Mentari semakin naik meninggi. Panas kian terasa menyengat ubun-ubun. Mobil pak dito pun mulai melambat. Masuk ke dalam wilayah yang sungguh asing bagi gita sekalipun. Tak terasa mata yang ia jaga sepanjang jalan akhirnya kalah juga dengan kantuk yang mendera bertubi-tubi. Gita terbangun sesaat setelah mobil itu masuk ke pekarangan sebuah rumah yang cukup lawas namun sangat luas. Rumah yang cukup rindang dengan beberapa pohon bambu yang memayungi di setiap sisinya. Tumpukan daun-daun yang tak di sapu, serta beberapa kantung plastik hitam ukuran besar yang tergeletak begitu saja malah menambah kumuh pemandangan di sana. menutupi betapa megah dan indahnya bangunan yang sebenarnya terlihat masih bagus meski terkesan agak jadul.
"Hari ini kamu bantu bersih-bersih disini ya. Aku akan pergi sebentar untuk satu urusan." Ujar pak dito sembari berjalan memasuki pintu depan yang tak di kunci. Sementara itu gita hanya mengangguk sembari mengekor di belakang pak dito.
Sesaat sebelum dito benar-benar masuk ke dalam tiba-tiba ia merogoh saku celananya. Sebuah benda kecil ia pandangi dengan wajah sayu. Gita tak begitu nampak dengan benda kecil itu karena tubuh kekar dito menghalangi jarak pandangnya. Belum sempat melihat benda yang di pegang oleh dito, tiba-tiba laki-laki itu berbalik menghadap gita dengan cepat.
"Iya pak." Jawab gita gugup. Membuyarkan gita dari rasa penasarannya. Dito terlihat buru-buru mengantongi kembali benda kecil itu.
"Uhukk.. uhukkk... siapa wanita ini to?" Tiba-tiba sebuah suara parau menyambut kedatangan mereka. Gita langsung berbalik menengok ke arah suara tersebut.
"Dia karyawanku bi. Biar dia bersih-bersih disini dulu bi. Besok kita ada acara disini. Aku nggak mau nanti anggota yang lain melihat kotor di tempat ini. Dan bi minah ikut saya sebentar ya. Ada yang perlu saya bicarakan." Ucap dito pada wanita bungkuk yang kini berada di hadapannya. Wanita dengan rambut yang separuhnya berwarna putih dan di biarkan tergerai bebas menutupi separuh wajah keriputnya. Sekilas malah terlihat seperti nenek sihir!. Batin gita.
"Hmmm..."
"Gita, kami tinggal dulu ya. Tolong kamu jaga rumah sebentar dan turuti saja apa yang di minta bi minah." Sambung pak dito berpamitan pada gita. Senyuman manis dito lemparkan pada gita yang sebisa mungkin menghindari senyuman beracun itu. Apalagi tatapan bi minah nampak kurang menyukai gita.
"Cukup bersihkan saja ruang tamunya. Sapunya ada di samping rumah. Ingat! Jangan pernah berpikir macam-macam disini atau..." Tegas nenek-nenek itu mengancam.
"Sssttt.. sudahlah bi. Aku percaya dengannya." Ucap dito menengahi.
"Terserah kau saja to. Aku hanya memperingatkan!" Sahut nenek itu dengan ketus.
"Dan untukmu. ingat! Bersihkan cukup hanya ruang tamu saja! Ingat itu!" Ujar nenek bungkuk itu seraya mengacungkan jari tangannya. Matanya terlihat menatap curiga dengan gita.
"Iya.. iya.. iya.. sudahlah bi. Dan untukmu gita, aku percaya padamu. Jangan hianati kepercayaanku. Oke?" Ujar dito kembali menyakinkan.
"Iya pak dito." Jawab gita manis. Membuat pak dito tersenyum sumringah.
Gita pun bersama mengikuti langkah dito dan Bu Minah ke arah pintu depan. Langkah kaki wanita itu terlihat sudah terseok-seok. Bau tubuhnya juga kurang enak menurut gita. Namun pandangannya sungguh sangat mengerikan untuk seorang nenek-nenek biasa. Setelah itu mereka pergi meninggalkan gita seorang diri. Dari obrolan dengan mbok yem dan pak hadi semalam, gita sekarang sudah tau jika dialah orang yang pantas gita waspadai. ia tau, Nenek itu sungguh berbahaya.
Setelah siluet mobil mewah itu sudah tak lagi terlihat, dengan bergegas gita kembali ke dalam rumah. Sebelum itu ia mengambil sapu di tempat yang sudah di tunjuk tadi. Aura di tempat ini membuatnya merasa kurang nyaman berlama-lama di rumah yang luas ini. Namun sesuai janjinya tadi malam, ia akan mencoba mengeksplorasi rumah ini dan memberikan informasi pada mbok yem dan pak hadi sebanyak-banyaknya.
Setelah hampir satu jam lebih menyapu dan mengepel ruang tamu yang lebih mirip seperti sebuah aula luas ini, gita merasa begitu kelelahan. Fisik dan tenaganya terkuras begitu banyak selama beberapa hari terakhir. Dengan langkah gontai ia berjalan ke belakang hendak mencari minum dan beristirahat sejenak. Sialnya, ia masih bingung berada di sini. Dan ia tadi juga belum sempat bertanya tata letak ruangan-ruangan disini. Hingga, setelah sedikit berkeliling, terlihat sebuah pintu kayu yang masih terdapat kunci yang menggantung disana. Pintu yang terlihat masih baru dengan bau cat yang masih basah. Tanpa pikir panjang, gita langsung memutar kunci tersebut dan merangsek masuk. Sialnya pintu tersebut terasa sedikit macet.
Ia hanya ingin mencari air minum saja. Dahaga yang ia alami membuatnya sedikit lemas. Padahal belum semuanya di bersihkan. Tapi, tak mengapa bukan jika harus istirahat sebentar? Toh, juga ini rumah di tinggal sama yang punya 'kan? Pikir gita.
Namun telinganya tiba-tiba menangkap sesuatu. Suara yang samar terdengar dari balik pintu meski pintu belum ia buka sempurna. Suara yang sedikit familiar baginya. Spontan saja rasa penasaran merasuki pikirannya. Dengan sedikit paksaan, ia sedikit mendorong pintu yang terasa cukup berat itu. Sayangnya hanya sedikit celah saja yang mampu ia buka. Cukup untuk satu badannya saja meski harus sedikit di paksakan.
Dengan sedikit keraguan gita pun masuk ke dalam pintu tersebut. Ia intip sejenak, mencari tau apa yang berada di balik pintu yang menganggu pikirannya tersebut. Nampak sebuah lorong gelap terhampar di depan matanya. Lorong yang cukup luas namun terasa pekat dan pengap. Remang cahaya dari lampu kuning kecil menghiasi sudut-sudutnya saja. Merinding sontak merambat cepat ke seluruh tubuhnya. Ia hendak berbalik dan lari sekencang-kencangnya. Namun...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments