Vando diam membisu, ia langsung bersujud di kaki ibunya Liyan untuk meminta maaf atas perbuatannya.
"Maafkan kesalahan saya, Nyonya, maafkan saya. Janji, saya akan bertanggung jawab atas Liyan, putri Nyonya." Ucap Vando bersimpuh di kaki ibunya Liyan.
Tuan Boni yang juga tengah dikuasai emosinya, Vando langsung ditarik paksa untuk berdiri dan di hajar habis-habisan, Vando sendiri pasrah ketika mendapat perlakuan kasar dari Tuan Boni hingga babak belur, dan wajahnya yang terlihat memar.
"Pa! sudah, Pa. Jangan di pukul lagi, Pa. Pa, ini salah Liyan, salah Liyan karena kabur dari rumah. Pa, Liyan mohon, kasihan Vando, Pa." Rengek Liyan yang tengah memohon kepada ayahnya.
Devan yang sudah malas berurusan dengan keluarga Tuan Boni, pun memilih untuk pulang.
"Mulai detik ini juga, Liyan bukan istriku. Secepatnya, urusan soal perceraian akan saya proses secepatnya, permisi." Ucap Devan atas keputusan yang diambil, dan langsung bergegas pergi meninggalkan kediaman keluarga Tuan Boni.
Sedangkan Vando sendiri, ia masih manahan sakit atas perlakuan kasar dari Tuan Boni yang merasa murka atas perbuatan dari putrinya. Malu, itu sudah pasti.
"Sekarang juga, enyah lah dari tempat ini. Aku tidak sudi mempunyai menantu sepertimu." Ucap Tuan Boni yang langsung mengusir Vando dengan amarahnya.
"Saya siap untuk menikahi Nona Liyan, Tuan." Jawab Vando sambil menunduk.
"Aku tidak sudi menikahkan putriku denganmu, sekalipun kamu sudah menghancurkan masa depannya. Lelaki seperti kamu tidak pantas menikahi putriku. Pergi! sekarang juga."
Tuan Boni yang sudah tidak dapat membendung amarahnya, pun langsung mengusir Vando. Juga, meminta penjaga rumah untuk menarik paksa.
Sedangkan Tuan Boni sendiri, juga manarik paksa putrinya untuk dimasukkannya didalam kamar yang terkunci dari luar.
"Kasihan Liyan, Pa. Mama mohon, jangan hukum Liyan. Dia putri kita satu-satunya." Ucap istrinya Tuan Boni memohon, merasa kasihan kepada putrinya.
"Terus kenapa kalau Liyan putri kita satu-satunya, Ma? Dia sudah mengcoreng nama baik keluarga kita. Liyan sudah membuat Papa menjadi sangat malu." Jawab Tuan Boni yang masih emosi.
"Tapi, Pa."
"Tidak ada tapi tapian. Setelah proses perceraian, Liyan akan Papa buang jauh dari kota ini. Papa juga akan mengasingkan dia dari kota, biar tidak membuat Papa malu." Ucap Tuan Boni dengan tegas.
"Pa. Papa serius?" tanya sang istri benar-benar sangat terkejut mendengarnya.
"Ya. Keputusan Papa sudah bulat. Bahwa Liyan akan Papa kirim ke kampung halaman mu dulu, biar dia jera dan tidak mengulangi kesalahan yang kedua kalinya." Jawab Tuan Boni dan langsung bergegas kembali ke kamar untuk istirahat.
"Pa. Kasihan Liyan, Pa. Liyan mana mengerti tinggal di kampung? Mama gak setuju. Kenapa gak Papa kirim saja ke luar negri, kan bisa, Pa."
Tuan Boni langsung memutarbalikkan badan, dan menatap serius pada istrinya.
"Terlalu manja jika Papa mengirimnya ke luar negri. Bukannya jera, dia akan menjadi-jadi. Pokoknya keputusan Papa tidak bisa di rubah lagi, Liyan akan tetap Papa kirimkan ke kampung halaman mu. Titik." Ucap Tuan Boni yang tidak lagi bisa untuk ditawar.
Ibunya Liyan yang tidak bisa membujuk atau memberi saran, akhirnya pasrah dengan keputusan suaminya yang diambil. Kasihan, sedih, tapi mau bagaimana lagi, sama sekali tidak mempunyai jalan keluar.
Sedangkan Liyan sendiri tengah menangis karena rasa bersalahnya ketika dirinya harus menerima kenyataan pahit. Begitu juga dengan Vando, dirinya merasa seperti lelaki yang tiada guna, dan terus menyalahkan dirinya sendiri.
Setelah sekian lama mencari sosok ibunya, dan sudah dipertemukan, kini justru harus mendapat masalah besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Novie Achadini
hadeh rumit
2023-07-29
0