Asistennya yang sudah bekerja selama sepuluh tahun baru melihat bosnya se khawatir ini kepada wanita yang baru dia tolong. Padahal bosnya jarang memperlihatkan wajah khawatir yang berlebihan ini, waktu ibu tirinya masuk rumah sakit. dia santai santai saja bahkan sangat jarang menjenguk ibu tirinya sampai saat ini, sampai ibu tirinya sembuh. dia masih belum menjenguk ke mansion utama. di mana ayah, dan dua adek( satu adek kandung dari mendiang ibunya dan satu nya adek dari hasil pernikahan kedua ayahnya bersama ibu tirinya).
Pernah juga ayahnya sakit, Nam-Joon santai saja tidak memperlihatkan wajah khawatir dan cemas. Lah ini orang lain sekaligus baru pertama kali bertemu saja sudah memperlihatkan wajah khawatir. Sungguh aneh untuk di ungkapan memalui mulut. Sepanjang jalan Jae menyempatkan diri melirik sekilas ke spion tengah untuk mengecek apa reaksi selanjutnya.
"Jangan lirik ke belakang, fokus ke depan. Mau nyawa lu melayang di tangan gue" Nam-Joon tahu kalau sedari tadi Jae curi curi pandang melalui kaca spion tengah.
"Bos..."panggil Jae sambil terus menyetir.
"Hmmm..."
"Itu wanita siapanya bos?" Jae sudah tidak tahan menanyakan ini langsung kepada Nam-Joon.
"Do not know" sambil mengangkat kedua bahu.
"Kalau tidak tahu mengapa di tolong, terus sekarang wanita itu kita apakan. Kalau di cariin sama orang tuanya bagaimana?..."sahut Jae yang syok dengan penuturan bosnya.
"Dan itu tugas lu,sekarang gue perintahkan cari identitas wanita ini.Gue hanya bermaksud menolong, masa iya orang mau bunuh diri di biarkan" jawab Nam-Joon sembari memandang wajah wanita ini.
Haahhh...(menghembuskan napas lelah).Jae sudah paham ending pembicaraan bosnya, bahkan dia tahu pemikiran bosnya. Hanya saja memastikan benar apa tidak yang dia pikirkan. Masa bodo dengan wanita itu, kalau ada apa apa biar bosnya saja yang tanggung jawab. dia tidak mau, main aman saja lebih yahud.
Sampai di tempat tujuan, Jae membuka pintu belakang yang mana bos nya sedang duduk di jok belakang bersama seorang wanita. Jae membuka pintu mobil dengan kedua mata terus menatap intens wanita dalam gendongan bosnya.
"Ryu jin udah elu telepon kan?" tanya Nam-Joon yang terus jalan dengan kedua tangan menahan berat badan Chae Hyun.
"Udah, bahkan orang nya udah nunggu di dalam" sahut Jae yang sudah melangkah jauh meninggalkan Nam-Joon yang tengah jalan sambil membopong tubuh Chae Hyun.
Sesampainya di dalam mansion, Nam-Joon melihat Ryu jin sudah menunggu di ruang tamu. Ryu jin melihat tuan rumah sudah ada di sini, lantas dia mendekat sambil berkata"siapa wanita ini?..."Nam-Joon mendengar perkataan yang sama dengan dua orang yang berbeda. memang mengapa dirinya membawa dan menolong wanita, apa salahnya yang dia lakukan sampai dua sahabatnya bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Apa salah nya sih gue nolong orang, dan kalian berdua mengapa menatap gue kayak begini" sangat risi melihat tatapan dari kedua sahabatnya.
"Cuma heran saja sama elu" Ryu jin mendekat ke sofa panjang yang berada di area ruang keluarga.
Nam-Joon melangkahkan kaki mengarah ke dapur bersih untuk mengambil segelas air putih yang dia ambil dari dalam lemari pendingin. Lalu dia membalikan badan dengan salah satu tangannya menopang di lemari pendingin sembari berkata" heran bagaimana sih? toh kalau dia udah bangun akan gue antar ke rumah nya. Sementara dia di sini dahulu sampai sadar dahulu, okay..."
Nam-Joon sendiri murni menolong Chae Hyun tidak punya maksud terselubung. dia hanya menolong calon korban bunuh diri, kalau dia tidak melewati jembatan merah tadi bisa di pastikan wanita ini sudah meninggal terbawa arus deras air sungai. tetapi, tindakan nya saat ini selalu di curigai oleh dua sahabatnya.Yah dia tidak ambil pusing punya niat baik dan berbalik pula ke diri kita.
"Bagaimana keadaan wanita ini?" Nam-Joon duduk di sofa kosong.
"Wanita ini mengalami tekanan yang sangat berat bisa di bilang stres. Keseluruhan baik baik saja tidak ada luka yang serius, hanya saja pergelangan tangan terluka" ujar Ryu jin setelah selesai membalut kain kasa di pergelangan tangan Chae Hyun.
"Luka...."beo Nam-Joon, setelah itu melihat baju yang dia pakai. Ternyata ada bekas darah yang masih segar dan dia baru sadar bahwa pergelangan tangan wanita itu sudah mengeluarkan darah sedari tadi.
"Apa tadi sempat kegores besi jembatan ya" gumam Nam-Joon yang sempat didengar oleh dokter pribadinya.
"Ini bukan goresan melainkan bekas jarum infus. Seperti nya wanita ini asal cabut jarum infus jadi nya darah keluar terus, tetapi tidak apa sudah gue obati. Nanti luka bekas jarum infus akan menutup, jangan khawatir..."Ryu jin memasukan alat dokter ke dalam tas kerja. Lalu bergegas mencuci tangannya di wastafel.
"Kasian dia pasti cobaan nya berat" sambung Jae yang sedari tadi berdiri di belakang sofa. Yang mana sofa ini digunakan untuk Chae Hyun berbaring.
...****************...
Di ruang luas dan nyaman ini, Chae Hyun tersadar dari pingsan. Baru membuka mata sudah di suguhkan dengan aroma yang menenangkan. Berupa aromaterapi, sejenak kesadaran nya mulai terjaga. dia menarik tubuh nya lalu memandang sekitar dengan tatapan heran dan kebingungan. Saat mengingat kejadian yang tadi sangat susah, kepala nya berdenyut sangat hebat. Kini Chae Hyun merasakan pusing.
Terdiam di tempat tidur dengan pakaian yang sudah berbeda. Melihat sekeliling lagi dalam hati nya berkata" ini bukan kamar ku, aku ada di mana? bukannya aku udah terjun dari atas jembatan" lamunannya buyar ketika pintu kamar di buka oleh seseorang dari luar.
Cklek!...
Sontak Chae Hyun menoleh ke sumber suara dengan perasaan campur aduk. Suara langkah kaki membuat detak jantung berdetak sangat cepat. Deg...deg...
"Rupanya kamu udah bangun, bagaimana masih ada yang sakit?" ternyata orang yang memasuki kamar ini ialah Nam-Joon. Dan kamar ini adalah kamar pribadi Nam-Joon, di sini Nam-Joon hanya mengambil laptop yang la simpan di meja kerjanya.
Chae Hyun melihat ada seorang pria dewasa memasuki kamar ini perasaan nya sudah tidak enak, dengan suara bergetar. Chae Hyun menjawab" ka-kamu siapa? aku a-ada di mana?"
Nam-Joon menanggapi dengan tersenyum" tidak usah takut dengan saya. Saya tidak akan menyentuh mu, saya hanya menolong mu tadi. Dan saya akan menjawab pertanyaan mu, sekarang kamu ada di kamar saya lebih tepatnya di mansion pribadi saya. Kalau ada perlu yang lainnya tinggal pencet tombol remote kecil yang udah di sediakan di atas nakas. Art akan membantu mu. Saya tinggal dahulu, kamu istirahat di sini dahulu oke..."Nam-Joon meninggalkan kamar ini sambil membawa laptop di tangannya.
Klek...pintu kamar telah tertutup dan pemilik kamar ini sudah pergi. Barulah Chae Hyun bernafas lega.
"Jadi dia yang menolong ku. Mengapa dia sudi menolong ku, harusnya aku udah tenggelam dalam arus sungai" menundukkan kepala dengan kedua tangan meremas bed kover.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments