Skandal

"Ada urusan apa kamu kemari?" Tanya wanita tua bongkok itu dengan mulut yang masih sibuk mengunyah sirih.

"Siapa itu yang kamu bawa? Apa dia juga akan kamu jadikan tumbal? Hahaha. pintar juga kamu nyari mangsa." Sahut wanita itu lagi setelah melihat Dito menggendong seorang anak yang masih pingsan berlumuran darah.

"Aku nggak sengaja nabrak dia bu." Jawab Dito singkat.

"Yasudah. Masukkan dia ke kamar Nindya. Jadi besok kalau sudah saatnya bulan purnama darah terjadi, kita nggak susah-susah lagi nyari anak kecil." Ketus wanita tua itu kemudian berlalu meninggalkan Dito di kuar rumah sendiri.

Sesaat kemudian, Dito pun memasuki kamar yang tempo lalu ia singgahi. Kamar yang terlihat gelap karena hampir tak ada cahaya matahari yang masuk. Di sana pula ia menaruh gadis itu, tepat di dekat wanita lusuh yang kini sudah di rantai tangan dan kakinya. Wanita dengan perut yang sudah semakin membesar itu terlihat menyedihkan. Dengan nada yang parau ia mencoba meminta belas kasihan.

"Pak, maafin saya pak. Tolong bebasin saya dan bayi saya. Ampuni saya." Ucap wanita itu lirih.

Namun tetap saja pria itu tak menggubris sama sekali. Ia memandang jijik wanita itu. Wanita dengan kulit yang kotor dan rambut yang sudah menggumpal karena hampir tak tersentuh air bersih. Kotoran bekas nasi bercampur tinja dan air kencing terlihat berceceran dimana-mana. Bau pesing dan anyir menyeruak memenuhi seluruh sudut ruangan.

"Maafkan, maafkan aku Rida. Aku sebenarnya tidak tega. Namun aku juga tidak mau kehilangan anakku. Maafkan aku." Tegas Dito sembari memunggungi wanita kusut itu.

"Hiksss.. hiksss.. Kau bajing*n Dito! Kau hanya memikirkan anakmu dengan ingin mengorbankan aku sebagai perantara! Kau licik Dito! Ingat! non Nidya sudah mati! Mati! Kau harus ikhlaskan dia. Kau sudah terlalu jauh tersesat! Tobatlah hei bajing*an!" Kata-kata makian terlontar dari mulut wanita hamil itu. Matanya terlihat berair menahan sengsara. Tangan dengan kuku-kuku hitam itu mencengkram menahan gejolak amarah.

"Sementara ini dia akan bersamamu disini. Akan ku suruh bu minah melepas salah satu rantaimu." Ucap Dito lirih.

"Sungguh menyedihkan kau Dito! Kau hanya manusia hina yang selalu terjebak di dalam mimpi. Keegoisanmu menutupi akal warasmu!" Hardik wanita itu kembali.

Laki-laki berparas tampan itu nampak tak sekali pun menggubris hinaan dan makian yang terlontar menyakitkan tersebut. Dito dengan perlahan malah mendekati sosok gadis yang terbaring di ujung ruangan. Ia belai lembut wajah yang sudah terlihat tulang tengkoraknya itu. Setelah mencium pipi dari gadis itu, Dito pergi dengan wajah layu. Air mata terlihat menganak di pelupuk matanya.

Setelah pergi dari gubuk tua itu, Dito kembali menggeber mobil sportnya yang terlihat ringsek di bagian bumper sebelah kirinya. Ia terlihat pergi dengan terburu-buru. Hingga akhirnya setelah hampir setengah jam berkendara, ia terlihat meninggalkan mobilnya di sebuah supermarket. Dan kemudian ia masuk di sebuah taksi yang memang biasa ngetem disana.

"Pak, tolong antar ke cafe Kenangan." Ujar Dito setelah masuk ke dalam taksi.

"Oke siap pak." Sahut sang sopir dengan ramah.

Tak berselang lama, mobil pun meluncur dengan cepat ke arah tujuan. Mata Dito terlihat selalu waspada mengamati sekitar. Tak ada percakapan berarti dari keduanya hingga tujuan mereka.

"Terimakasih pak."

"Lho ini kebanyakan pak."

"Ambil saja kembaliannya. Terima kasih. Dan bapak tunggu dulu disini ya. Nanti saya bayar bapak dengan uang yang lebih besar. Saya janji." Ujar Dito segera pergi dan masuk ke dalam cafe semi outdoor tersebut.

Di dalam cafe, ia hanya memesan secangkir latte dengan krim juga beberapa camilan ringan. Matanya selalu terlihat mengitari segala penjuru sudut cafe tersebut. Seakan-akan sedang mencari sesuatu.

"Nah, ketemu juga! sudah kuduga kalian pasti akan kesini!" Lirih Dito dalam hati. Senyumnya mengembang sempurna.

Terlihat dua sejoli baru saja masuk ke dalam cafe dan duduk agak jauh dari posisi Dito saat ini. Dua sejoli yang bak tengah di mabuk asmara itu tak menyadari kehadiran dito yang tengah intens mengamati mereka.

"Sandra, Edward! Kalian berdua memang brengs*k!" Geram dito yang melihat keduanya tengah bermanja-manja ria di tengah keramaian.

"Selama ini aku tak pernah mengikutimu Sandra karena aku sudah tak mau lagi kau lukai. Beruntung aku punya mata-mata disini. Kau kali ini sudah keterlaluan Sandra! aku sudah berubah pikiran!" Batin dito berkecamuk.

Setelah puas menikmati kopi siang hari bersama, kedua sejoli itu kemudian bergandengan tangan dengan mesra menuju mobil mewah berwarna putih. Seperti tak mau kehilangan mangsa, dito pun dengan segera juga pergi dari sana. Untuk menghindari kecurigaan, ia pergi selang beberapa menit setelah keduanya beranjak.

"Ikuti mobil putih yang baru keluar itu pak." Titah Dito yang segera mengejutkan sang sopir.

"Iya.. mas.." dengan cekatan dan berhati-hati, sang sopir mencoba mengikuti tetapi tetap menjaga jarak agar tidak terlihat mencurigakan.

Setelah melewati jalan yang cukup panjang, tiba-tiba saja mata dito begitu terbelalak. Wajah putihnya terlihat memerah. Giginya gemeratak menahan gejolak. Mobil yang sedari tadi mereka ikuti ternyata masuk ke dalam salah satu hotel mewah. Sudah tak mampu lagi dito menahan hawa panas dalam dadanya. Pikiran buruk berkecamuk dalam angan-angan nya silih berganti.

"Kep*rat kau Sandra! kep*rat!!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!