Setelah pulang dari pasar, benar-benar cukup melelahkan ketika berjalan kaki. Kemudian, Liyan memilih untuk beristirahat, capek pastinya. Sampai-sampai tidak sadar jika sudah siang dan waktunya untuk mengisi perut yang sudah keroncongan, lantaran pagi hari hanya makan semangkuk bubur saja.
Karena hanya ada dua orang saja di dalam rumah, Ibu Arum dan Liyan memasak secukupnya saja hanya untuk mereka berdua saja.
Selesai makan, Liyan mencuci piring dan bekas memasak.
"Bu." Panggil Liyan sambil mencuci piring.
"Ya, Nak Liyan, ada apa?"
"Enggak ada apa-apa kok, Bu. Cuma ingin tahu saja, memangnya hari harinya ibu gak ada kesibukan kah? maaf, soalnya saya pingin punya pekerjaan, Bu."
"Kerjaan ibu hanya di ladang, tapi lagi gak musim, baru selesai tanam. Kamu pingin kerja? nanti tunggu kabar dari Yena sama Aditya, semoga saja masih membutuhkan pekerja. Kalau sudah penuh, nanti Ibu bantu kamu mencari pekerjaan. Kalau kamu masih belum yakin, tidak perlu dipaksakan."
"Liyan udah yakin kok, Bu. Liyan akan memulai hidup yang baru, jalani aktivitas seperti Yena sama Aditya, Bu." Jawab Liyan berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja.
Ibu Arum tersenyum mendengarnya.
"Kalau gitu, Ibu mau ke rumah tetangga, mau ada arisan. Nanti kalau jam empat sore ibu belum pulang juga, kamu cukup masak nasi aja, bisa, 'kan? tinggal colokin saja. Sini, ibu ajarin kamu sebentar." Ucap Ibu Arum sekaligus mengajari Liyan untuk memasak nasi.
Dengan serius, Liyan memperhatikan dan mengingatnya.
"Gimana, bisa, 'kan?"
"Ya, Bu. Liyan udah bisa." Jawab Liyan dengan anggukan.
Setelah itu, Ibu Arum bergegas pamit pergi untuk kumpul bersama ibu ibu lainnya yang tengah mengadakan arisan.
Kini, tinggal Liyan yang berada di rumah sendirian. Karena tidak ada sesuatu yang dikerjakan, Liyan memilih menonton televisi sambil menunggu waktunya masak. Benar saja, rupanya menonton televisi membuat Yilan tidak sadarkan diri sudah sore.
"Astaga! udah jam empat sore, lebih lagi. Duh! bisa kena omel nanti sama ibu Arum, kalau begini caranya. Oke oke oke, tahan napas dan langsung masak nasi. Semoga saja tidak keburu Yena sama Aditya pulang. Kalaupun kepergok, pasrah dah."
Liyan langsung pergi ke dapur untuk memasak nasi seperti yang sudah diajarin oleh ibu Arum.
Liyan membuang napasnya dengan kasar, lega pastinya.
"Hei! ngelamun saja. Aku ada kabar gembira buat kamu."
Yena pun langsung mengagetkan Liyan yang baru saja memasak nasi. Liyan mengusap dadanya. Kemudian, Liyan menoleh.
"Kamu, ngagetin aku aja. Untuk saja gak punya riwayat jantung, bisa berabe akunya. Kabar apaan, heboh banget perasaan."
"Ini, ada formulir yang harus kamu isi. Ada lowongan pekerjaan untuk kamu, mulai besok bisa langsung kerja. Nih, diisi ya, sesuai alamat kamu. Aku mau ganti baju dulu, sekalian nanti mau masak. Kalau ada yang belum mengerti, kamu bisa minta tolong sama Aditya, ya."
"Makasih banyak ya, Yen. Kamu benar-benar baik banget, bikin aku betah tinggal di rumah kamu." Kata Liyan memuji.
"Hem. Gak usah melebihkan sesuatu. Kamu isi dulu formulirnya, nanti kamu bisa panggil Aditya, oke. Oh ya, bentar, aku ambilkan penanya." Ucap Yena dan mengambilkan pena untuk Liyan.
"Makasih banyak pokoknya ya, Yen. Kalau aku udah gajian, bakal traktir kalian berdua." Kata Liyan yang penuh bersemangat.
"Oke oke oke, semangat ya. Ya udah sana isi dulu, aku mau ganti baju." Ucap Yena dan bergegas masuk ke lamaran.
Liyan yang bersemangat untuk bekerja, sudah tidak sabar untuk mengisi formulirnya.
Saat Liyan sudah duduk sambil mengisi formulir, tiba-tiba terhenti saat menulis statusnya.
'Ini sangat menyakitkan.' Batin Liyan penuh dengan rasa sakit hingga ke ulu hatinya.
Aditya yang baru saja keluar dari kamar, ikut duduk di hadapan Liyan yang sedang mengisi formulir.
"Kok diam, kenapa gak di tulis?"
Liyan kaget mendengarnya, ia bahkan langsung duduk dengan tegap.
"Maaf. Aku sampai lupa. Soalnya aku baru pertama kalinya bekerja." Jawab Liyan dengan gugup.
"Tidak apa-apa, santai saja. Kerjanya gak begitu rumit kok, nanti kamu juga bisa dengan sendirinya. Maaf ya, jika kerjaannya di perkebunan." Ucap Aditya.
"Enggak masalah, yang penting punya pekerjaan. Justru itu, aku salut banget sama kamu dan Yena, rupanya kalian berdua seorang pekerja keras. Berbeda denganku, pemalas."
"Semua berhak berubah menjadi lebih baik lagi. Jadi, jangan patah semangat." Ucap Aditya, Liyan hanya tersenyum tipis, dan dilanjutkan kembali untuk mengisi formulir.
Setelah mengisi formulir dengan benar, Liyan menyerahkannya kepada Aditya.
"Makasih banyak ya, udah bantuin aku nyariin kerjaan. Maaf juga, jika aku sudah banyak merepotkan kalian."
"Ya, gak apa-apa. Yang terpenting kamu bersungguh-sungguh bekerja, itu saja. Kalau ngeluh capek ya hal wajar, namanya juga bekerja." Kata Aditya.
Setelah itu, Liyan teringat jika dirinya harus membantu Yena untuk menyiapkan makan malam.
"Kamu gak ada capeknya ya, pulang kerja langsung masak. Hebat kamu, gak kaya aku. Pulang dari pasar dari tidur, memalukan." Ucap Liyan sambil membantu Yena menyiapkan makan malam.
"Nanti juga bakal terbiasa kok, lakuin saja dengan hati yang lapang, semua akan terasa ringan." Jawab Yena sambil memotong sayuran.
Liyan tersenyum bahagia ketika dirinya tidak sendirian meski diasingkan oleh orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments