Vando langsung menghadap Tuan Boni.
"Tidak, Tuan. Saya akan bertanggung jawab atas Liyan. Saya menerima segala resikonya, dan siap membahagiakan putri Tuan." Ucap Vando memohon.
"Apa kamu itu tuli, ha. Aku tidak akan membiarkan putriku hidup bersamamu, kau bukan lelaki yang terbaik untuk putriku. Kau tidak lain adalah seorang pengacau didalam kebahagiaan orang lain. Sekarang juga, pergilah dari hadapanku. Kemana perginya putriku, bukan urusanmu." Jawab Tuan Boni yang tetap dengan keputusan yang diambil.
"Saya mengaku salah. Tolong jangan hukum Liyan, cukup hukum saya. Saya siap jika dipenjarakan." Ucap Vando yang tidak untuk menyerah ketika memohon kepada Tuan Boni.
Tuan Boni tersenyum sinis mendengar ucapan dari Vando.
"Pergilah. Jangan halangi putriku pergi. Kehadiran kamu di rumah ini hanyalah pengganggu. Cepat! kau pergi sekarang juga." Ucap Tuan Boni mengusir Vando.
Liyan yang tidak bisa berbuat apa-apa, hanya diam memperhatikan Vando yang terus berdebat dengan orang tuanya.
Sedangkan Vando sendiri yang tidak bisa melakukan perlawanan karena dijaga ketat oleh penjaga rumah, hanya bisa memandangi mobil melaju entah kemana arah perginya, Vando hanya memperhatikannya dengan perasaan sedihnya.
Setelah tidak lagi terlihat bayangan mobil, Vando diusir dengan kasar oleh beberapa orang yang diperintahkan oleh Tuan Boni. Ibunya Liyan memandanginya dengan perasaan tidak tega, dan teringat dengan masa lalunya ketika kabur dari perjodohan demi menikah dengan Tuan Boni. Namun, keadaan berbanding terbalik dengan putrinya.
"Nyonya yang sabar ya, Nona pasti baik-baik saja." Ucap Bi Rasti menyemangati majikannya.
Ibunya Liyan hanya pasrah atas keputusan yang diambil oleh suaminya.
Vando yang frustrasi karena harus terpisahkan dengan jarak yang entah seberapa jauhnya, Vando tertunduk sedih di pinggir jalanan.
Tidak lagi yang diharapkan, Vando kembali pulang ke rumah. Sedangkan Liyan sudah berada dalam perjalanan menuju kampung halaman ibunya.
Sambil menyandarkan kepalanya di jendela kaca mobil, Liyan mengingat kenangan bersama Vando saat baru pertama kalinya bertemu.
'Andai saja Papa tidak memaksaku, pasti aku menikahnya dengan Vando. Tapi, kenyataannya begitu pahit yang harus aku rasakan.' Batin Liyan sambil meneteskan air matanya.
Di lain tempat, Devan yang gagal menikmati liburannya seperti halnya pengantin baru, justru tengah sibuk mengurus surat perceraian.
Karena tidak ingin bertemu dengan sosok saudara sepupunya, Devan memilih untuk segera pergi.
"Kamu, dari mana?" tanya Devan memergoki Vando yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Cari udara segar, tapi udah telat." Jawab Vando dengan asal.
"Oh. Kirain dari rumahnya Tuan Boni." Ucap Devan dan langsung bergegas pergi dari hadapan Vando.
Tidak ingin bertambah masalah, Vando memilih untuk tidak terpancing emosinya. Kemudian, cepat-cepat segera masuk ke kamar untuk membersihkan diri.
Namun, ibunya menghadang di anak tangga paling bawah.
"Bagaimana dengan Liyan, Nak?" tanya ibunya menginterogasi.
"Liyan sudah pergi, Ma. Tuan Boni mengasingkan putrinya, entah dimana tempatnya, Vando tidak tahu." Jawab Vando tidak bersemangat.
"Bersabarlah, mungkin ini ujian buat kamu. Jangan berkecil hati, masih banyak waktu untuk mencari keberadaannya Liyan. Kamu yang sabar ya, Mama akan terus menyemangati kamu. Yang terpenting kamu terus berusaha." Ucap ibunya mencoba untuk meyakinkan putranya, dan memberi semangat untuknya.
Vando mengangguk, dan segera masuk ke kamar. Sedangkan ibunya memilih untuk menyibukkan diri dengan kegiatan di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Novie Tanjung Novie Tanjung
💪💪💪...
trus thoor...
buat up na...
2023-06-06
0