Merasa kasihan

Di kediaman Tuan Boni, Liyan masih dikurung didalam kamar, dirinya sama sekali tidak diizinkannya untuk keluar.

"Ma, Pa, buka pintunya." Panggil Liyan pada kedua orang tuanya sambil menggedor pintu kamarnya agar dibukakan pintunya.

Salah seorang yang mendengar Liyan tengah memanggil-manggil sambil menggedor pintu, pun langsung menemui majikannya.

"Tuan, Nyonya." Panggil asisten rumah sambil menunduk.

"Ada apa, Bi?" tanya Tuan Boni bersamaan dengan istrinya.

"Nona, Nona Liyan menggedor gedor pintu, Tuan, Nya." Jawab asisten rumah sambil membungkukkan badan.

"Biarin saja. Liyan berhak mendapatkan hukuman. Bibi tidak perlu khawatir, nanti juga lelah sendiri. Oh ya, sekalian Bibi antar sarapan pagi untuk Liyan. Pastikan tidak untuk kabur." Ucap Tuan Boni dengan tegas.

"Bab-baik, Tuan. Permisi." Jawabnya dan bergegas untuk mengambilkan sarapan pagi untuk anak dari majikannya.

Sedangkan istrinya Tuan Boni tengah cemas dan khawatir dengan keadaan putrinya yang masih di dalam kamar dengan keadaan pintu yang terkunci.

"Pa. Mama gak tega melihat Liyan di kurung didalam kamar, kasihan Liyan, Pa. Mau bagaimanapun, Liyan putri kita satu-satunya. Mama mohon, jangan hukum Liyan dengan berat." Pinta sang istri kepada Tuan Boni memohon.

"Sekali tidak, ya tidak. Keputusan Papa sudah bulat, setelah Devan menceraikan Liyan, Papa akan langsung kirim ke kampung halaman mu, Ma. Liyan perlu diberi pelajaran." Jawab Tuan Boni yang tetap bersikukuh untuk memberi hukuman kepada putrinya.

"Mama tidak mau tahu, jika terjadi sesuatu pada Liyan. Kalau sampai Liyan kenapa-kenapa, Papa yang harus bertanggung jawab atas semuanya." Ucap ibunya Liyan dan langsung kembali ke kamar.

Sedangkan Liyan yang tidak mendapat respon maupun jawaban dari luar, benar-benar hancur perasaannya. Lebih lagi saat teringat ketika Vando di hajar habis-habisan oleh ayahnya, terbesit ada rasa sedih.

Saat itu juga, Liyan teringat saat meminta Vando untuk menikahinya agar bisa lepas dari perjodohan, namun Vando justru menolak mentah-mentah, terasa jijik ketika dirinya ternoda olehnya.

"Aaaaaaa!" teriak Liyan frustrasi.

Liyan langsung mengobrak-abrik isi dalam kamarnya sangat berantakan. Semua hancur sudah harapan yang tersusun rapi dalam ingatannya.

"Nona, Nona Liyan. Kenapa jadi seperti ini, Nona?"

Asisten rumah yang bernama Bi Rasti, pun langsung memeluk Liyan yang terlihat tengah mengalami depresi.

"Nona, tenangkan pikiran Nona. Percayalah sama Bibi, semua akan baik-baik saja." Ucap Bi Rasti yang tengah mencoba untuk menenangkan pikirannya.

Liyan menangis sesenggukan. Air matanya terus mengalir dengan deras.

"Kenapa Liyan gak di bu_nuh saja, Bi? Liyan gak kuat, Bi. Liyan pingin mati. Liyan capek, Liyan capek, Bi." Ucap Liyan bersamaan dengan tangisnya.

Bi Rasti yang mengerti perasaannya, pun hanya bisa mencoba untuk menenangkan pikirannya.

"Nona jangan berbicara seperti itu. Percayalah sama Bibi, Nona pasti bisa melewati semua ini. Nona, bersabarlah. Sekarang Nona sarapan dulu, setelah itu Nona mandi." Ucap Bi Rasti mencoba untuk menenangkan anak dari majikannya.

Penampilan Liyan yang sudah berantakan, Bi Rasti benar-benar tidak tega melihatnya.

'Kasihan sekali Nona Liyan, harus menanggung beban sendirian. Semoga ada seseorang yang begitu tulus menyayangi Nona.' Batin ** Rasti dengan perasaan tidak tega, dan juga ikut sedih melihat kondisinya.

Liyan yang sudah tidak berselera makan, pun menggelengkan kepalanya saat Bi Rasti meraih nampan yang ada di dekatnya.

"Nona harus makan. Nona tidak boleh sakit. Kalau sampai Nona sakit, kasihan Nona. Nona harus sehat, agar bisa melewati masa-masa sulit ini." Ucap Bi Rasti mencoba untuk membujuk.

Liyan hanya pasrah, ia akhirnya mau makan dengan kondisi penampilannya yang tidak karuan, dengan rambutnya yang tidak disisir rapi.

Sambil menemani majikannya sarapan pagi, Bi Rasti membereskan isi dalam kamar yang berantakan.

'Baru saja menikah, tapi sudah dihantam dengan ujian yang begitu berat. Tuan Boni benar-benar tidak main-main dalam memberi hukuman kepada putrinya. Sungguh, semua diluar dugaan.' Batin Bi Rasti sambil membersihkan kamar mandi, dan sekaligus menyiapkan air hangat untuk berendam, yakni agar pikiran tidak semakin penat.

Episodes
1 Awal cerita
2 Hilang kendali
3 Memohon
4 Tidak ada pilihan
5 Mendapat nasehat
6 Merasa kasihan
7 Tidak tega
8 Harus berpisah
9 Berpisah
10 Sampai di kampung
11 Di rumah Ibu Arum
12 Gugup
13 Merasa malu dan canggung
14 Mengobrol
15 Ingin segera menghabiskan makanannya
16 Menghilangkan rasa malu
17 Membicarakan sesuatu
18 Menerima ajakan
19 Kebersamaan
20 Khawatir
21 Mengatakannya dengan jujur
22 Menceritakan
23 Menangis haru
24 Kembali memohon
25 Waktu yang begitu cepat
26 Bersenda gurau bersama
27 Penuh dengan pikiran
28 Diskusi
29 Mengobrol dan mendapat nasehat
30 Persiapan untuk melakukan pertemuan
31 Semua kaget
32 Bertemu anak kecil
33 Khawatir
34 Bertemu
35 Sangat terkejut
36 Khawatir
37 Menjelaskan
38 Nasehat
39 Meminta maaf
40 Tidak sabar untuk bertemu
41 Permintaan Savan
42 Suasana yang serasa tegang
43 Memperjelas obrolan
44 Tidak ingin menyerah
45 Mengobrol bersama
46 Makan malam bersama
47 Ada yang masih cemburu
48 Saling cemburu
49 Menemukan sesuatu
50 Kembali mengobrol
51 Jatuh sakit
52 Tidak ingin kehilangan
53 Kebersamaan
54 Tidak ingin tersaingi
55 Pamit pulang ke kota
56 Perdebatan
57 Tidak mau kalah
58 Berat untuk melupakan
59 Menerima pesan nasehat
60 Dilema
61 Ada yang kepikiran
62 Bertemu
63 Terbayang-bayang
64 Bersiap-siap
65 Ada yang patah hati
66 Sebuah permintaan
67 Menghadiri acara pernikahan
68 Tidak rela
69 Saling bercerita
70 Berpisah
71 Menolak
72 Merasa bersalah atas perbuatannya
73 Perpisahan
74 Bertemu
75 Menerima ajakan
76 Menangis
77 Menenangkan
78 Ada yang ganggu
79 Takut
80 Membahas masalah
81 Baikan
82 Insiden
83 Pertengkaran
84 Tidak menemukan titik terang
85 Melakukan persiapan
86 Histeris
87 Menenangkan pikiran
88 Di usir dari rumah
89 Rasa kecewa dan berusaha tegar
90 Mencoba menghibur
91 Bertemu lagi di taman
92 Salah mengerti
93 Diminta menemui
94 Pasrah
95 Tetap bersabar
96 Kembali bersemi
97 Bersenda gurau
98 Bekerja sama
99 Pertemuan antar keluarga
100 Melamar
101 Mengobrol
102 Mengajak makan malam
103 Merasa lega
104 Diterima
105 Menyenangkan sang adik
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Awal cerita
2
Hilang kendali
3
Memohon
4
Tidak ada pilihan
5
Mendapat nasehat
6
Merasa kasihan
7
Tidak tega
8
Harus berpisah
9
Berpisah
10
Sampai di kampung
11
Di rumah Ibu Arum
12
Gugup
13
Merasa malu dan canggung
14
Mengobrol
15
Ingin segera menghabiskan makanannya
16
Menghilangkan rasa malu
17
Membicarakan sesuatu
18
Menerima ajakan
19
Kebersamaan
20
Khawatir
21
Mengatakannya dengan jujur
22
Menceritakan
23
Menangis haru
24
Kembali memohon
25
Waktu yang begitu cepat
26
Bersenda gurau bersama
27
Penuh dengan pikiran
28
Diskusi
29
Mengobrol dan mendapat nasehat
30
Persiapan untuk melakukan pertemuan
31
Semua kaget
32
Bertemu anak kecil
33
Khawatir
34
Bertemu
35
Sangat terkejut
36
Khawatir
37
Menjelaskan
38
Nasehat
39
Meminta maaf
40
Tidak sabar untuk bertemu
41
Permintaan Savan
42
Suasana yang serasa tegang
43
Memperjelas obrolan
44
Tidak ingin menyerah
45
Mengobrol bersama
46
Makan malam bersama
47
Ada yang masih cemburu
48
Saling cemburu
49
Menemukan sesuatu
50
Kembali mengobrol
51
Jatuh sakit
52
Tidak ingin kehilangan
53
Kebersamaan
54
Tidak ingin tersaingi
55
Pamit pulang ke kota
56
Perdebatan
57
Tidak mau kalah
58
Berat untuk melupakan
59
Menerima pesan nasehat
60
Dilema
61
Ada yang kepikiran
62
Bertemu
63
Terbayang-bayang
64
Bersiap-siap
65
Ada yang patah hati
66
Sebuah permintaan
67
Menghadiri acara pernikahan
68
Tidak rela
69
Saling bercerita
70
Berpisah
71
Menolak
72
Merasa bersalah atas perbuatannya
73
Perpisahan
74
Bertemu
75
Menerima ajakan
76
Menangis
77
Menenangkan
78
Ada yang ganggu
79
Takut
80
Membahas masalah
81
Baikan
82
Insiden
83
Pertengkaran
84
Tidak menemukan titik terang
85
Melakukan persiapan
86
Histeris
87
Menenangkan pikiran
88
Di usir dari rumah
89
Rasa kecewa dan berusaha tegar
90
Mencoba menghibur
91
Bertemu lagi di taman
92
Salah mengerti
93
Diminta menemui
94
Pasrah
95
Tetap bersabar
96
Kembali bersemi
97
Bersenda gurau
98
Bekerja sama
99
Pertemuan antar keluarga
100
Melamar
101
Mengobrol
102
Mengajak makan malam
103
Merasa lega
104
Diterima
105
Menyenangkan sang adik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!