Di dalam ruangan yang lembab, peti itu tidak lagi di penuhi bongkahan emas yang berkilau. Mbok Mijan di beri tugas penting mencari Jeje yang belum kembali dari pendakian. Namun bukan berarti melupakan semua syarat sesajian atau tanggung jawab bahan yang di persembahkan di atas meja hitam.
Cuma Mijan satu-satunya pekerja yang bisa dia percaya bisa membawa anaknya pulang.
Pada saat itu, jaja di larang mencari adiknya. Suratmi menegasakan kalau musim hujan maka besar dampak kecelakaan atau musibah besar kalau memaksakan diri naik ke puncak. Berbeda dengan mbok Mijan yang hanya di tugaskan berada di bawah kaki bukit menggunakan mantra pemanggil untuk menggerakkan pikiran anaknya kembali.
Dia juga berpesan agar memanggil Capit pulang. Hari yang tidak pernah dia bayangkan sebuah berita kematian yang di terima dari mulut suaminya sendiri tepat ketika pria itu kembali lagi pergi ke gunung. Hati Suratmi hancur, dia tidak akan pernah menerima kabar sekalipun kebenaran.
“Mbok melakukan ritual seperti yang nyonya perintahkan. Tapi yang pulang bukan nyonya Jeje melainkan arwahnya..”
Di bawah kaki bukit yang sepi, perkampungan warga kosong. Posko-posko, tempat awal beristirahat hanya kegiatan makhluk ghaib yang merubah keadaan seperti sedia kala. Banyak pendaki yang berpikir disana terpampang suasana indah dan kemistikannya. Sebuah tempat keluar masuk manusia yang berhasil mendaki. Siapa yang mengira hanya beberapa atau satu, dua orang yang selamat.
Di dalam surat kabar, berita pendaki yang selamat masih banyak mendapatkan gangguan makhluk halus. Air mata Suratmi menetes, dia kejang-kejang terjatuh dari kasur. “Bu, jangan halangi Jaja lagi. Keputusan Jaja sudah bulat mencari Jeje sekarang juga..”
Mengantarkan nyawa di dalam gunung, hutan yang di penuhi kekuatan hitam dan makhluk mengincar. Suratmi mengalami struk mendadak, bibirnya menceng ke kiri di ikuti setengah bagian tubuhnya. Kalau anaknya tidak juga kembali, maka di pastikan semua anak-anaknya menjadi tumbal ilmu dan kekayaan orang tuanya sendiri.
“Aku bahkan belum mengatakan yang sejujurnya dan meminta maaf pada anak-anak ku! hiks” gumam Suratmi.
Tepat tiga puluh tahun lalu. Masa kehamilannya menjadi momok menakutkan setelah pulang dari kaki gunung keramat. Suaminya rakut akan kekuasaan, awalnya hanya meminta pesugihan malah berlanjut menginginkan ilmu yang mengubah dirinya menjadi monster. Tidak ada rasa iba, belas kasih atau penyesalan. Sepulang menuju kota, mobil yang mereka kendarai membuat tabrakan beruntun saat Capit mengerem mendadak di bagian tengah jalan.
Kecelakaan lalu lintas, salah satu mobil sampai terbakar menyalakan ledakan mengenai pengendara melintas lainnya. Mereka tidak menyadari semua keanehan itu, musibah besar di hidupnya adalah kini kehilangan ketiga anaknya yang menjadi tumbal iblis.
Dahulu jalan ke perkampungan tidak pernah di batasi cukup dengan satu bus saja. Kabut hanya sesekali hinggap, sampai kabar pendaki yang hilang tidak semarak di surat kabar. Kehamilan memasuki masa Sembilan bulan, Suratmi kehilangan bayinya di ambil sosok makhluk hitam besar yang masuk dari jendela.
“Tidak! Anak ku! tolong!”
Tidak ada yang mendengar suaranya. Para pekerja dan kedua anaknya tertidur pulas sedang Capit sibuk kembali bersemedi di gunung. Suratmi merasa bayinya di cabut, tarikan paksa dari dalam organ intimnya. Dia kehilangan banyak darah, di pagi hari jeritan suara Jaja melihat di luar pintu kamar ibunya mengalir darah.
Nyawa Suratmi tertolong, di dalam ruang UGD dia menghabiskan puluhan kantung transfusi darah. Saat tersadar, dia menangis melihat perutnya yang rata. Bayinya benar-benar telah menghilang, bayi yang belum sempat di beri nama. “Apakah anak ku tenang di alam sana? Apa yang di perbuatan siluman iblis pesugihan itu?” batinnya.
Keluarga Capit di kenal sebagai pengusaha konglomerat di daerahnya. Terlebih lagi setelah menumbalkan anak terakhirnya, darah dan daging bayi segar di santan dengan imbalan yang besar. Semua itu hanya permainan iblis menipu manusia. Pesugihan juga ilmu yang mereka harapkan di tempuh menukar jiwa yang tidak ternilai harganya. Sebuah denyut nadi manusia yang tidak bisa di ganti oleh apapun di dunia ini.
Teriakan suara tangisan sambungan lengkingan keras di telinga. Suratmi seperti orang gila histeris melepaskan selang dan jarum yang terpasang di tubuhnya. Kalau dalam bahasa medis, wanita yang baru saja kehilangan bayinya kebanyakan mengalami depresi atau melakukan tingkah aneh seolah-olah benda mati itu adalah anaknya. Namun berbeda dengan penglihatan alam lain, gangguan muncul menuntut akan nyawanya yang melayang.
“Kakak? Apakah ibu sudah gila?” tanya Jeje menangis.
“Tidak, ibu hanya lagi banyak pikiran, Besok pasti sembuh dan kita semua akan berkumpul di rumah, Seperti dahulu kala.”
“Kak, aku lebih menyukai tinggal di kampung yang penuh kesederhanaan berkumpul dengan keluarga yang lengkap dan harmonis. Ayah lebih rajin berada di luar dan kalau pulang kerjaannya hanya marah-marah..”
Tulisan aneh yang tergambar di dinding, coretan di dalam buku gambar Jeje dan teman bermain yang tidak nyata. Dia sering tertawa sendiri di kamar, Jaja menyadari semua keganjilan pada adiknya. Penampakan yang paling nyata melihat ayunan adiknya seperti ada yang mendorong dari belakang. Dia mengatakan banyak memiliki teman. Jeje tidak pernah mengeluh di tinggal rumah sendirian.
“Aku juga tidak membantah di dalam rumah selalu di ganggu hantu. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku harus mempertanyakan pada ibu kalau sudah sadar nanti” gumam Jaja mengintip ibunya yang pingsan kena bius jarum suntik.
Dokter menyarankan kalau pasien semakin parah sampai melukai tubuhnya sendiri maka dia akan di pindahkan ke rumah sakit jiwa. Jaja menolak ibunya di rawat disana, dia menandatangi surat permohonan ijin rawat inap di rumah dengan membawa salah satu perawat di rumah sakit.
Uang berapapun bisa di bayar, Jaja hanya tau ayahnya seorang pria pekerja keras. Dia juga tidak pernah pelit ke anak istri dan membiarkan saja tumpukan uang terbuka lebar di atas laci dekat kasurnya. Para pekerja yang berani mencuri akan di jadikan tumbal atau calon korban yang menggunakan uang iblis.
Kabar kehilangan bayi Suratmi menjadi bahan omongan tetangga. Mereka melihat dari seberang jalan, Suratmi yang masuk ke dalam rumah di ikuti bayangan hitam besar. Dua warga itu tidak lain adalah penjaga komplek yang berkeliling lingkungan perumahan.
“Karyo kamu lihat makhluk hitam di dekat bu Suratmi?”
“Ya Par, yuk kita pergi! Hihh!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
PGrI
❤❤❤❤❤❤
2023-06-09
0