Siluet-siluet pepohonan, suasana mencekam, gangguan tiada henti. Dari luar gunung kini suara-suara aneh terdengar warga kampung seberang maupun pengendara yang melintas di dekat kaki bukit. Di dalam bus hantu, Hana setengah mati ketakutan melihat para penumpang yang mulai menatapnya. Sosok yang duduk di samping membungkuk menangis menutupi wajah dengan rambutnya.
“Mbak kenapa?” tanya Hana bergetar.
Menegakkan kepala, berputar tiga ratus enam puluh derajat sebanyak dua kali. Hana menjerit ketakutan menutup wajahnya dengan tangan. Bagaimana dia berlari? Untuk keluar dari bus nanti dia akan menyeret tubuhnya sambil mencari pegangan. Membuka sela jemari melihat sosok tadi menghilang. Para penumpang lain berdiri di sampingnya memperlihatkan berbagai bentuk bekas-bekas luka padanya.
“Tolong, tolong jangan ganggu aku. Ijinkan aku pulang” ucapnya ketakutan.
Bus mendadak berhenti, tiba-tiba seluruh isi bus kosong. Hana menahan rasa takut, hujan deras di susul bunyi dentuman keras dari atas langit. Keanehan terjadi beberapa menit berlalu lampu bus menyala. Para penumpang masuk dari pintu depan dan belakang. Raut wajah datar, cara berjalan yang kaku. Anak kecil mengambil posisi duduk di sebelahnya, dia basah kuyup menggigil mengusap wajahnya di penuhi lumpur.
Mengalihkan pandangan melihat kaca jendela yang berembun. Hana mengusap kaca, terlihat di luar banyak kerumunan orang berdesakan. Bus terguncang, lau kemudi supir kencang membuatnya kesakitan memegangi kakinya.
Dia berteriak kencang, penumpang lain tidak bergeming atau merasa ketakutan. Anak kecil yang di sampingnya berdiri di atas kursi. Kelakuan di luar batas nalar lain, dia mulai memasang posisi tubuh terbalik menggantung di atas atap bus.
Sifat orang-orang yang tidak lazim lainnya mengeluarkan suara meringkik sampai mulai menampakkan wujud hantu. “Arghh! Argh!” Dia tidak tahan melihat semuanya.
Hana meminta bus berhenti, dia menyeret tubuhnya sampai mendekati pintu. Tangisan, memelas dalam memohon, dia melihat wajah supir berhantu tanpa bola mata tetap memegang kendali laju busnya.
“Tolong! Tolong hentikan mobilnya! Hiks”
Mobil hantu akan berhenti sesuai jalur yang di tuju. Dia melihat beberapa penumpang mulai menjilati bekas darah yang menetes. Dia tidak sadarkan diri, terbangun melihat bus yang kembali kosong. Kali ini bentuk bus memiliki tingkat di atasnya. Bidang lebih besar, ada mainan kepala tengkorak yang terpajang di depannya. Lampu berkedip berwarna merah menyala, di luar banyak sosok-sosok mengerikan mencakar-cakar bus.
“Arghh! Arghh!” teriakan Hana.
Tubuhnya yang asli terhempas keluar bus, di dunia nyata dia di temukan seorang pengendara yang melintas di jalan. Selama berbulan-bulan dia mengalami koma, sukmanya keluar dari tubuh bergentayangan di bawah wilayah gunung keramat.
Hana belum menyadari hal yang terjadi pada dirinya, dia melihat Kemuning yang berlari mengejar Farsya.
“Kemuning, tunggu aku! Loh, kok kaki aku udah sembuh ya..”
Hana kebingungan melihat kakinya bisa bergerak normal, tidak ada sedikitpun bekas luka. Dia bahkan bisa berlari kencang sambil tertawa merentangkan tangannya. “Ahahah akhirnya kaki ku sembuh!” teriakan suara Hana terdengar oleh Kemuning.
Berhenti membalikkan tubuh melihat kehadiran Hana di berdiri di belakangnya. Dia melihat sahabatnya tidak menapak di bumi. Berpikir Hana telah meninggal, air mata Kemuning jatuh menetes. Dia tidak bisa memeluk sahabatnya, kesalahannya terakhir kali bersamanya adalah meninggalkannya sendirian di dalam bus berhantu.
“Kemuning, kamu kok nangis? Lihat deh, kaki ku udah sembuh. Yuk kita pulang!”
“Hana, aku senang kamu udah nggak sakit lagi. Tapi kalau aku tanya, kamu sekarang merasakan di dunia nyata atau mimpi?”
“Kamu ngomong apa sih? Ya nyata lah, aku bisa cubit kamu nih..”
Dia mengerutkan dahi, berkali-kali mencoba menyentuh tapi tubuhnya berbayang. Hana berpindah ke dimensi lain, suaranya di telan angin kencang yang seolah seperti berbisik. Kemuning tidak bisa melihatnya, dia berjongkok memeluk lututnya. “Apa yang harus aku lakukan?”gumamnya berputus asa.
Panggilan suara Capit, langkahnya menyerupai hentakan kaki raksasa. Kemuning kembali ke waktu dimana dia melihat siapa wujud si wanita kebaya yang berubah wujud menjadi muda dan menua. Hanya kamu yang tau siapa diri mu sebenarnya saat kau sendirian. Mendengar kabar istrinya yang kehilangan janin dari dalam perut, pria itu semakin menggila berharap emas, permata lebih banyak di dalam peti hitam.
Dia tidak di sebut seorang ayah, dia iblis yang mencari darah daging manusia sebagai tumbal. Capit menanti hari itu tiba, bayi persembahan untuk jin pesugihan. Usia yang terus bertambah di alam lain. Bayi tanpa nama berperan penting kelangsungan harta dan ilmunya. Setiap malam, suara tangisan dan tawa bayi itu memekik telinga. Lebih tepat di tengah malam, banyak orang-orang yang tidak berani melintas di depan rumahnya.
Rumah Capit yang berapa di kota sudah terkenal keangkerannya. Dia juga sering melakukan janji pada para pencari pesugihan agar menyusulnya di gunung yang merupakan rumah kedua baginya. Gua raksasa bebatuan seperti nafasnya. Dia melarang keras siapapun yang berani mengacau sarang iblis yang dia bangun.
Sisa dari tubuh para pendaki yang mati di tangannya di buang di sungai. Sosok bayi yang telah tumbuh dewasa dia jadikan umpan mengambil korban.
“Hihihi, ibu ayo kita main” suara anak kecil membangunkannya.
Kaitan pak Suroto adalah nama samaran Capit. Suratmi tidak akan pernah menduga penampakan anak kecil yang seumur hidup mengganggunya adalah jiwa anaknya sendiri yang tidak tenang menghantui. Tubuh kecil berwajah dewasa memakai pakaian kebaya langkah dengan hiasan bunga kamboja di kepalanya. Mbok Mijan mengetuk pintu yang terbuka, dia masuk membangunkan Suratmi.
“Nyonya, waktunya minum obat”
“Saya nggak gila mbok, tadi anak kecil disini. Masa mbok nggak lihat sih!”
“Maaf nyonya, ini perintah tuan besar..”
Sikap suaminya yang semakin arogan, temperamental dan suka menghajar kalau kehendaknya tidak di turuti. Dia terpaksa menerima beberapa pil yang berukuran besar berpura-pura menelannya. Meminta si mbok mengambil air minum lebih banyak. Dia langsung membuang obat dari jendela. Dia terpaksa harus mewaraskan diri di sisi lain gangguan dari makhluk halus.
“Aku harus mencari tau semua seluk beluk tentang pesugihan yang di lakukan suami ku. Kalau bayi itu telah dewasa dan menjadi sosok mengerikan seperti yang selalu menjumpai ku. Maka aku kan memutuskan rantai ikatan iblis ini dan menyelamatkan sukma anak” gumam Suratmi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments