"Nyonya." Panggil Bi Rasti saat melihat majikan perempuan tengah berdiri di ambang pintu.
Ibunya Liyan langsung segera balik badan dan turun ke bawah.
"Mama!"
Liyan langsung mengejar ibunya, dan memeluknya.
"Kenapa Mama tidak mau menemui Liyan, Ma? apakah karena Liyan-"
Saat itu juga, ibunya membalikkan badan dan memeluk putrinya dengan sangat erat, tentunya keduanya sama-sama menangis.
"Maafkan Mama, Nak. Maafkan Mama yang tidak bisa menjadi Mama yang baik untuk kamu, dan tidak melindungi kamu." Ucap ibunya sambil menangis sesenggukan.
Liyan mengusap air matanya, dan melepaskan pelukan dari ibunya.
"Mama sudah menjadi Mama yang terbaik buat Liyan. Juga, Liyan dapat memahami posisi Mama. Maafkan Liyan yang sudah membuat Mama kecewa. Liyan janji, Liyan tidak akan mengecewakan Mama dan Papa." Jawab Liyan sambil mengusap air mata ibunya, dan memeluk kembali.
"Mama Minta maaf, Mama gak bisa menghalangi Papa, dan Mama tidak bisa berbuat apa-apa selain mendukungmu." Ucap ibunya sambil mengusap punggung putrinya.
Liyan mengangguk dan melepaskan pelukannya.
"Sudahi tangisnya kalian. Tidak ada gunanya menangisi hal yang tidak penting. Papa sudah tidak mempunyai waktu lagi, cepat segera berangkat." Ucap Tuan Boni dengan tegas.
Liyan dan ibunya kaget pastinya.
Setelah berkemas dan sudah siap menerima konsekuensi dari ayahnya, Liyan segera keluar dari kamar bersamaan di temani ibunya dan asisten rumah.
Namun sebelumnya, Liyan menghadap ke ayahnya.
"Maafkan Liyan, Pa. Maafkan Liyan yang sudah membuat Papa kecewa, dan tidak menjadi anak yang berbakti. Liyan janji, tidak akan mengulangi kesalahan yang kedua kalinya." Ucap Liyan sambil menunduk.
"Kamu sudah dewasa, tidak perlu lagi Papa terus-terusan menasehati kamu. Bukan lagi anak kecil yang harus diawasi, tapi setidaknya tahu diri." Jawab sang ayah dengan sikapnya yang tegas.
"Liyan menyesal, dan siap menanggung resiko dan konsekuensinya." Ucap Liyan.
"Jaga diri kamu baik-baik di kampung. Papa tidak lagi menjamin hidupmu, bekerja keraslah untuk dirimu sendiri. Satu hal lagi, asah mental mu, jangan menjadi perempuan yang lemah. Kamu sudah Papa didik dengan segala kemampuan yang Papa punya, dan kamu tinggal menjalaninya." Kata Tuan Boni kepada putrinya dengan nasehat kecil sebelum berangkat ke kampung.
Liyan mengangguk.
"Baik, Pa. Liyan sudah mengerti. Selamat tinggal, sampai bertemu kembali." Jawab Liyan dan bergegas pergi.
Ibunya yang hendak mengejar putrinya, tertahan oleh Tuan Boni. Dengan terpaksa, ibunya Liyan hanya memandangi kepergian putrinya hingga bayangannya tidak terlihat.
Saat sudah berada di depan rumah, Liyan memandangi rumah yang sudah sekian lama dijadikan tempat tinggalnya, dan kini tinggallah kenangan.
Entah berapa tahun lamanya untuk kembali, Liyan sudah tidak ada lagi angan-angan untuk kembali ke rumah orang tuanya.
"Liyan! Li! tunggu." Teriak Vando yang berhasil masuk ke halaman rumah Tuan Boni.
"Vando. Kak-kamu."
"Liy, kamu mau kemana?"
"Maaf, Van. Aku harus pergi. Maaf, jangan halangi aku." Jawab Liyan yang sama sekali tidak berani untuk menatap wajahnya Vando.
"Pergi katamu? memangnya kamu mau pergi kemana?"
"Liyan sudah menerima konsekuensinya. Kemana perginya, bukan menjadi urusan kamu. Mulai sekarang, kamu tidak ada lagi hubungan apapun dengan putriku. Sekarang juga Enyah dari sini, cepat." Sahut Tuan Boni dengan tegas.
Vando yang mendengarnya, pun terasa sesak napasnya. Sungguh teramat menyakitkan ketika harus berpisah dengan Liyan, perempuan yang sudah mencuri hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Yusria Mumba
yang sabar lilian,
2023-06-13
0