Setelah selesai sarapan, selesai juga Bi Rasti membereskan kamar majikannya. Kemudian, Bi Rasti mendekatinya, dan membujuk agar mau membersihkan diri.
"Kalau Nona sudah selesai sarapan, Bibi sudah siapkan air hangat buat mandi. Agar badan Nona lumayan mendingan, juga terasa segar, dan tidak terlihat lesu." Ucap Bi Rasti.
"Untuk apa mandi, Bi? hidupnya Liyan saja sudah terancam." Jawab Liyan yang tidak lagi bersemangat.
"Nona tidak boleh berbicara seperti itu. Tuan pasti hanya menghukum Nona dengan sewajarnya, dan tidak mungkin juga menyakiti putrinya sendiri." Ucap Bi Rasti meyakinkannya.
Liyan masih tertunduk sedih.
"Sudahlah, Nona, lebih penting kesehatan Nona daripada memikirkan hal yang membuat kesehatan Nona terganggu." Ucap Bi Rasti tengah membujuk, dan memberi nasehat kecil untuknya.
Liyan yang sudah begitu akrab dengan Bi Rasti, pun nurut dengan bujukannya. Kemudian, Liyan bangkit dari posisinya dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sedangkan Bi Rasti bergegas keluar dari kamar untuk mengembalikan nampan berisi piring dan gelas kotor.
"Bi, bagaimana dengan Liyan?" tanya majikan perempuan.
"Nona Liyan baik-baik saja, Nyonya. Hanya saja-"
"Hanya saja kenapa, Bi?" tanya ibunya Liyan yang sudah khawatir dan mencemaskan keadaan putrinya.
"Nona seperti kehilangan semangat hidupnya, Nyonya. Sekarang Nona sedang mandi." Jawab Bi Rasti dengan jujur.
"Biarkan saja. Hari ini juga sedang proses perceraian. Jadi, sekalian kemasi barang-barang miliknya. Sebentar lagi akan di antar ke kampung, agar jera dengan perbuatannya yang benar-benar sangat memalukan." Sahut Tuan Boni yang sudah yakin dengan keputusan yang diambil.
"Pa! jangan pisahkan Mama dengan Liyan, Pa."
"Kamu tidak sendirian, putramu akan pulang. Jadi, biarkan Liyan menerima hukumannya." Ucap Tuan Boni dan langsung pergi, ibunya Liyan hanya bisa pasrah dengan keputusan dari suaminya.
"Bibi yang mengemasi ya, Bi. Saya tidak sanggup melihatnya." Ucap Ibunya Liyan kepada asisten rumahnya.
"Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi." Jawab Bi Rasti dan segera ke dapur dan kembali ke kamarnya Liyan untuk memeriksa koper yang semalam dibawa pulang.
Liyan yang tidak ingin berlama-lama berendam, cepat-cepat untuk membersihkan diri. Selesai mandi, langsung keluar.
"Loh, Bibi lagi ngapain?" tanya Liyan mendekati Bi Rasti yang tengah memeriksa koper miliknya Liyan.
Bi Rasti langsung terdiam, berhenti saat merapikan kembali isi dalam koper.
"Bi, ada apa?" tanya Liyan penasaran.
"Maafkan Bibi ya, Non."
"Maaf kenapa, Bi?" Liyan kembali bertanya.
"Nona diminta untuk meninggalkan rumah ini, dan akan diantar ke kampung halamannya Nyonya. Tuan Boni sudah memberi keputusan, dan Nyonya tidak bisa menahan rencana dari Tuan Boni." Jawab Bi Rasti sambil menatap Liyan dengan penuh kesedihan.
Liyan yang mendengarnya, pun napasnya terasa panas dan juga sesak.
"Tidak apa-apa, Bi. Mungkin keputusan dari Papa memang yang terbaik untuk Liyan. Bukankah setiap perbuatan harus dipertanggung jawabkan? Liyan siap menerima resikonya, Bi."
"Tapi, Non. Memangnya Nona yakin mau tinggal di kampung?"
Liyan mengangguk, meski terpaksa menerima keputusan dari ayahnya.
"Iya, Bi. Liyan akan mencoba menerima kenyataan ini. Meski berat, Liyan harus bertanggung jawab."
"Nona yang sabar, ya. Nona pasti bisa melewati masalah ini. Semoga kebahagiaan selalu menyertai Nona."
"Terima kasih banyak ya, Bi. Kalau tidak ada Bibi, entah siapa yang akan menguatkan Liyan. Mama dibawah kendali Papa, Liyan bisa mengerti. Tidak mungkin seorang ibu akan membiarkan putrinya sedih, pasti tidak 'kan, Bi?"
"Benar, Nona. Nyonya sangat menyayangi Nona, semua dibawah kendali dari Tuan. Yang terpenting Nona baik-baik saja. Jadikan masalah sebagai pembelajaran, dan tidak untuk mengulangi." Ucap Bi Rasti, Liyan langsung memeluknya.
Ibunya Liyan yang tengah melihat kedekatan putrinya dengan Bi Rasti, pun merasa lega karena ada pengganti untuk memberi nasehat kepada putrinya.
'Maafkan Mama ya, Nak. Mama hanya tidak kuasa ketika harus menatap wajah kesedihanmu. Semoga kamu baik-baik saja. Mau tahu rasanya jadi kamu, karena Mama mengalaminya.' Batin ibunya yang tengah berdiri di ambang pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments