Pagi hari, Liyan bangun lebih awal dari yang lainnya. Justru, Liyan sudah berada didepan rumah untuk mencari udara segar. Entah kenapa, Ibu Arum, Yena, dan Aditya bangunnya kesiangan.
"Astaga! udah jam enam, yang benar saja." Yena maupun Aditya sama-sama kejar-kejaran waktu untuk berangkat kerja.
Sedangkan Liyan pergi jalan-jalan untuk menikmati suasana kampung yang masih asri. Berbeda dengan Aditya dan Yena, keduanya terburu-buru untuk berangkat bekerja.
"Kenapa mesti pakai acara kesiangan begini sih? ah! menyebalkan." Gerutu Yena sambil mengenakan bajunya.
Begitu juga dengan Aditya, tengah sibuk dengan sepatunya.
"Bu! tas aku kemarin di taruh dimana ya?"
Ibu Arum yang melihat putrinya sibuk bersiap-siap, pun menggelengkan kepalanya.
"Mana ibu tahu, Nak. Mungkin kamu lupa, coba di ruang televisi, siapa tahu ada. Kamu kenapa bisa bangun kesiangan?"
"Bude bude, tahu jam tangan aku gak ya?"
Aditya pun sama lupanya.
"Kalian berdua itu ya, selalu aja lupa. Tante gak tahu, mungkin di kamar mandi atau dimana, coba diingat ingat lagi." Jawab ibu Arum yang mendadak rumahnya menjadi heboh gara-gara bangun kesiangan.
Liyan yang baru saja masuk rumah, dibuatnya aneh dengan Aditya maupun Yena yang seperti mencari sesuatu.
"Kalian berdua kenapa bolak balik ke sana kemari? apa sedang mencari sesuatu?"
"Iya, kami sedang mencari sesuatu, tas punyaku, dan jam tangan punyanya Aditya, kamu tahu?"
"Oh. Jam tangannya Aditya, itu ada di lemari, juga tas kamu ada di lemari."
PLAK!
Keduanya tepuk jidat bersamaan. Lega, tapi ada kesalnya.
"Liyan." Keduanya menyebut nama Liyan dengan ekspresi yang sama gregetnya.
"Maaf. Tadi aku beresin, soalnya berantakan, terus langsung keluar cari udara segar." Jawab Liyan dan nyengir kuda.
Ibu Arum pun tertawa kecil.
"Makanya, kalau takut kehilangan tuh ya, ya dimasukkan kedalam kamar. Jadi, kalian berdua tidak heboh. Ya udah, kalian berdua bersiap-siap, sarapannya nanti beli di tempat kerjaan sekalian. Soalnya ibu bangunnya juga kesiangan, jadi gak sempat buatin kalian sarapan pagi." Ucap ibu Arum.
Yena sama Aditya pun mengiyakan.
Sedangkan Liyan merasa bersalah saat sudah membuat Yena dan Aditya kebingungan.
Karena tidak ingin terlambat, Yena bersama Aditya segera berangkat kerja.
Kini, suasana di rumah ibu Arum kembali sepi.
"Nanti mereka berdua pulangnya jam berapa ya, Bu?" tanya Liyan.
"Pulangnya nanti sore, sama seperti kemarin. Kalau Nak Liyan gak keberatan, temani Ibu ke pasar yuk, sekalian nanti beli sarapan pagi di pasar." Jawab Ibu Arum sekaligus mengajak Liyan ke pasar.
"Boleh. Liyan malah senang, Bu. Soalnya Liyan juga tidak mau ditinggal sendirian di rumah."
"Ya udah kalau gitu, Ibu mau ambil tas belanjaan dulu. Nak Liyan boleh tunggu ibu sebentar." Ucap ibu Arum.
"Iya, Bu." Jawab Liyan dibarengi dengan anggukan.
Liyan yang sudah seperti hidup sebatang kara, sebisa mungkin untuk tetap tegar dalam menjalani kehidupan yang baru, ditempat yang baru, suasana baru, semua terasa asing dan harus benar-benar sabar dalam menjalaninya.
"Mungkin ini sebuah teguran, agar aku menjadi lebih baik lagi." Gumam Liyan berusaha untuk menyemangati diri sendiri.
Hanya mengambil tas belanjaan, ibu Arum mengajak Liyan untuk menemaninya pergi ke pasar.
"Maaf ya, Nak Liyan, jika pergi ke pasarnya cuma jalan kaki. Soalnya gak ada kendaraan, mau ojek sayang uangnya bisa buat beli lauknya. Gak apa-apa kan, Nak Liyan?"
"Tidak apa-apa kok, Bu. Justru kalau jalan kaki lebih bagus. Badan bisa gerak, dan menyehatkan. Apalagi masih pagi begini, udaranya masih segar, Liyan tidak mempermasalahkannya, justru ada kesempatan untuk menikmati suasana di kampung sini." Jawab Liyan.
"Ya udah, ayo kita jalan." Ajak ibu Arum. Liyan mengangguk dan mengikuti ibu Arum pergi ke pasar.
'Ternyata hidup dimana pun sama aja, yang terpenting bagaimana caranya menikmati. Hidup mewah kalau tidak bisa menikmati juga sama aja bohong. Seperti diriku ini. Mungkin aku harus belajar lebih banyak lagi sama Yena, Aditya, dan terutama sama ibu Arum.' Batin Liyan sambil mengimbangi langkah kaki ibu Arum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments