Selesai menikmati makan malam bersama, Pak RT bersama istrinya pamit pulang. Kini, tinggallah Ibu Arum bersama putrinya dan Liyan, juga Aditya. Mereka yang harus melakukan aktivitas dihari esok, langsung kembali ke kamarnya masing-masing untuk istirahat.
Namun, justru Liyan sulit untuk memejamkan kedua matanya, lantaran setelah sampai di rumah Ibu Arum, Liyan memilih untuk istirahat.
"Tidak punya ponsel, rasanya sepi banget. Aku jadi kangen sama suasana di kota, gak mungkin juga jika aku pulang. Pasti Papa akan menyingkirkan aku lebih jauh lagi. Mungkin sudah menjadi takdirku untuk menjalani kehidupan yang seperti ini. Tapi- bagaimana nasibku selanjutnya? apakah nanti Papa akan menjemput aku? aku rasa tidak akan mungkin. Ah iya, aku baru ingat, hari ini kak Zivan pulang. Aku pinjam ponselnya Yena apa ya.. Boleh deh, apa salahnya jika aku mencobanya." Gumam Liyan yang tiba-tiba teringat dengan kakaknya.
Tidak ada pilihan lain, akhirnya memberanikan diri untuk pinjam ponsel.
Dengan sangat hati-hati, Liyan mengetuk pintu kamarnya Yena, berharap akan mendapat respon darinya.
"Yen, tolong bukain pintunya dong. Aku mau minta tolong sama kamu, please." Ucap Liyan penuh hati-hati agar tidak mengganggu Ibu Arum tidur, pikirnya.
"Ekhem."
Aditya sengaja berdehem untuk mengagetkan Liyan yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya Yena.
"Kamu. Kirain siapa, ngagetin saja." Ucap Liyan yang hampir saja ketangkap basah oleh Ibu Arum.
"Ada perlu apa, kamu memanggil Yena?" tanya Aditya seperti menyelidik.
"Oh enggak, cuma mau minta tolong saja, gak lebih." Jawab Liyan beralasan.
"Memangnya minta tolong apaan?" tanya Aditya seperti menginterogasi.
Liyan terpaksa tersenyum, agar tidak terlihat gugup.
"Aku mau pinjam ponsel. Aku kangen sama kakak aku, tadi aku belum sempat berpamitan, karena kakak aku belum pulang. Maaf, aku harus kembali ke kamar." Jawab Liyan yang langsung berbalik badan.
Nahas, Aditya lebih cepat menyambar lengannya Liyan.
"Aku ada ponsel yang gak ke pakai. Kalau kamu mau, aku berikan untuk kamu." Ucap Aditya memberi tawaran.
"Serius? entar gak tahunya ada imbalan, gak ah. Kebanyakan orang memang begitu, memberi tapi meminta imbalan, gak jadi ah."
"Aku serius. Memangnya apa untungnya aku memanfaatkan kamu, bukan tipeku. Bentar ya, aku ambilkan dulu ponselnya." Ucap Aditya bergegas untuk mengambil ponsel yang tidak ke pakai.
Liyan mengangguk, yakni mengiyakan. Mau bagaimana lagi, Liyan tidak mempunyai pilihan selain menerima tawaran.
"Nih, ponselnya. Kamu boleh pakai, tapi gak ada pulsanya. Tenang saja, sudah aku sambungkan ke hotspot. Jadi, kamu bisa gunakan ponsel itu sesukamu. Tapi ingat, jangan keseringan main ponsel, Bude Arum gak suka." Ucap Aditya menyodorkan ponsel, serta memberi pesan serta nasehat kecil kepada Liyan.
"Ya. Makasih ya sebelumnya. Maaf banget kalau aku sudah merepotkan kamu. Makasih juga sudah mengingatkan aku." Jawab Liyan merasa ada titik terang untuk menghubungi kakaknya.
Karena sudah tidak sabar untuk menghubungi kakaknya, Liyan langsung kembali ke kamarnya. Kemudian, tidak lupa juga menguncinya dari dalam, yakni biar bisa menikmati waktunya sebaik mungkin, pikirnya.
Liyan yang begitu bersemangat, akhirnya mencoba untuk menghubungi kakaknya.
"Udah gak sabar pingin ngobrol sama Kak Zivan, semoga saja masih bisa menjemput aku untuk tinggal di kota lagi, semoga saja sih." Gumamnya dengan penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments