Chae Hyun mengenang masa-masa indah yang penuh canda dan tawa. Masa di mana keluarga masih lengkap dan utuh. Tidak ada rasa sedih, kecewa dan rindu. Semua kenangan itu tersimpan rapi dalam memori nya. Masa yang paling indah selalu ia kenang sepanjang masa dan masa yang paling tragis ia kubur bersama rasa trauma.
Sekarang Chae Hyun sudah berada di sebuah tempat yang mana tempat ini sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi para korban. Baik itu meninggal karena sakit atau kecelakaan.
Chae Hyun duduk bersimpuh menghadap ke arah peti mati. Peti mati ini berisikan jenazah adeknya yang sudah dimandikan dan sudah dipakaikan baju lengkap dengan sepatu dan aksesoris lainnya. Tempat ini dipenuhi oleh rangkaian bunga dan juga lilin yang dibiarkan menyala.
Teman kerja, guru, teman sekolah adeknya dan juga para tetangga hadir ditempat ini, untuk mendoakan Chung-Hee. Keluarga besar dari pihak ayah maupun ibu tidak ada seorangpun yang hadir di tempat ini. Walaupun tidak ada dukungan dari orang terdekat, Chae Hyun masih bisa berdiri dengan kakinya sendiri dan bersandar kepada tuhan.
Sudah tidak ada pilihan selain bersandar kepada tuhan. Hanya tuhan yang paling memahami isi hati Chae Hyun. Tepat di jam dua siang peti mati ini di angkat oleh petugas di sini. Peti mati ini di bawa menuju mobil jenazah. Semua orang yang hadir juga turut ikut mengantar sampai ke depan pintu mobil jenazah. Chae Hyun masuk ke dalam mobil jenazah sembari membawa foto mendiang adeknya. Masuk seorang diri tanpa ada yang mendampingi.
Lantas kemana Joon young pergi? Joon young masih di rumah menemani ibunya yang tengah sakit. Menjadikan dirinya tidak bisa hadir, atas ketidak hadirnya ia sudah mengirim pesan maaf pada Chae Hyun. Ingin sekali menemani Chae Hyun tapi apa daya ibunya sendiri juga sakit. Kalau di tinggal ibunya sendirian di rumah.
Mobil jenazah pun bergerak menjauh dari tempat tadi dan sekarang menuju tempat pemakaman. Tidak ada iring-iringan mobil hanya mobil jenazah saja yang membawa peti mati. Di dalam mobil Chae Hyun hanya bisa mengusap peti mati ini dengan tatapan sendu. Chae Hyun memeluk erat peti ini seperti memeluk erat Chung-Hee ketika hendak berangkat ke sekolah.
"Dek kalau sudah ketemu ayah sama ibu beri tau mereka kalau kakak sayang sama kalian. Dan jangan lupa sering-sering lah mampir ke mimpi kakak, biar kakak tidak lupa dengan wajah tampan mu itu. Chung-Hee adek ku yang paling tampan istirahat lah dengan tenang dan damai, jangan khawatir kan kakak di sini. Kakak baik-baik saja doakan kakak supaya kuat, tabah dan panjang umur. Love you..."ujar Chae Hyun seraya mengecup penutup peti mati dengan kedua mata tertutup.
Tanpa Chae Hyun sadari mobil jenazah ini telah sampai di tempat pemakaman umum. Chae Hyun yang terlelap memeluk peti mati dikagetkan dengan suara orang yang memanggil dirinya.
"Permisi nona Chae Hyun, peti mati ini akan kami turunkan. Silahkan nona keluar terlebih dulu"ujar salah satu petugas yang tadi membawa peti mati Chung-Hee.
Chae Hyun hanya mengangguk sambil membawa foto adeknya yang sudah dicetak dan diberi figura. Proses penguburan berjalan dengan lancar dan Chae Hyun tidak bisa berlama-lama di sini sebab Chae Hyun numpang pulang menggunakan mobil jenazah. Sebelum pergi Chae Hyun menyisipkan dua tangkai bunga mawar di atas kuburan.
Kenapa jasad adeknya tidak di kremasi atau di bakar? Sebab biaya untuk di kremasi sangat lah mahal, Chae Hyun tidak punya uang sebanyak itu dan selagi ada pilihan lain kenapa tidak mengambil yang tidak terlalu mengeluarkan uang. Uang yang ia tabung hanya cukup untuk ia hidup di negara K. Semakin bertambah nya tahun, sekunder dan primer semakin melonjak tinggi. Gaji setiap bulan nya bertambah hanya sedikit.
Di kuburan masal itu terdapat kuburan kedua orang tuanya, kakek serta nenek dari ayah maupun ibu. Satu keluarga di sana semua dan tanah yang baru ialah milik adeknya.
...****************...
Sesampainya sudah di rumah, Chae Hyun mulai membersihkan diri. Setelah puas membersihkan diri di kamar mandi, kini beralih membersihkan kamar sampai menuju depan pintu masuk. Semua ruang di sapu lalu di pel lantai ini. Selesai bersih-bersih, Chae Hyun pindah tempat ke area dapur. Dimana ia dan adeknya selalu menghabiskan waktu di dapur ini. Banyak kenangan di sini sampai kedua pelupuk mata tak sanggup menahan air mata.
Niatnya mengurangi rasa sedih tapi apa daya rasa kehilangan masih ia rasakan. Kegiatan bersih-bersih ini bertujuan mengurangi rasa sedih. Tetapi ya sesekali masih meneteskan air mata itu wajar sebab baru pertama di tinggal pergi jauh. Sedih manusiawi karena manusia memiliki rasa emosional mulai dari marah, senang, ataupun sedih. Boleh bersedih tapi ingat jangan berlarut-larut karena akan menarik sifat-sifat energi negatif yang ada di sekitar. Secukupnya saja selepas itu mulailah berdamai dengan diri sendiri dan mengikhlas kan walau itu terasa berat.
Mengikhlas kan bukan hanya sekedar di mulut tatapi, rasa di dada atau hati sudah terasa plong tidak ada beban. Kalau sudah tidak ada beban di dalam dada bisa dipastikan orang tersebut sudah mengikhlas apapun yang terjadi pada orang tersebut. Memang berat tapi yakinlah hanya waktu yang bisa berkata.
Ting tong... Terdengar suara bel yang di tekan oleh orang. Chae Hyun terpaksa menyudahi memasaknya dan berjalan mengarah ke pintu.
"Iya sebentar"kata ku seraya membuka kunci dari dalam.
"Atas nama Chae Hyun"orang ini berdiri di depan pintu sambil membawa kantong plastik besar.
"Iya benar, Anda siapa?"Chae Hyun heran mengapa orang ini bisa tau namanya. Alarm tubuh nya mengingatkan bahwa ini orang asing, sontak Chae Hyun jaga jarak dan mewaspadai orang ini.
"Saya kurir makanan"
"Tapi maaf saya tidak merasa memesan makanan"Chae Hyun sedikit menarik pintu, sewaktu-waktu orang ini bertindak anah. Chae Hyun bisa langsung menutup pintu.
"Tapi ini tertera nama anda"
"Iya saya tau, tapi saya tidak merasa memesan makanan"balas Chae Hyun. Sedetik kemudian Chae Hyun bertanya lagi" siapa yang memesan makanan ini?"
"Nam-Joon..."kurir makanan ini menyebut nama yang sangat Chae Hyun kenal.
Dalam batin Chae Hyun"apa orang yang telah menyelamatkan ku itu ya, dari namanya aja sama. Kalau iya kenapa repot-repot mengirimkan makanan ke sini"
"Apa anda mempunyai nomor yang pesan ini?"tanya Chae Hyun sebelum menerima pesanan ini.
"Oh ada, sebentar..."untung nya kurir makanan ini mudah untuk diajak bicara dan terlihat santai.
Saat kurir berbicara dengan Nam-Joon melalui ponselnya. Samar-samar Chae Hyun mendengar suara yang sangat ia kenal di ponsel kurir makanan. Sebelum berakhir panggilan telpon ini, Chae Hyun meminta ponsel kurir untuk berbicara dengan Nam-Joon.
"Ini tuan Nam-Joon yang kemarin itukan?"ucap Chae Hyun.
"Masa lupa dengan saya sih. Baru kemarin kenalan masa hari ini lupa. Oh iya kamu enggak usah repot-repot masak, sudah saya pesanan makanan tinggal kamu makan aja. Maaf saya tidak bisa kesana masih ada kerjaan"
"Tidak masalah tuan, ini sudah cukup. Sekali lagi terima kasih"sudah cukup berbicara dengan Nam-Joon. Ponsel yang ia pegang ia kembalikan lagi ke yang punya. Dan kantong plastik itu Chae Hyun terima.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments