Cukup lama dalam perjalanan menuju kampung halaman ibunya, tidak terasa sudah memasuki perkampungan. Tiba-tiba Liyan tersenyum saat teringat aksi konyolnya di masa lalu yang sudah melarikan diri dari rumah demi menghindari perjodohan.
Bayang-bayang saat bertemu Vando, membuatnya tidak sadarkan diri tawa kecilnya dapat didengar oleh supirnya.
Bahkan, Liyan teringat saat meminta Vando untuk menikahinya, namun permintaannya tertolak karena sudah mempunyai calon istri.
'Sepertinya Nona sedang bahagia, atau mungkin teringat kenangan masa lalunya, bisa saja begitu.' Batin pak supir saat mendapati anak majikannya tertawa kecil.
Sudah hampir mau sore, rupanya sudah sampai di depan rumahnya seseorang yang akan dititipkan sosok Liyan.
"Nona, kita sudah sampai." Ucap pak supir setelah mematikan mesin mobilnya.
Liyan justru tidak menghiraukannya, ia celingukan melihat area di sekitar, ingatannya kembali saat baru sampai di kampung ketika melarikan diri dari rumah.
"Nona, kita sudah sampai." Pak supir mengulangi lagi kalimatnya.
Liyan sendiri baru menyadarinya.
"Sudah sampai ya, Pak."
"Ya, Nona. Kita sudah sampai." Jawab pak supir bergegas turun dan membukakan pintu untuk Liyan.
Liyan sendiri segera melepaskan sabuk pengamannya.
"Nona. Mari silakan turun." Ucap pak supir saat baru saja membuka pintu mobil.
Liyan segera turun.
Saat sudah turun dari mobil, Liyan kembali menghirup udara yang terasa berbeda dengan kota. Meski sudah sore, udara di desa tetap asri.
"Loh loh loh, tamu dari mana ini?" tanya seseorang perempuan paruh baya tengah menghampirinya.
Meski tahu siapa yang akan datang, tetap saja seperti mimpi ketika kedatangan tamu besar dari kota.
"Loh, Pak Kerto ya, kirain siapa."
"Ya ini, Rum. Aku bawa anaknya majikan, dan kamu siap melakukan tugas kamu." Jawab Pak Kerto yang baru saja mengambil koper dari dalam bagasi mobil.
"Ya udah, kita masuk dulu, istirahat. Ayo Nak, silakan masuk ke rumah Ibu. Maaf, berantakan. Soalnya Pak Kerto dadakan yang ngasih kabar sama Ibu." Ucap Ibu Arum, Liyan hanya tersenyum tipis untuk menanggapinya, karena masih terasa asing.
Saat sudah masuk kedalam rumah, Liyan celingukan mengamati isi dalam ruangan.
"Silakan duduk, Nak. Maaf, keadaan Ibu seadanya." Ucap Ibu Arum mempersilakan duduk.
Liyan duduk di hadapan pemilik rumah.
"Perkenalkan, nama Ibu, Arumi. Ibu saudaranya Pak Kerto, Ibu janda punya anak satu, anak Ibu perempuan, ada keponakan juga di rumah Ibu, dia laki-laki." Ucap Ibu Arum yang langsung memperkenalkan diri.
"Bapak kakaknya Ibu Arum, Nona tidak perlu khawatir. Di rumah ini aman, Nona gak usah takut. Tapi sebelumnya, Tuan berpesan sama Bapak untuk meminta ponsel miliknya Nona, maaf." Sambung Pak Kerto dengan perasaan tidak enak hati.
Liyan yang tidak mempunyai pilihan, akhirnya mengiyakan dan mengambil ponselnya dalam tas miliknya. Kemudian, memberikannya kepada Pak Kerto. Awalnya berat dan tidak rela, tapi mau bagaimana lagi, Liyan tidak bisa membantah sama sekali.
"Ini, Pak. Ambillah, Liyan tidak membutuhkan ponsel ini." Jawab Liyan dengan terpaksa.
"Maafkan Bapak ya, Nona. Semoga betah di rumah ini, Bapak mau langsung pulang. Nanti soal izin tinggal di kampung ini, nanti Aditya dan Yena yang akan membantu kamu selama ada di kampung sini. Jaga diri Nona baik-baik, Bapak mau langsung pulang." Ucap pak Kerto.
Liyan mengangguk dan mengiyakan.
"Terima kasih banyak ya, Pak. Sudah mengantarkan Liyan dengan selamat. Untuk Bapak, hati-hati di perjalanan, semoga selamat sampai di kota." Jawab Liyan berusaha untuk tetap tegar, meski terasa sakit ketika harus berpisah.
Pak Kerto mengangguk dan pamit pulang ke kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments