Liyan yang masih mengingat nomor kakaknya karena mudah dihafal, bahkan anak sekolah dasar pun bisa mengingatnya.
Sambil mengetik nomor ponsel, bayang-bayang Liyan sudah tidak sabar untuk mengobrol dan merengek.
Saat sedang menghubungi kakaknya, namun tiba-tiba terdengar yang sangat menjangkau dan sama sekali tidak enak di dengar.
"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif." Ucapnya lirih saat mendapat jawaban dari ponselnya.
Karena penasaran, Liyan kembali menghubungi berkali-kali. Tetap sama aja, tidak ada respon apapun dari panggilannya.
Kesal, pingin marah, itu sudah pasti.
"Sejahat itukah mereka denganku?" gumamnya sambil menahan amarahnya saat dirinya benar-benar diasingkan oleh keluarganya sendiri, teruma ayahnya yang mengendalikan, sangat kesal dan berubah menjadi benci.
Liyan yang tidak ada gunanya pinjam ponsel miliknya Aditya, langsung keluar dari kamar dan mengembalikan ponselnya.
Liyan mengetuk pintu kamarnya Aditya, berharap segera keluar.
"Ada apa?" tanya Aditya saat baru saja membuka pintu.
"Ini, aku kembalikan ponselmu. Percuma juga, gak ada yang bisa aku hubungi. Mereka memang benar-benar sudah mengasingkan aku. Sebelumnya makasih ya, udah mau pinjemin." Jawab Liyan sambil menyodorkan ponsel miliknya Aditya.
"Gak apa-apa kalau mau dipakai. Mungkin kamu butuh sesuatu untuk ngilangin kejenuhan. Tenang saja, soal sambungan internet, kamu gak perlu risau, tetap tersambung." Ucap Aditya.
"Enggak ah, aku lagi gak butuh. Kapan kapan saja kalau aku butuh, nanti pinjam lagi. Ini, ambillah. Makasih banyak ya. Selamat malam, selamat istirahat." Jawab Liyan, dan mengembalikan ponsel miliknya Aditya.
Aditya pun mengangguk dan menerima ponselnya.
"Bilang saja kalau kamu mau pakai. Selamat istirahat juga." Ucap Aditya.
Liyan sendiri mengiyakan dan kembali ke kamarnya.
Saat sudah berada didalam kamar, Liyan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Malam yang sudah semakin sunyi, mengingatkan dirinya kepada Vando.
Sedangkan seseorang yang sedang berada didalam Liyan, kini juga belum memejamkan kedua matanya, lantaran masih terus kepikiran dengan wanita yang disukainya.
"Liyan, sebenarnya kamu ada dimana? maafkan aku yang telah menjadi lelaki tidak berguna, dan lelaki pengecut buatmu." Gumam Vando yang tengah duduk di teras rumah.
Devan yang melihat Vando yang tengah sendirian, pun ikutan duduk bersamanya.
"Sedang apa kamu? lagi mikirin Liyan kah? lupakan saja. Percuma juga kamu berusaha mencari, karena Tuan Boni bukan orang yang mudah untuk dibujuk. Asal kamu tahu, ketika Tuan Boni marah, tidak tanggung-tanggung untuk menghukum siapapun, meski anak sendiri."
Vando langsung menoleh ke sebelahnya.
"Aku tidak peduli, aku akan terus mencarinya. Liyan mendapat hukuman dari ayahnya, itu juga karena aku yang sudah membuat masalah, termasuk membuat masalah denganmu." Jawab Vando.
"Aku juga salah. Sebenarnya aku paham dengan perasaannya seseorang, tapi aku lebih mementingkan keegoisanku sendiri. Mungkin saja kalau aku menuruti kemauannya Liyan, aku rasa tidak akan terjadi hal yang seperti ini. Tapi ya sudahlah, semua sudah terjadi. Sekarang bagaimana caranya untuk menyelesaikan, agar tidak menambah masalah yang lebih besar lagi."
"Benar yang diucapkan kamu. Aku harus segera menyelesaikan masalahku dengan Tuan Boni. Juga, aku tidak akan pernah menyerah untuk menemukan keberadaannya Liyan. Aku yakin kalau aku masih bisa untuk mencari keberadaannya, semoga."
"Semangat buat kamu. Jangan pernah menyerah, jika itu sudah menjadi tekad mu." Ucap Devan yang tidak lupa untuk menyemangati.
Meski ada konflik diantara mereka berdua, tapi tidak menambah besar permasalahannya, justru Devan memberi support untuk saudara sepupunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments