Serpihan kaca itu menembus kulit lembut Sophia. Darah perlahan lahan menetes dari lengan dan telapak tangan serta pelipis Sophia.
Sophia yang dalam keadaan setengah sadar tidak merasakan perihnya serpihan kaca menancap.
Ia hanya terbaring terlentang diatas lantai dingin seraya menatap langit langit yang kadang jelas dan kadang buram.
Lantas kemana pria itu?
Setelah menghempas kuat istri kecilnya itu, Alfonso keluar membanting pintu menuju pusat pelatihan anak buahnya. Tempat biasa ia mengalihkan pikirannya.
"Tuan, maafkan aku" lirih Sophia menyadari kesalahannya.
"Jika kau ingin tinggal bersama mereka, pergi dari rumah ini" Ucapan Alfonso sebelum pergi terngiang ngiang di kepala Sophia.
Kepala panas demam itu mengernyit, berusaha menghilangkan bisikan itu. Tetapi bisikan itu semakin kuat mengaum di kepalanya.
"Aku mohon jangan usir aku, aku tidak punya siapapun lagi, biarkan aku tinggal disini, aku tidak akan meminta apa apa, aku tidak tau ingin kemana" Sophia mengigau setengah tersadar.
Dengan kesadaran yang semakin menipis Sophia menutup matanya tidak sadarkan diri.
Beberapa waktu kemudian
Langkah kaki perlahan lahan mendekati Sophia. Pria misterius itu kembali. Netra nya mengawasi sekujur tubuh Sophia yang malang
"Bertahanlah sebentar lagi" gumam pria itu
Pria itu menggendong ringan Sophia. Mengangkat tubuh yang semula berisi menggoda itu kini berangsur angsur mengurus.
Sophia dibaringkan ditempat biasa pembaringannya. Di kursi kayu keras yang selalu membelai tubuh dingin Sophia yang terlelap.
Pria misterius ini mengobati luka luka ditubuh sophia perlahan lahan. Air mata mengalir disepanjang rahang tegas pria itu.
"Aku mohon bertahanlah sebentar lagi. Aku akan berusaha mengamankan tempat tinggalmu, Aku sedang menyiapkan tempat bermainmu adik kecilku" Lirih suara berat itu bergetar melihat kondisi Sophia yang sangat rapuh tetapi ia tidak bisa melakukan apapun.
Ia mengelus elus kepala Sophia sayang. Melamun menatap dalam wajah tirus Sophia.
Netra yang memiliki binaran yang sama dengan Sophia ini memperbaiki posisi tidur Sophia, Menghidupkan penerangan kediaman mengingat Sophia sedikit ketakutan dengan suasana gelap, membersihkan bekas pecahan, dan berlalu pergi.
.
.
.
Kembali kepada Alfonso
Alfonso pergi menuju markas prajurit. Ia memanggil empat orang yang berjaga di hari pertama ia meninggalkan kediaman.
Ia merasa ada yang janggal disini
"Berikan laporan yang jelas" titah Alfonso
prajurit itu melaporkan apa saja yang terjadi. Semua berjalan normal, Hingga pada saat tengah malam Putri mahkota meminta izin untuk masuk.
Alfonso mengernyitkan dahi
"Untuk apa Putri mahkota datang?" tanya Alfonso
"Putri bilang ini titahan langsung dari Kaisar dan Anda sebagai panglima perang untuk menemani Sophia selama masa perjalanan anda" jelas Prajurit.
"Sial, aku tidak pernah menyuruh wanita sialan itu untuk datang menemani si udik itu" pikir Alfonso.
"Apa dia yang berusaha membunuh gadis kecil itu? Apa untungnya Putri melakukan hal itu" pikirnya.
(Alfonso, ini masalah hati. Siapapun bisa jadi apapun jika sudah berhubungan dengan hati Alfonso hihihi🤭)
***
Setelah mendapatkan semua yang mengganggu hatinya,
Alfonso kembali dikediamannya pada tengah malam. Ia membuka pintu dan netranya langsung dihadiahi tubuh terlelap Sophia.
Alfonso menghela nafas melihat wanita yang menjadi istrinya itu tidur di kursi keras itu.
Alfonso mendekat mengamati lekat lekat wajah pucat itu. Ia tersentak, Tidak. Sophia bukan hanya pucat. Wajahnya mulai membiru.
Alfonso meraba dahi sophia. Jika siang itu dahi sophia panas, Malam ini seluruh tubuh itu sangat dingin seperti tidak ada aliran darah di dalam tubuhnya.
Alfonso mulai panik.
Alfonso menggoyang lengan kurus Sophia berniat membangunkannya.
Tidak ada reaksi apapun yang ditunjukkan Sophia.
Jantung Alfonso serasa ingin terlepas. Perasaan takut kehilangan, kembali mendatanginya setelah belasan tahun tidak menghampirinya.
Alfonso menggosok gosok tangan mungil Sophia berniat menghadirkan kehangatan. Tetapi sama saja tidak ada perubahan yang terjadi.
Wajah dan tubuh membiru, bibir kering, nafas melemah membuat Alfonso tidak bisa bernafas dengan tenang.
Dengan segera ia mengangkat tubuh mungil itu kedekapannya menggendong menuju kamarnya.
Ia baringkan tubuh pucat itu diatas ranjang.
Alfonso segera Menghidupkan perapian di tungku penghangat ruangan. Api itu membakar kayu kayu yang Alfonso timbun.
Alfonso beralih menggendong Sophia, mengalungkan tangan Sophia dileher dan melingkarkan kaki Sophia di pinggangnya.
Alfonso terduduk memangku Sophia yang berkoala kepadanya. Alfonso duduk tepat menghadap perapian dengan pancaran hangat api itu menghangatkan punggung sophia.
Pikirannya berkelana pada kejadian sore tadi.
Melihat raut tak berdaya ini memantik rasa menyesal dalam hati Alfonso.
Ia mengingat bahwa ia membanting Sophia sore itu
Tetapi tetap saja, ia tidak suka ada orang lain yang masuk terlalu dalam mengetahui kehidupannya.
(Tapi Sophia bukan orang lainnn Alfonso😠)
Ia mengingat sore itu Sophia menabrak lampu hiasnya. Alfonso menilik tangan dan dahi sophia. Ada luka basah yang telah diberi obat.
"Pasti sakit sekali, mengobati luka sendiri" gumam Alfonso yang mengira Sophia mengobati lukanya sendiri.
"Maafkan aku" lirih Alfonso nyaris tidak terdengar.
Ini pertama kalinya Alfonso mengucapkan kata terlarang itu. Egonya yang sangat tinggi melarang Kata itu terucap dari bibir Alfonso.
Tetapi saat ini, ia merendahkan egonya, meminta maaf kepada istri kecilnya.
Entahlah, Saat ini Alfonso menyesal. Mungkin iblis yang bersemayam didalam tubuh Alfonso sedang tertidur.
Jika ada yang memantik kemarahan Pria ini, membangkitkan iblis dalam hatinya tidak mustahil pria ini mengulangi kesalahannya dan kembali menyesal.
Pikirannya menerawang. Jika Sophia tidak bisa bangun lagi, maka kehidupannya akan kembali seperti semula. Gelap dan suram.
ia membayangkan tidak ada senyuman yang menyambutnya, tidak ada warna warni penerangan yang menggelikan, tidak ada kecerobohan, tidak ada rengekan Sophia
Alfonso menggelengkan kepala.
"Kau tidak boleh pergi begitu saja. Kau sudah memasuki hidupku, jangan pernah berharap pergi begitu saja. Tuntaskan apa yang sudah kau mulai"
Titah Alfonso menatap kepala Sophia dengan cengkraman tangan Alfonso menguat ke pinggang Sophia. Alfonso memeluk Sophia dengan sangat erat.
Setelah melamun beberapa jam, Alfonso merasa kulit Sophia tidak sedingin dan sebiru sebelumnya.
Nafas Sophia mulai teratur. Dengan kulit yang mulai memerah.
Alfonso bangkit menuju pembaringan, mengistirahatkan tubuh nya dan Sophia seperti sebelumnya.
Entahlah ini mungkin akan menjadi posisi tidur baru yang akan menjadi favorit nya.
Kehangatan dan degup jantung Sophia bisa Alfonso rasakan dengan jelas pada posisi seperti ini.
Alfonso mengelus beberapa bekas luka hasil ciptaan tangannya. Hatinya sedikit perih tergores bersamaan dengan jari ini menelusuri bekas luka Sophia
"Mengapa kau semakin kurus" lirih Alfonso.
"Aku mulai terbiasa denganmu. Jangan salahkan aku yang tidak akan pernah melepaskanmu" Geram Alfonso. Telapak tangan Lebar yang selalu membunuh nyawa seseorang itu mengelus punggung Sophia lembut.
Keduanya tertidur lelap dengan posisi ambigu kesukaan baru Alfonso
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments