Semilir angin malam berembus tenang. Dingin mulai merambat perlahan meraba sendi-sendi tubuh. Di malam ini juga langkahku berayun perlahan menuju tujuan. Menembus gelap dan pekatnya malam. Titik gerimis yang mulai jatuh menemani setiap derap kaki langkahku yang sudah mulai merasa kelelahan. Jikalau saja aku punya kendaraan, minimal sepeda lah pasti tidak akan sampai terasa secapek ini. Kenapa tidak naik ojek saja? Ya, tentu saja masalah ongkos. Aku tidak punya uang banyak saat ini. Tentu akan lebih baik jika aku sedikit bersusah payah demi bisa menghemat pengeluaran. Mau minta tolong indra juga rasanya sungkan. Bagaimanapun aku sudah banyak berhutang budi dengannya.
Akhirnya setelah lebih dari satu jam berjalan kaki. Aku sampai juga di sebuah rumah yang sangat terlihat terang benderang. Entah berapa watt lampu yang dia pasang. Rumah itu seakan bersinar di tengah perkampungan yang jarak dari satu rumah ke rumah yang lain cukup renggang.
Tingg.... tongg.... tingggg... tonggg...
"Mana nih si tante-tante itu. Lama banget. Udah dingin banget rasanya tubuhku. Mana gerimis lagi. Huffftt.. brrr..." Keluhku setelah hampir 5 menit menunggu sang empunya rumah yang tak kunjung keluar. Hingga beberapa saat kemudian...
"Iya sebentar!" Sebuah seruan terdengar melegakan bagiku.
Tak butuh waktu lama tante Yani keluar dengan hanya memakai piyama terusan tipis. Lagi-lagi pakaian yang sangat seronok! Batinku. Memang jika di lihat-lihat tante Yani itu memang tergolong cantik di banding dengan wanita seusianya. Namun itu pasti juga karena perawatan. Coba saja jika tidak, pasti juga akan terlihat peot dan keriput dimana-mana. Hahaha ups...
"Tante pikir kamu nggak bakal dateng. Siapa nama kamu? Lupa tante." Ujar tante Yani.
"Saya Gita tante. Hehehehe. Maaf tan. Aku datengnya malem banget. Jadi ganggu tidur tante." Ucapku sedikit sungkan.
"Iya nggak apa-apa. Ayo mari silahkan masuk." Ajak Tante Yani ramah.
"Iya tante." Jawabku.
Kami berdua pun memasuki rumah yang tadi siang sempat aku kunjungi itu. Hingga aku di antar oleh tante Yani ke kamar tamu. Dia benar-benar baik dan ramah. Mungkin aku saja tadi yang terlalu berpikiran negatif tentangnya. Aku jadi merasa tidak enak sendiri. duh duh duh.
"Kamu tidur dulu ya. Nanti kalau butuh apa-apa kamu tinggal cari aja mbak inah. Dia tidurnya di kamar belakang. Tante tinggal dulu ya. Ee... Siapa nama kamu tadi? Tante lupa lagi." Pungkas tante Yani.
"Nama saya Gita tante. Makasih ya. Aku jadi merasa nggak enak." Ujarku.
"Halah nggak apa-apa. Udah nggak usah di pikirin. Tante tinggal ya Gita." Balasnya.
"Iya tante." Sejenak kemudian tante Yani benar-benar meninggalkan aku sendirian di dalam kamar yang ukurannya tergolong besar untukku.
Ruangan ini bahkan lebih luas di banding ruang tamu sekaligus kamarku di rumah sana. Hehehe. Singkat waktu, akhirnya aku segera menempatkan diri di kasur yang begitu empuk. Wah, ini benar-benar pengalaman pertamaku tidur di rumah orang kaya. Rasanya sangat nyaman sekali. Kapan aku bisa seperti ini? Ah berandai-andai saja dulu. Hehehe. Kini saatnya tidur karena besok waktunya aku untuk mengejar mimpi yang lebih realistis. Selamat malam simbokku, doakan aku selalu ya mbok.
Jam 05:33
Suara kokok ayam lirih bergantian saling menyambut sang mentari. Semburat sinar sang surya pun belum sempurna terlihat. Hanya segaris tipis bertengger di ufuk timur. Namun tak seperti hari-hari sebelumnya, di pagi yang masih sedikit gelap ini aku harus bergegas berpacu dengan waktu. Mobil dari juragan yang akan memperkejakanku sudah tiba sedari jam 3 tadi. Cukup mengherankan sebenarnya. Kenapa si pak Dito ini tidak menunggu pagi atau agak siangan saja? Apalagi beliau terkesan terlihat terburu-buru sekali. Hmmm.
"Cepat ini masukkan ke mobil semua. Oh..iya Yan. Makasih ya. Nanti aku transfer ke rekeningmu." Ucap pak Dito menyalami Tante Yani yang masih bersender di ambang pintu. Tante Yani pun masih terlihat sama mengantuknya denganku.
"Hoaaammmm.... Iya mas. Sama-sama." Balas tante Yani.
"Sudah selesai? Ayo kita harus cepat! Nanti kalau ada yang perlu di tanyakan lebih baik di dalam mobil saja." Titah pak Dito segera masuk ke dalam mobil pickup nya. Aku mengikuti dengan segera. Bahkan akupun belum sempat memperkenalkan diri padanya.
Cklekkk... brrrrmmm...
Suara deru halus mobil pak Dito membelah sepinya perkampungan yang masih sepi akan aktivitas. Pria berperawakan tinggi dengan brewok tipis yang menghiasi wajah tegasnya di padu dengan hidung mancung dan kulit putihnya terlihat sangat sempurna. Bahkan di mataku yang seorang wanita normal, pak Dito sungguh terlihat sangat mempesona. Perawakannya sungguh seperti artis TV yang biasa ku tonton. Hahaha.
"Oh..iya, siapa nama kamu tadi dek?" Tanya pak Dito tiba-tiba memecah lamunanku.
"Saya... saya Gita pak." Jawabku malu-malu.
"Kamu sudah di kasih tau sama Yani tentang apa pekerjaan kamu nantinya?" Tanya pak Dito kembali.
Aku hanya menggelengkan kepalaku karena saking senangnya mendengar gaji yang bisa di dapatkan, aku sendiri sampai lupa bertanya apa pekerjaanku nanti.
"Hehehe.. kamu nanti bantu-bantu di rumah saya. Cabut rumput, nyuci mobil, apapun itu. Pokoknya nanti kamu disana serabutan saja. Nanti apapun yang di suruh sama istri saya kamu tinggal jalankan saja." Jelas pak Dito sembari tersenyum.
"Ohh... iya pak. Saya paham." Jawabku.
"Kalau masalah gaji, saya baru bisa gaji kamu 3 jt/bulan. Gimana? Kalau masalah kenaikan gaji, saya nanti akan nilai sendiri bagaimana pekerjaan kamu ke depannya. Untuk seminggu pertama, saya hitung sebagai training dulu." Terang pak Dito lagi.
"Iya pak. Saya mau pak." Ucapku merasa senang sekali. Mendengar kata 3jt sungguh membuatku bersemangat lagi. Tak terbayang uang sebanyak itu jika aku berikan pada simbok, pasti dia akan senang sekali.
"Nah.. kalau kamu kangen rumahmu, kamu bisa pulang sebulan sekali. Saya kasih kamu tiga hari cuti kalau mau pulang kampung. Kamu juga harus bisa bekerja sama dengan pegawai saya yang lain di rumah. Intinya kalau mau izin libur, harus gantian sama yang lain. Dan semoga saja kamu betah ya Gita. lalu ada hal yang harus kamu ketahui.." Ujar pak Dito.
"apa itu pak?"
"emm.. ahh.. sudah lupakan saja. tidak penting." jawab pak Dito seraya tersenyum. senyum yang sangat menyihir.
"Iya pak. Saya akan bekerja dengan sepenuh hati. Hehehe." Ujarku dengan senyum yang mengembang.
"Oh tapi..., ada satu peraturan dari saya yang tidak boleh sekalipun kamu langgar ya!"
"Apa itu pak?" Tanyaku penasaran.
Terlihat wajah pak Dito seketika berubah drastis. Dari yang semula ceria dan sangat bersahabat menjadi tajam dan sangat dingin. Mulut yang baru saja tersemat senyum yang memukau kini berubah menjadi seringai yang membuatku terintimidasi. Ia tersenyum dengan mata terpaku di depan jalanan yang kami lalui. Ada urat kebencian di dalam sorot matanya. Ada apa dengan orang ini? Batinku dalam hati.
"Ahh...kita sudah sampai. Ayo Gita kita turun. Biar aku kenalkan kamu sama istriku." Ucap pak Dito tanpa sedikitpun menoleh padaku.
Tanpa terasa, kami pun benar-benar sudah sampai di rumah yang sangat besar. Ini bahkan lebih bisa disebut istana daripada sebuah rumah. Saat masuk, aku sudah di suguhkan dengan gerbang megah yang siap menyambut siapa saja yang bertamu. Halaman yang cukup luas dengan sebuah pohon beringin yang memayungi dengan teduh. Bahkan jika bisa ku bilang, ukurannya jauh lebih besar dari rumah tante Yani. Namun bedanya, rumah pak Dito walau terkesan seperti bangun lama, namun keindahannya sungguh tak bisa di pungkiri lagi. Meskipun aku bukan arsitek, tapi setidaknya aku tahu rumah ini seperti bangunan yang khas di bangun dari jaman Belanda. Dengan berhiaskan jendela-jendela besar yang terpampang di depan rumah. Pintu ukir dari kayu besar yang tingginya hampir mungkin dua meter. Bangunan yang dulunya hanya bisa kulihat di TV-TV kini terpampang jelas di depan mata kepalaku sendiri. Seperti ada yang mengganjal disini, perasaan apa ini sebenarnya? kenapa setelah sampai, aku malah seperti langsung merasa tidak nyaman saat berada disini? Seperti.. seperti... Ada mata yang selalu mengawasi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments