Suara nyaring terdengar dari hunusan pedang tajam sang jenderal perang. Nafas memburu dan keringat yang membasahi nya menambah kesan seksi namun mengerikan disaat yang bersamaan.
Tubuh yang sejak pagi bertarung melawan ribuan prajurit kerajaan, tidak tampak menunjukkan raut lelah sama sekali. Emosi yang menggebu ia lampiaskan kepada ribuan prajurit perang yang berlindung dibawah kata 'latihan'.
Pikirannya yang kalut seakan menyerap habis segala kelelahan tubuh tegap ini.
Di usia 30 tahun, ia sama sekali tidak berpikiran akan menikah. Ia membenci wanita. Tubuh tegap yang tidak pernah merasakan kasih sayang sang ibu, menyebabkan ia tidak pernah menginginkan peran para wanita di bumi ini.
Hidup dalam kesendirian puluhan tahun, membuatnya mati rasa akan segala bentuk kepedulian, kasih sayang, dan empati.
Ayah nya yang merupakan mantan Jenderal Perang melepaskannya dan meninggalkannya disaat usianya 8 Tahun.
Ia mencari makan dan bertahan sendirian diusianya yang masih belia.
Bukan, bukan ayahnya memiliki sifat yang kejam. Akan tetapi sebagai panglima perang, ayahnya harus siap meninggalkan segalanya disaat kerajaan membutuhkannya.
#Flashback#
Peperangan besar terjadi diwilayah perbatasan. Yang membuat sang Ayah, Lukas harus terpaksa meninggalkan anak semata wayangnya. Hidup berdua tanpa keluarga maupun istri yang Telah meninggalkan mereka disaat melahirkan Alfonso.
Lukas menitipkan Alfonso kecil kepada pelayan utama sang Kaisar. Akan tetapi Alfonso kecil yang berusia 8 tahun tersebut harus mendapatkan siksaan fisik yang kejam dari wanita paruh baya tersebut. Tangisan anak dibawah umur selalu terngiang dimalam hari dengan lebam-lebam disekujur badannya, memeluk lututnya erat di ruang bawah tanah yang gelap berharap ayahnya akan menjemputnya.
Saat Alfonso kecil sedang membersihkan kandang kuda, ia melihat jika pengawal dan pelayan sedang lengah dan tidak berjaga.
Dengan berbekal kemampuan berkuda dari sang ayah, ia membawa dan menunggangi kuda hitam yang berukuran lebih kecil dari kuda umumnya, yang menunjukkan kuda tersebut masih muda.
Alfonso kabur tanpa membawa apapun.
Ia menunggangi kudanya menuju kediamannya. Jenderal perang tidak tinggal didalam gerbang kerajaan. Ia lebih memilih tinggal dipinggiran kota untuk menjaga ketenangan hatinya.
Anak cerdas tersebut memilih hidup sendiri dengan kuda yang dibawa kabur olehnya.
Ia bertahan hidup dengan kesunyian. Alfonso kecil berpikir orang-orang kerajaan pasti akan mencarinya, akan tetapi semua itu tidak terbukti disaat ia datang ke sekolahnya. Lukas memasukkan Alfonso ke dalam sekolah khusus bangsawan sejak 6 tahun.
Dengan perasaan was-was, Alfonso memasuki gerbang kerajaan, memberikan tanda pengenal, dan melewati pemeriksaan.
Terlihat aktivitas kerajaan yang berjalan seperti biasanya. Kepala pelayan yang melihatnya juga terkesan acuh tidak perduli akan kehadiran maupun kehilangan anak tersebut.
Sejak saat itu, Alfonso melanjutkan hidupnya dengan kesendirian, pergi sekolah saat pagi hari, dan berlatih perang dan kuda di siang hingga sore hari. Jangan khawatir tentang nutrisi Alfonso. Tentu saja ia mencuri dari dapur kerajaan.
Hal tersebut berlangsung selama beberapa tahun hingga umurnya 25 tahun.
Sang ayah kembali dengan membawa wanita dan seorang laki-laki muda berusia 17 tahun. Lukas memperkenalkan wanita tersebut sebagai ibu baru bagi Alfonso dan anak laki laki tersebut sebagai Adik Alfonso.
Tentu saja Alfonso tidak terima hal itu. Kebisuan Alfonso berlangsung selama berhari-hari. Hingga suatu hari ia dan sang adik bertentangan yang menyebabkan Alfonso membunuh sang Adik remaja tersebut.
Sang ibu histeris dan mengusir Alfonso. Sang ayah yang tidak membiarkan Alfonso hidup liar diluar sana, beralih menghantarkan Alfonso kehadapan Kaisar sebagai panglima perang menggantikan kedudukannya.
Lukas mengundurkan diri, dan mewarisi kepemimpinannya kepada sang anak. Alfonso yang tidak diterima dikediaman yang menemani proses pendewasaan nya, beralih tinggal menetap didalam Kungkungan gerbang raksasa kerajaan.
#Flashback end#
Dibalik raut dingin Alfonso tersimpan kisah pilu dibaliknya.
Hampir seluruh prajurit telah terkapar lemas di lapangan latihan. Tidak terlihat raut lelah sang Panglima. Filips terdiam. Hal ini tentu saja mengganggunya. Ia khawatir dengan keadaan Tuannya. Otaknya tengah berpikir keras apa yang dapat menghentikan gerakan brutal sang Panglima.
Hingga salah satu anggota Alfonso tergopoh-gopoh menghampiri keduanya.
"Tuan, Panglima Besar datang berkunjung ke kediaman anda" lapor salah satu anak buah Alfonso.
Alfonso tertegun
"Untuk apa dia datang berkunjung" pikir Alfonso. ia tidak menolak kedatangan sang ayah, hanya saja ia tidak terbiasa atas kunjungan maupun perhatian sekecil apapun.
Filips menghembuskan napas lega. pemimpinnya tidak menyiksa dirinya lagi.
ia beralih mengikuti langkah tegap Alfonso yang menjadi panutannya.
***
Alfonso masuk kedalam kediaman nya. Ayahnya berdiri menyambut tubuh tegap tersebut.
"Bagaimana kabarmu? kau baik-baik saja? mari kita duduk ayah merindukanmu" ucap Lukas
"Aku baik" singkat Alfonso
Filips yang mendengar jawaban singkat Alfonso dari depan pintu menghembuskan nafas perlahan. Berharap tidak ada perdebatan yang akan menambah beban pikiran Pria yang menjadi panutannya itu.
"Ayah mendapat surat resmi dari Kekaisaran, bahwa kau akan menikah dalam beberapa hari ini. Apakah kau terlalu kecewa dengan Ayah sehingga kabar sepenting ini harus Ayah dengar dari kabar orang lain?" ucap sang ayah
"Dia tidak orang lain. Kaisar itu pimpinan kita, bagian dari diriku. Dan berita pernikahan ini juga bukan hal yang penting" jelas Alfonso.
"Ayah akan membantumu menyiapkan semua persiapan upacara pernikahan. Siapa wanita yang berhasil merebut hatimu nak?" tanya sang ayah
"Tidak perlu mengambil peran dalam acara tak berguna ini. Jangan membuatku tak nyaman. Aku tak terbiasa dengan kehadiranmu dalam hidupku. Lebih baik kau kembali, mungkin saja istri mu telah menunggumu" Ucap Alfonso yang beralih pergi menuju ruang pribadinya.
Lukas dan Filips menghembuskan nafas perlahan. Lukas akui ini memang kesalahannya yang membuat anaknya sendiri membencinya.
Lukas berjalan menuju pintu keluar. Ia bertemu dengan Filips.
"Terimakasih telah menemaninya. Katakan kepadanya, aku akan selalu mendukungnya disetiap keputusannya" ucap Lukas seraya menepuk bahu Filips.
Filips hanya diam menunduk.
Setelah membersihkan diri, Alfonso beralih duduk termenung didepan jendela. Tidak ada yang tau betapa berkecamuknya isi kepala sang panglima. Raut wajah yang selalu datar tidak memiliki ekspresi selalu melekat didalam diri sang panglima.
***
Begitupun dengan Kaisar. ia duduk termenung menghadap jendela. Pikirannya kembali berkelana mengingat mata sendu bersinar itu.
"Siapa dia? Mengapa daya tariknya kuat sekali" pikir Kaisar.
Brraakk!!
Pintu terbuka dengan keras
"Hector apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa kau menikahkan budak rendahan dengan panglima perang? Apa kau tidak memikirkan perasaannya? Kau tidak memikirkan perasaan putri kita?" Teriak sang permaisuri.
"Tidak perlu ikut campur permaisuri. Jangan pernah mencoba menyangkal keputusanku. Aku tau apa yang harus kulakukan" jawab tegas Kaisar Hector.
"Putri kita sedang menangis dikamarnya, Kau harus menenangkannya" titah permaisuri.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments