Pos satu bukan akhir dari jalan pendakian, gunung keramat belum bisa melepaskan orang-orang yang berani masuk menjelajah hutan. Di pos satu, mereka bertemu seroang pria tua. Penjaga pos berwajah pucat mempersilahkan mereka beristirahat. Hana curiga dia bukan manusia melainkan soso penghuni makhluk halus. Duduk di atas bangku panjang, tempat di penuhi sarang laba-laba menambah keyakinan tempat itu tela lama kosong.
“Kalian kalau mau pulang, harus benar-benar sudah melepaskan ikatan apapun dari gunung inu” ucap si pria tua.
“Aku sudah mengikhlaskan Jaja pak. Aku ingin pulang, aku sudah tidak tahan menahan luka di kaki ku” ucap Hana.
“Kalau aku, sebenarnya masih menunggu suami ku Erik yang seperti sibuk sendiri melakukan kegiatan di hutan” Fasya memandang ke arah luar berharap Erik muncul di hadapannya.
“Pak, apa kami melewati jalur kiri untuk sampai ke bawah?” tanya Kemuning yang mulai ragu meneruskan perjalanan.
“Percaya pada kata hati mu sendiri, jangan pernah menoleh ke belakang.”
Pria tua itu keluar pos, tubuhnya di telan kabut tebal. Meyakini dia penghuni gunung, ketiga wanita itu mempercepat gerakan segera pergi. Sampai pada tempat peristirahatan awal, mereka terkejut tempat itu sepi tidak berpenghuni. Di pintu masuk sewaktu pertama kali mereka ke tempat tersebut, seorang pria menerima setiap pendaki yang datang. Kerumunan orang-orang yang akan mendaki, suara ramai dan kegiatan lainnya menghilang begitu saja.
“Kita nggak bisa beristirahat disini, kita harus secepatnya menuju terminal bus.”
“Tapi kemuning, aku yakin bus itu adalah bus hantu. Aku curiga penumpang di dalamnya, hiks. Aku takut!”
“Teman-teman, kalian pulang duluan ya. Erik memanggil ku!”
“Loh, Farsya! jangan pergi!” teriak Kemuning.
Langkah tertatih, Kemuning menopang tubuh Hana sampai ke terminal bus. Saat matahari mulai tergelincir, kabut putih tebal menyebar di sorot lampu bus bagian depan. Kemuning tidak memperdulikan supir yang tubuhnya tampak tidak utuh lagi. Dia harus membawa Hana pulang. Duduk di kursi bagian depan, Kemuning mendengar suara ketukan pintu jendela dari luar. Farsya yang berteriak minta tolong memukul kaca.
“Kemuning, kamu mau kemana? Jangan tinggalin aku sendirian”
“Aku Cuma mau lihat Farsya di luar, kita akan pulang sama-sama Han..”
Bus hantu yang datang dan pergi tanpa perkiraan waktu. Saat Kemuning turun dari bus mencari Farsya, bus itu malah pergi meninggalkannya. Suara panggilan Kemuning yang tidak terdengar, dia berlari mengejar di tengah jalan. Larinya terhenti melihat seekor serigala mengaung di ujung hingga dia menepi masuk ke dalam hutan mencari persembunyian.
Kemuning memanjat salah satu pohon, dari atas dia melihat sosok Capit menatap ke sekita seperti mencari sesuatu. Ada keris di tangan pria itu, dia menjerit memanggil mereka.
“Hei anak-anak sialan! Keluar kalian!” teriaknya.
“Untung aku cepat bersembunyi” gumam Kemuning menunggu pria itu pergi.
Dia kembali duduk di terminal menunggu bus datang, akan tetapi Farsya dari seberang jalan berteriak minta tolong. Kemuning berlari mengejar, Farsya terlihat di bawa Capit masuk ke dalam hutan. Hatinya jadi berat meninggalkan Farsya sahabatnya. Keyakinannya bahwa Farsya masih hidup, Kemuning memberanikan diri masuk masuk ke rute awal mendaki.
Berjalan sendirian, bahan bekal makanan dan minuman yang menipis, dan tanpa membawa peralatan berkemah. Dia mencari Farsya walau kondisi tubuhnya mulai melemah. Tiba-tiba pandangannya kabur, Kemuning berteduh di bawah pohon bersandar meluruskan kakinya.
“Kemuning bangun, kamu ngapain tidur disini?” hantu Ayu menepuk pelan pundaknya.
“Ayu, aku lelah sekali. Aku istirahat sebentar ya..”
“Tapi jangan disini, kamu mengundang lainnya untuk hadir. Ayo ikut aku..”
Ayu menggandeng tangannya, mereka tidak melewati jalur pendakian. Gerakan Kemuning yang akan menggeser patahan dahan pohon di tahan Ayu untuk menunduk bersembunyi. Genggaman tangannya terasa semakin dingin, aroma bagai tanah kering yang tersiram air melekat di tubuhnya. Hantu Ayu menutup mulutnya agar tidak bersuara. Di tanjakan jalur pendakian, banyak terlihat hantu-hantu pendaki berjalan mirip Zombie beramai-ramai memperlihatkan bentuk tubuhnya mati mengenaskan.
Dari sekian banyak hantu pendaki yang dia lihat, mereka banyak kehilangan organ-organ tubuh serta berjalan tanpa bola mata. Berpikir bagaimana cara sahabatnya meninggal, dia menatap Ayu dengan rasa iba dan kasihan. Arwahnya gentayangan di gunung seperti mereka, tapi sosok Ayu yang selalu membantu di setiap kesulitannya.
“Jeje!” panggil Ayu terbang mendekati sosok wanita berpakaian kebaya.
“Wanita itu, gambaran mimpi buruk ku sebelum aku mendaki” gumam Kemuning.
Posisinya masih di bagian semak melihat sosok wanita kebaya mulai berubah wujud menjadi wanita tua berwajah buruk rupa. Hantu Ayu menghilang ketika akan di tarik naik ke dalam kereta kuda. Kemuning melihat makhluk lain yang memakai pakaian kebaya mirip sosok wanita tua di dekatnya.
“Wanita tua tadi mirip dengan Jaja. Tidak salah lagi dia itu saudara kembal jaja yang di cari sampai kami jadi begini” gumam Kemuning mengendap melangkah meneruskan jalan.
Suasana langit berubah ubah, kabut menyelimuti mengakibatkan sulit mencari jalan. Kemuning mendengar tawa suara Farsya memanggil Erik, dia mengikuti arah suara. Lagi-lagi Erik berwujud gendoruwo yang tidak di sadari sahabatnya itu sedang bermesraan di tengah hutan.
“Jangan dekati mereka Kemuning, makhluk itu akan mengganggu mu” cegah Ayu.
Hujan rintik membasahi bumi, hutan angker yang tidak pernah damai dalam permasalahan ilmu hitam dan cerita kemistikannya. Mengantar kemuning di tempat yang aman untuk berteduh, sosok Ayu menghilang saat Kemuning mulai mengangkat takbir untuk menegakkan sholat.
Jadi tidak bisa di simpulkan Ayu arwah penasaran yang masih terjebak dalam ilmu Capit sebagai tumbal kejahatannya.
Kemuning tertidur, tubuhnya masih di bungkus mukenah. Di atas selembar kain, dia kembali bermimpi buruk. Sosok Ayu berubah mengerikan mau mencekiknya. Berlari menghindari hingga terjatuh di antara tumpukan tulang tengkorak. Dia melihat penampakan pendaki laki-laki di seret Capit ke sebuah pohon besar di bawahnya terdapat banyak benda-benda aneh.
Tubuh pria itu di ikat, Capit mengucapkan sesuatu yang tidak dia pahami. Bola mata pria itu di cungkil menggunakan keris. Sekali telan, sepasang mata masuk ke dalam mulutnya. Capit kerasukan mengeluarkan gigi taring dan kukunya yang tajam. Dia merobek perut si pendaki dengan rakus memakan organ tubuhnya.
Kemuning melihat sosok aneh yang keluar dari dalam pohon. Sosok anak kecil yang bertubuh mengerikan ikut mengambil organ hingga melahap dagingnya. Keringat bercucuran, detak jantung terpompa tidak stabil, Kemuning kembali terjatuh di tempat yang sama.
“Arghh!” jeritnya ketakutan.
Berpikir Capit akan berlari mengejar namun sosok manusia iblis itu menusuk dua pendaki lain lalu mendorongnya ke dalam sungai. Dari dalam, sosok wanita kebaya menarik keduanya masuk. Suara jeritan hantu Ayu terdengar keras histeris melihat mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
pgri
love
2023-06-10
0