Pengorbanan yang sia-sia akibat keserakahan seseorang. Arwah terkunci di hutan, gentayangan terjebak dalam rantai sosok iblis.
“Arghh! Sakit banget tangan ku! hiks!” Farsya meringis menahan nanah yang keluar.
Dia menjerit berlari menghindari sosok yang selalu mengganggunya. Kabut menutupi pandangan, langit mendung, suara meringkik di antara pepohonan yang bergoyang. Dia berjongkok menekan luka, di balik kabut sosok berbaju putih terbang menggantung di atas pohon.
Farsya berlari kencang, melihat di depan ada tebing bebatuan menghentikan larinya menahan tubuh berpegangan pada pohon. Krakk__ belakang lengan bajunya robek. Dia melihat Erik tiba-tiba ada di sampingnya. Gerakan badan sama menghadap gerakan kaku menatapnya.
“Mas Erik, kamu kemana aja? Aku takut sekali mas! Hiks!”
Pria kaku bersuhu tubuh dingin membalas pelukannya. Dia berjalan menggandeng Farsya, tubuhnya sangat keras menyentuhnya dengan kasar. Tidak sadar siapa sosok di depannya, Farsya membalas semua perlakuan mesra sosok yang mirip dengan Erik.
Didim dan Nardi berhenti melihat kedua kekasih itu bermesraan. Nardi menahan langkah Didim, dia menarik agar dia pergi meninggalkan mereka. “Mereka kan udah sah jadi suami istri, kita tinggalin aja mereka bermesraan.”
Waktu di dalam hutan sangat cepat berganti malam. Cahaya matahari menanjak bagai selipan cahaya kecil yang tertutup kabut tebal. Setengah hari yang lalui berputar bagai durasi waktu satu jam sedangkan malam terasa seperti melewati dua malam selanjutnya. Misteri di hutan menuju ke atas puncak penuh dengan misteri.
Setelah Jaja tersesat di alam lain, sosok aneh yang menyerupai saudara kembarnya tersenyum melambaikan tangan. Dia bersama seorang wanita muda yang sering menampakkan wujud, raut wajahnya terkadang berubah menua. Pakaian khas kesamaan lain melekat pada tubuhnya dengan gerak gerik dan kesamaan goresan wajah.
“Jeje, ayo pulang! Ayah dan ibu menunggu mu!” ajak Jaja berjalan ke arahnya.
Akan tetapi, semakin dia mendekati maka semakin jauh langkah jarak yang di tempuh. Ada pembatas yang menghalangi, sosok Jeje saudara kembarnya memakai pakaian mirip si wanita kebaya. Dia menyuruh Jeje agar berhenti dan berputar haluan.
“Saudara ku, aku sudah tenang disini. Jangan cari aku lagi” Jeje yang tidak berwujud manusia memperlihatkan tempat biji bola matanya yang bolong. Wajahnya terkelupas, dia di tarik sosok wanita berpakaian kebaya naik ke atas kereta kuda hitam.
“Nggak! Jeje kamu mau kemana?” panggil Jaja yang terpaksa melarikan diri di kejar kerumunan makhluk-makhluk yang berada di pasar.
Sepuluh tahun lalu.
Lahan luas kosong berangin terpasang tulisan pasar tandus. Cerita bersejarah mengisahkan pasar yang pernah mengisahkan tragedi kebakaran yang menewaskan penduduk desa. Seorang dukun yang melakukan pemujaan setan, dia menumbalkan orang-orang sebagai korban untuk mendapatkan ilmu hitamnya. Kaitan orang tua Jaja yang meminta kekayaan secara instan di gunung yang dikeramatkan memiliki kekuatan sosok siluman yang bisa membantu semua masalah kesulitan.
Bagaimana di lahan yang luas bisa membakar kerumunan ramai orang dalam sekejap? Sihir gangguan siluman iblis pemakan manusia menahan kaki mereka tidak bisa bergerak menghindari api. Di dalam persembunyian, sesajian di bentang tersusun perlengkapan benda-benda klenik.
Jeje memperlihatkan gambaran masa lalu pada Jaja. Ayah mereka menemui seorang dukun demi mencari kekayaan. Perusahaan berkembang pesat, usaha bisnis yang lancar sampai setiap hari pria yang pernah hidup Berjaya itu banyak menumbalkan manusia tidak berdosa.
“Ayah.. aku tidak menyangka ayah melakukan hal seperti ini” gumamnya mengikuti masuk ke dalam gua.
Pria yang tidak asing baginya, wajah pak Capit si pemandu pendakian yang sering bertingkah aneh ternyata memiliki kaitan dengan keluarganya. Penukaran jiwa dengan sebongkah emas di dalam sebuah peti hitam. Ingatan Jeje melalang buana pada masa kecilnya saat dia masih di bangku sekolah dasar. Ayahnya sering melarang membuka pintu bercat hitam.
Suatu hari pernah dia mengintip aktivitas yang di lakukan ayahnya di balik pintu. Pada tengah malam Jaja terbangun mendengar teriakan suara wanita.
Di dalam ruangan menyengat bau amis bercampur bunga dan wangi aneh membuat merasa mual. Sebuah peti hitam di taburi bunga, saat ayahnya membuka terlihat emas di dalamnya ada juga kepala tengkorak yang di siram air berwarna merah.
“Itu atau darah? Hihh!” gumamnya berlari.
“Aku teringat kotak hitam yang sama. Kejadian itu sudah lama sekali. Usia ayah sangat jauh berbeda dengan pak Capit. Tapi kenapa bapak itu masih segar bugar dan sehat sampai saat ini?” gumam Jaja.
......................
Sosok pendaki wanita yang mengikuti Kemuning tetap melihatnya dari kejauhan. Dia sering memberikan petunjuk hingga menghalangi sosok lain yang akan mendekat. Setelah terbangun dari atas bebatuan, Kemuning berlari mencari jalan menuju tenda. Sosok pendaki bernama Ayu memberikan petunjuk hingga menerbangkan angin memperlihatkan jalan agar dia cepat sampai.
“Terimakasih Ayu..” gumamnya meneruskan langkah.
Api unggun menyala, dia atas kayu yang di tegakkan terdapat air rebusan yang telah mendidih. Nardi memasukkan jamu-jamur ke dalamnya. Kemuning segera mengambil ranting membuang wadah hingga jamur berserakan ke atas tanah.
“Loh kok kamu buang sih? Aku kan laper, kamu kesurupan?” tanya Didim.
“Kamu dapat dari mana jamur itu? ingat ya, setiap makhluk yang bernyawa di hutan ada penunggunya. Udah permisi belum ngambil ini jamur?” tanya Kemuning melihat satu persatu jamur menghilang.
“Belum, tuh di Nardi mendesak orang balik ke tenda. Eh pas di sisi pohon besar, banyak jamur segar. Lagian berpahala juga tuh tumbuhan udah kasih makan orang yang sedang musafir”
“Musafir kepala mu peang Dim. Aku kan nggak minta kamu bawa jamur. Pentolan ujungnya seram banget” kata Nardi yang tidak selera sama sekali melihat tumbuhan tersebut.
Sisa satu bungkus mie instan yang di bagi menjadi lima mangkuk berukuran kecil. Stock makanan dan minuman mereka habis. Keputusan mereka menunggu Hana, Legi dan Jaja sampai hari esok. Jika tidak ada tanda-tanda dari mereka bertiga maka mereka membatalkan niat naik ke puncak dan segera melaporkan kabar kehilangan teman-temannya.
“Tolong! Arghh!” Hana menjerit sekuat tenaga.
“Semuanya, kalian dengar teriakan Hana nggak?” tanya Kemuning memastikan lagi sambil berjalan mencari sumber suaranya.
“Kemuning bahaya, jangan pergi sendiri!” Didim mengejar sambil membawa senter.
Hana masuk ke jalur terlarang tempat angker dekat pasar kematian. Sosok hewan setengah badan manusia menarik kakinya hingga kukunya yang panjang merobek lutut. Dia berpegangan pada pohon, bagian kaki menggantung masuk ke dalam lubang.
Kemuning menarik tangan Hana di bantu Nardi. Tenaga tarikan dari dalam lebih kuat menarik paksa Hana masuk ke dalam.
“Hana! Hiks!”
“Jangan masuk Kemuning! Ayo kita pergi sebelum makhluk tadi keluar dari lubang itu!” Nardi menarik tangan Kemuning.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
🐈Mozza
hal hal pengetahuan tentang mendaki buat akuh mikir ulang travelling kesana thor
2023-06-07
0
Miaw
jurus kucing mencakar si 🐊buayaaa
2023-06-07
0
Catty
pecinta😅Horor mendarat kak 👍
2023-06-07
0