ini? Aku sudah berkeliling berhari hari disini, Hutan ini sangat menjebak, Tuan aku tau kau pria yang baik, berikan aku sedikit makanan aku mohon. Aku akan berdoa untuk kesehatan dan keselamatanmu, kesehatan kuda tampan mu, kesehatan keluargamu, kesehatan adikmu, kesehatan ayahmu, dan kesehatan ib..
Aakhhhh!!!"
Srreekkkk
Pedang tajam Alfonso mengoyak lengan mulus berbalut mantel menghentikan celotehan tak berguna Sophia.
"Jika kau mengeluarkan suara mu maka aku akan merobek mulutmu"
Sophia terkejut terdiam gemetar dengan rembesan darah yang keluar dari lengan kiri nya. Telapak tangan kanannya memegang erat luka hasil robekan pedang Alfonso. Langkah kecil itu tetap mengikuti langkah tegap kuda. Ia tertunduk diam tidak berani mengeluarkan ringisan apapun. Bahkan untuk bernafas saja ia sangat berhati-hati.
"Tidak, pria ini memiliki kesabaran yang sangat tipis" gumam Sophia
selama hidupnya, ia hanya dikurung didalam hutan, tidak memiliki teman, tidak pernah bersosialisasi dan bersekolah. ia hanya membersihkan rumah, memasak, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Pria pria yang mengasuhnya hanya mengatakan
"kau akan melihat dunia luar jika sudah saatnya"
ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti orang asing ini. Netranya beralih mendongak melihat Alfonso. Tetapi gelapnya hutan membuatnya tidak dapat melihat wajah Alfonso dengan jelas. Tetapi Sophia memiliki firasat jika pria dingin disebelahnya tidak berniat mencelakainya.
Karena takut jatuh dan terpeleset, Sophia beralih memegang tali kemudi yang menggantung bebas di sebelah leher sang kuda.
Alfonso hanya melirik tangan kecil itu dan membiarkannya. Ia tidak membenci Sophia tetapi tidak perduli.
benci dan tidak perduli itu berbeda jauh bukan?
Derap langkah dan suara binatang malam mengisi kebisuan perjalanan mereka.
****
Alfonso memacu kudanya dengan cepat setelah meninggalkan Sophia yang memucat berdiri di tengah-tengah lampu-lampu pasar.
Ya, mereka telah sampai ke pasar.
Ntah malaikat apa yang singgah di pikiran Alfonso hingga mau menghantarkan Sophia ketengah pasar.
Apakah bisa disebut menghantarkan? Sophia yang dibiarkan berjalan berkilo kilo meter dengan yang Alfonso berada diatas kudanya.
Apapun itu setidaknya Alfonso tidak meninggalkannya sendirian di hutan gelap dan lebat itu.
Hutan sengaja dibangun lebat dan banyak jebakan didalamnya. Guna memberikan pelindung bagi kerajaan didalamnya. Hanya orang orang terlatih dan terbiasa yang bisa keluar masuk hutan dengan mudah.
"Sebentar lagi matahari terbit" pikir Alfonso. Ia harus cepat melangkah untuk menghadapkan diri kedepan sang Penguasa.
"Terimaka.."
Lirihan Sophia tergantung begitu saja melihat pria dingin yang menemaninya meninggalkannya begitu saja.
Sophia memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong beserta air mata yang selalu menghiasi mata lelah tersebut.
"Aku bahkan belum berterima kasih kepadanya, aku belum bertanya siapa namanya"
"Mengapa semua orang menghindariku? Paman mengusirku. Paman bilang kehidupan sebenarnya ada diluar? kehidupan seperti apa ini? kemana semua orang?" lirih Sophia
tentu saja tidak ada orang berkeliaran di sepertiga malam tersebut. Keadaan pasar akan kembali seperti semula disaat matahari telah beranjak naik.
Sophia memeluk erat perut ramping nya. Ia sangat kelaparan. Bekal makanan yang dibawa nya sudah dicuri habis oleh perampok perampok yang sudah Alfonso binasakan.
Tidak ada uang, barang berharga, bahkan sebiji buah sekalipun. Ia hanya membawa tubuhnya saat ini
Netra lelah itu melihat kesana kemari berusaha mencari tempat dimana ia bisa duduk bersandar mengistirahatkan tubuh lelah nya. Pakaian kumuh yang basah akibat campuran lumpur dan darah itu membuat sang empunya badan menggigil.
Sophia beralih duduk menekuk kakinya berteduh dihalaman rumah seseorang dan bersandar didinding kayu kokoh tersebut. Sophia menenggelamkan kepalanya, mengistirahatkan tubuh lelahnya berharap kehidupan yang lebih baik di esok hari
"Kemana aku setelah ini? Aku bahkan tidak mempunyai siapapun, Tempat ini sangat luas, dimana keluargaku? bagaimana cara mencarinya," lirih Sophia sebelum menutup matanya. Keyakinan dan semangat yang dimilikinya perlahan lenyap setelah melihat luasnya kehidupan manusia diluar hutan ini
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments