Mayat Kokom menggantung di atas pohon. Cahaya api pada obor memperlihatkan perutnya tertancap batang pohon. Kokom menjerit ketakutan, dia mencari jalan keluar. Kaki tersandung benda keras, obornya menerangi penampakan makhluk yang berjalan terbalik.
“Arggh! Tolong! Tidak! Jangan makan aku!”
Kokom jadi santapan makhluk jadi-jadian. Jin peliharaan Capit yang kelaparan mencari mangsa. Di desa seberang, di pagi hari pak Kades bersama warga mencari Uskup dan Kokom. Sebelum ke kaki gunung, dia meminta ijin pada penunggu di bagian pintu masuk. Ada seorang dukun yang mereka percaya bisa membantu menemukan orang yang hilang.
Kek Langsat meletakkan sebuah keranjang bakul di bagian pintu masuk. Isinya tidak lain berbagai macam persyaratan untuk di berikan pada makhluk penghuni gunung. Dia juga meletakkan ayam yang masih hidup di samping bakul.
“Ingat, jangan pernah meludah, berbicara kotor atau melakukan perbuatan yang melanggar lainnya kalau kalian mau selamat.”
“Baik kek, kami semua akan mengingatnya” jawab pak Kades.
Kira-kita dua jam perjalanan sampai bagian hutan yang berkabut. Manto terpisah dari rombongan, dia mengamati pohon besar berakar lubang pada bagian tengah. Berjalan mendekati, terowongan itu seperti mempunyai kehidupan lain yang tersembunyi di dalamnya. Dia memasukkan kepalanya, sosok mengerikan muncul memegangi.
“Tolong! Semuanya cepat tolong aku!” ucap Manto sangat keras.
“Manto! Kamu dimana!” panggilan warga kampung membangunkannya.
Manto sedari tadi tidur di bawah pohon. Dia mengingat ada akar yang membentuk ruangan di dalam lubang. Tapi dia tidak mau mendekati, Manto memilih pergi menuju ke rombongan.
“Wajah kamu pucat sekali, seperti baru ketemu setan” tanya Udin.
“Iya aku lagi kurang sehat. Hari ini aku boleh istirahat di rumah nggak? Pak Kades memperhatikan Manto seperti orang kerasukan. Dia menghentakkan tubuh menghempas terhempas menggesek tanah hingga kulit robek.
Sosok dukun kek Langsat berjalan lebih cepat. Mereka mengikuti sampai keluar gua yang ada makhluk aneh di atasnya.
“Kok ada banyak burung hantu, aku jadi semakin ketakutan” ucap Ben.
Kek Langsat mempercepat langkah menggiring mereka melewati rute jalan lain. Mayat Kokom dan Uskup di temukan menambah keyakinan bahwa Dini telah memakai ilmu sihir hitam sebagai tumbal. Tapi pikiran mereka bercampur pada sebuah nama yang selalu mencuri janin dan memakan organ tubuh manusia.
Acara selamatan yang di gelar di rumah bu Hamza. Kali ini suasana di warnai hujan deras, angin yang masuk dari jendela dan hawa angker membuat bulu kuduk berdiri. Nek Mindum dan kedua orang tua Kemuning berharap Kemuning selamat dari bahaya apapun di dalam gunung.
“Kami pamit ya bu, semoga Kemuning cepat di temukan. Oh ya kabarnya ada dua pendaki yang baru saja di bawa ambulan ke Rumah Sakit. Coba kamu pastikan dulu kalau itu bukan anak mu__”
Ucapan tetangganya itu mengganggu pikiran. Bu Hamza Bersama pak Jayen meminta ijin pada nek Mindun pergi mencari informasi tersebut.
“Ibu yakin itu bukan Kemuning. Tapi pastikan lagi agar hati kita tidak cemas” ucap Mindun mengusap punggungnya.
Di dalam cuaca ekstrim keduanya tetap melajukan mobil ke arah kampung seberang dekat bukit. Saat mobil menepi membaca tulisan petunjuk panah dan papan kecil tertulis rute bus. Masuk ke dalam tidak di bolehkan untuk wanita hamil dan anak-anak yang belum berusia remaja.
“Bu, kita sambung bus ya. Mobil pribadi di larang masuk__”
Gejala demam membunuh mulai bersarang di hati Dini. Dia mencari dimana sosok penampakan Capit di hutan. Melihat bekas lubang pesugihan yang masih baru, dua bekas menanam sesuatu yang berbau ilmu hitam. Keyakinan bisa membunuh Capit walau harus kehilangan nyawanya sendiri.
“Baik kek, kami semua akan mengingatnya” jawab pak Kades.
Tidak ada satupun mayat Kemuning di ruang mayat. Sebuah ruangan khusus mayat pendaki yang hilang. Setelah dua kali memeriksa, Hamza meminta pihak rumah Sakit memberikan alamat lengkap mengenai lokasi gunung untuk mencari anaknya.
"Pak, kita putar arah menyusun persiapan lebih matang. Ibu lihat ada iblis yang bersarang di gunung ini pak."
Akar yang menyatu menutupi gua di bakar oleh Dini. Dia masuk mencari Capit yang tidak ada di dalam gua. Dini mengobrak-abrik meja ritual. Dia mengambil mayat yang dia bungkus menggunakan kain kafan hitam.
"Kuat sekali aura mayat ini, pantas si Capit memanfaatkan untuk ilmunya. Aku harus mengubur di tempat yang tidak di ketahui nya.
Di bagian yang tertutup lumut bebatuan, mayat di kubur tanpa papan nisan di atas nya. satu jam menggali yang penuh batu. Tanda melingkar di sela bebatuan dekat aliran sungai.
......................
Kehilangan jasad Kliwon, meja ritual yang berantakan dan keadaan gua yang amburadul. Capit mengerang marah mencari tau siapa yang berani memporak-porandakan sarangnya. Dia memejamkan mata melihat kedatangan seorang wanita asing memiliki ilmu hitam menyelubungi tubuhnya. Dia keluar gua mencari dimana keberadaannya. Langkahnya tergesa-gesa, tangan kanan menggenggam erat keris bersiap membunuh.
Sosok yang bersembunyi tanpa terlihat, menendang tubuhnya dari belakang. Capit terjatuh, menoleh tidak melihat siapapun.
“Siapa yang berani menantang ku? keluar kau!”
Lehernya di tarik, dia menggunakan keris memotong kain ghaib. Terjatuh di atas tanah, kali ini Capit menggunakan kekuatan ilmu hitam. Dia duduk menyilangkan kaki, mantra memperlihatkan siapa sosok tidak terlihat.
Wanita yang menyatu dengan sosok tengkorak hidup. Dia mengulurkan tangan sepanjang dua meter mencekik. Gerakannya yang cepat, dia mencakar tubuhnya sampai mengenai wajahnya.
“Arghh! Kurang ajar!”
......................
Langit gunung keramat mengabarkan keanehannya. Dari luar, pesona alam di atas gunung tertutup kabut hitam. Orang-orang yang melintas, mendongak kepala melihat gunung yang mulai di bungkus kegelapan. Cuaca ekstrim, jalan licin dan suara jeritan yang menggelegar. Banyak para pengemudi memutar arah tidak berani melintas dekat kaki gunung.
“Din, kamu dengar suara nggak? Asalnya dari gunung..”
“Ya, kayak suara hewan aneh. Malam ini kita meronda sampai jam sebelas aja yuk. Aku nggak berani berhadapan sama kuda hitam. Oh ya kabar si Dini emang lagi jadi perbincangan, sepeninggal Bowo ternyata dia menganut ilmu aliran sesat” ucap Manto berdiri mengikat sarungnya di pinggang beranjak pergi.
Pak Kades meminta Kek Langsat memagari desa agar tidak sering di teror penampakan makhluk halus. Sosok dukun yang terjaga semalaman tiba-tiba matanya menyala merasakan kedatangan sosok makhluk yang menduduki tubuh manusia.
“Pasti itu si Capit, aku tau dia akan terus memangsa mencari makanan” gumamnya mulai menabur kemenyan.
Rumah yang berada di dekat pintu masuk desa menjadi sasaran utama. Capit mengetuk pintu, mengubah suaranya mirip seorang tangisan anak bayi. Penghuni rumah yang tertipu itu langsung di tarik paksa membawanya ke dalam hutan.
“Hentikan Capit, kau sudah terlalu rakus menggunakan ilmu mu. Lepaskan pria itu!”
“Ahahah! Kekuatan mu itu tidak ada apa-apanya pria bau tanah! Mati lah kau!”
Sihir hitam yang saling berlawanan, kekuatan dorongan energi Capit lebih besar. Langsat mengeluarkan muntahan darah, dari belakang tubuhnya di dorong oleh Dini. Dia membantu Langsat melawan soso pria yang sangat dia benci, dua kekuatan menyerang Capit perlahan menghilangkan serangan apinya.
Pukulan suara ketukan warga menghentikan mereka, ketiga menghilang sedang pria yang hampir terbunuh itu di bawa masuk ke dalam rumah. Toto kesakitan telentang di atas tikar, orang-orang banyak berkerumun melihat dirinya. Bekas cekikan merobek lehernya, tangisan Lia dan anak-anaknya meraung ketika wajah Toto mulai membiru.
Langsat melangkah masuk, dia membawa kemenyan mengasapi ruangan. Meski energinya telah terkuras, dia berusaha menyelamatkan pria itu yang tampak sekarat. Tiga teguk air yang di masukkan ke dalam mulut Toto berlanjut siraman air bunga ke lukanya. Perlahan dia bisa menggerakkan tubuh.
“Bencana besar di desa ini akan terus berlanjut jika sosok si penghancur belum di musnahkan”
“Jadi bagaimana cara kita mengatasinya kek?” tanya pak Kades.
“Jalan satu-satunya dia harus lenyap..”
Para warga menyatukan suara mencari Capit, mereka tidak mau bernasib sama menjadi korban seperti orang-orang yang berada di kaki pegunungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Cika
baru kali ini mau komen pedas tentang si capit. mau maki beneran.
2023-06-12
0
Serda AD
💗HATI BERDEBAR 💗
2023-06-12
0
bu anum
mendebarkan
2023-06-11
0