Membuyarkan semua pikiran-pikiran buruk mengenai wanita tua yang semakin lama tidak menunjukkan bahwa dia manusia biasa. Kemuning meminta benang berwarna merah, hitam dan putih. Dia masih mempercayai ilmu kejawen termasuk benda penjagaan tubuh dari serangan makhluk halus yang sering dia lihat dari neneknya. Wajah wanita tua yang pucat fasih itu tersenyum memberikan sebuah kaleng usang. Kemuning membuka isinya melihat banyak benang berwarna warni di dalamnya.
Proses pembuatannya cukup sederhana, tiga warna benang itu di pilin perlahan tergabung menjadi satu. Kemuning mengukur pergelangan tangannya. Kejawen, ilmu tradisional yang mengaduk hakikat nilai-nilai supranatural. Kejawen mengakui adanya Allah Yang Maha Esa, tetapi juga mengakui hal mistik yang berkembang dari ajaran tasawuf agama-agama yang ada. Kemuning mengingat setiap lembar buku yang selalu dia baca. Buku peninggalan neneknya dengan segala nasehat akan kebaikan.
Salah satu simbolisme berputarnya sangkakala sembah cipta kalbu.
Samengkon sembah kalbu / yen lumintu uga dadi laku / laku agung kang kagungan narapati / patitis teteking kawruh / meruhi marang kang momong.
Apabila cipta mengandung arti gagasan, angan-angan, harapan atau keinginan yang tersimpan di dalam hati, kalbu berarti hati , maka sembah cipta di sini mengandung arti sembah kalbu atau sembah hati, bukan sembah gagasan atau angan-angan.
Apabila sembah raga menekankan penggunaan air untuk membasuh segala kotoran dan najis lahiriah, maka sembah kalbu menekankan pengekangan hawa nafsu yang dapat mengakibatkan terjadinya berbagai pelanggaran dan dosa (sucine tanpa banyu, amung nyunyuda hardaning kalbu).
Perihal lembar terselip pembatas daun besar yang kering. Kata Thaharah atau bersuci yaitu, demikian kata yang tersirat Al-Ghazali dalam empat tingkat.
Pertama, membersihkan hadas besar maupun kecil dan najis yang bersifat lahiriah.
Kedua, membersihkan seluruh anggota badan dari berbagai pelanggaran dan dosa.
Ketiga, membersihkan hati dari akhlak yang tercela dan budi pekerti yang hina. Keempat, membersihkan hati nurani dari apa yang selain Allah.
Dan yang keempat inilah taharah pada Nabi dan Shiddiqin.Jika thaharah yang pertama dan kedua menurut Al-Ghazali masih menekankan bentuk lahiriah berupa hadast dan najis yang melekat di badan yang berupa pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh anggota tubuh manusia.
Cara membersihkannya dibasuh dengan air. Sedangkan kotoran yang kedua dibersihkan dan dibasuh tanpa air yaitu dengan menahan dan menjauhkan diri dari pelanggaran dan dosa. Thaharah ketiga dan keempat juga tanpa menggunakan air. Tetapi dengan membersihkan hati dari budi jahat dan mengosongkan hati dari apa saja yang selain Allah.
“Karsa akan terpenuhi jika semua nasehat dan memilih jalan terang. Kamu masih terlalu dini untuk mendengarkan semua ini nduk” ucap sang nenek memeluk Kemuning yang masih penasaran.
“Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung Anggelar sakalir-kalir Kalamun temen tinemu Kabegjane anekani Kamurahane Hyang ManonItu artinya tidak percaya kepada Tuhan, yang menitahkan bumi dan langit, siapa yang berusaha dengan setekun-tekunnya akan mendapatkan kebahagiaan. Karena Tuhan itu Maha Pemurah adanya” ucap nek Mindun meneruskan.
Air mata Kemuning menetes, dia sangat merindukan sang nenek. Dia juga rindu pada ibunya, berharap dapat pulang dengan selamat. Gelang yang terpasang di tiup bacaan ayat kursi banyak tujuh kali. Angin kencang membanting pintu, ranting pepohonan yang berjauhan. Suara teriakan dari kejauhan terdengar keras.
“Kemuning! Bangun!” Farsya menepuk pelan pipinya.
Di atas reruntuhan gubuk, bekas-bekas bakaran api masih terasa hangat di sekitarnya. Dia mencari dimana si wanita tua. Farsya menarik menjauh menggiringnya mengikuti arah tali penghubung ke sisi tebing berikutnya. Sampai atau tersesat, mereka harus terus berjalan maju.
“Far, kamu lihat nenek yang sama ku tadi nggak?”
“Nggak ada siapapun. Tapi sebelum aku kesini di antar Erik untuk mencari mu, gubuk masih berdiri tegak.”
Kemuning tau dia bukan Erik, lebih tepatnya gendoruwo jadi-jadian mengikuti kemiripan suaminya. Mereka berjongkok melihat pak Capit melintas di bagian depan pos. Ada benda yang dia seret, Farsya menyorot tubuh manusia yang tidak utuh di tangan pria itu. Menyadari ada yang melihatnya, dia mengejar keduanya hingga berhenti melihat bayangan wanita tua yang menghadang.
Pemuja setan menggunakan cara halus dan keji demi melumpuhkan korban. Penampakan di depannya sosok wanita tua yang sengaja ingin beradu kekuatan dengannya. Si penghuni gubuk setiap hari mengasah ilmu yang tidak kalah hebat.
“Ku akui ilmu pertapaan ku ini tidak memakan tumbal seperti mu. Tapi kau harus ingat bahwa sosok penunggu ini akan melindungi ku demi kelangsungan gunung keramat. Hanya aku yang bisa menenangkan para arwah yang mulai melawan.”
“Ahahah! Kau jangan besar kepala dulu wanita lemah. Temuilah ajal mu! hiya!”
Pertempuran ghaib mengganggu keseimbangan alam. Bantuan si juru kuncen yang ikut kekal terkena dampak ilmu Capit, membantu si wanita tua demi melumpuhkannya. Keganasan jin pesugihan dan ilmu hitam harus di hentikan. Tapi keberuntungan tetap berpihak pada Capit, dia berhasil membunuh di wanita tua dan juru kuncen gunung keramat.
“Ahahah! Siapa lagi yang bisa mengalahkan ku!” ucapnya gelak tawa.
......................
Tenda-tenda masih terpasang, api unggun menyala agar pria itu berpikir para mahasiswa masih berkemah disana. Farsya, Kemuning berlari di depan sedangkan Didim dan Nardi di belakang membopong Hana. Mereka mengingat rute kembali ke posko dua, akan tetapi saat di pertengahan jalan. Papan penunjuk di tukar sampai mereka kembali ke titik semula.
“Berhenti! kaki ku sakit sekali! Hiks” Hana mulai merasakan kakinya yang setengah lumpuh.
“Mas Erik! Tunggu mas!” Farsya berlari mengejar.
“Duh gimana dong? Dia mulai lagi” tanya Didim.
“Udah yang penting kalau ketemu Erik pasti dia balik lagi walau sendirian. Percuma kita mengingatkan kalau Farsya masih nggak tetap percaya. Kita tunggu aja dia disini” ucap Nardi mengipasi tubuhnya dengan topi.
Kekalahan si juru kuncen di balik sisa arwah dan ilmunya yang bergentayangan di sekitar gunung tetap mencoba para mahasiswa yang akan di jadikan tumbal Capit. Dia menutup pandangan Capit dengan kabut putih dan menghilangkan aroma khas tubuh manusia yang bisa dia cium dari jarak beratus meter.
“kemana perginya anak-anak itu!” gumamnya.
Didim mengingat si Capit berada di puncak dengan kegiatan yang sama. Dia menuju rute arah atas puncak untuk membuka galian yang sangat mencurigakan. Dia mengambil nama-nama lengkap mereka yang tertulis pada selembar kertas.
Brugh_ “Arggh!” Kepala Didim di pukul dengan balok kayu.
Didim berdiri mempertahankan posisi tubuh menyiram matanya dengan pasir. Dari belakang muncul Kemuning ikut membantu. Dia menendang ************ Capit, lalu mendorongnya ke tepi jurang. Pria itu terjatuh ke dalam. Kemuning terpaksa melakukan itu agar Capit tidak melancarkan kejahatannya membunuh orang. Dorongan Capit masuk ke jurang atas campur tangan sosok wanita tua.
Dia memperlihatkan wujudnya menunjuk arah jalan pada Kemuning. “Terimakasih banyak nek..” ucap Kemuning lalu mengajak Didim melangkah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
pgRI
⭐⭐⭐⭐⭐
2023-06-08
0
Tanah Karo
like
2023-06-08
0
Garuda
👍👍👍👍👍
2023-06-08
0