Sakit hati, dan penuh kekecewaan, akhirnya Devan segera memproses soal perceraiannya dengan Liyan, perempuan yang dicintainya sudah lama, dan harus pupus dengan cara yang sangat menyakitkan.
"Aku gagal, telah gagal menjadi seorang suami. Maafkan aku, Liyan, aku sudah tidak bisa lagi menerimamu. Aku akan segera mengurus perceraian kita." Gumamnya yang tengah berdiri di atas balkon.
"Maafkan aku. Tidak seharusnya aku merusak masa depannya Liyan, perempuan yang kamu cintai, dan perempuan yang sudah sekian lama kamu tunggu." Ucap Vando yang kini sudah berdiri di belakang saudara sepupunya.
Devan masih tidak menoleh, tetap dengan posisinya.
"Keluarlah. Aku sedang tidak ingin berbicara denganmu. Setelah aku selesai memproses urusanku soal perceraian, aku tidak lagi tinggal di kota ini. Aku serahkan semuanya padamu. Aku hanya akan membawa apa yang dimiliki oleh orang tuaku. Hak mu, itu milik mu. Hak orang tuaku, maka aku yang akan bertanggung jawab. Mulai sekarang, kau dan aku tidak ada hubungan apapun." Jawab Devan.
"Jangan pergi, Nak Dev. Tante tidak mau kalau kamu pergi dari rumah ini. Ingat, rumah ini juga tempat tinggal mu. Lupakan masalah. Mungkin kita harus mengulanginya dari awal lagi. Tante mohon, jangan pergi tinggalkan Tante." Sahut ibunya Devan memohon.
Devan sendiri merasa tidak tega jika harus berpisah dengan tantenya yang sudah dianggap ibunya sendiri. Sejak hilangnya Vando, Devan lah penggantinya.
Tentu saja, ibunya Vando merasa keberatan ketika harus berpisah dengan keponakannya, lantaran sejak kecil, Devan sudah lebih dulu dekat dengan ibunya Vando, dan sudah seperti ibunya sendiri.
"Penuhi permintaan Mamaku, aku mohon." Timpal Vando ikut bicara.
Devan menoleh ke arah tantenya, lalu mengangguk.
"Baiklah. Aku akan penuhi permintaan dari Tante, demi Tante. Kalau begitu, aku harus berangkat untuk proses perceraian ku dengan Liyan." Jawab Devan dan bergegas pergi begitu saja.
Sedangkan Vando sendiri, masih menahan rasa sakitnya akibat mendapat perlakuan kasar dari Tuan Boni.
"Wajahmu banyak yang memar, sini biar Mama obati."
Vando menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu. Ini hanya luka ringan, nanti juga sembuh. Sudah menjadi resiko, lelaki pecundang dan sangat memalukan. Jadi, ini belum seberapa luka yang aku terima, Ma."
"Jangan berbicara seperti itu, Nak. Setiap orang mempunyai kesalahannya masing-masing, dan tidak ada yang sempurna watak dan sikap seseorang. Yang terpenting, kamu jadi laki laki yang bertanggung jawab dan siap menanggung segala resikonya." Ucap ibunya memberi nasehat kecil kepada putranya.
Vando langsung memeluk ibunya.
"Maafkan Vando ya, Ma. Semua ini gara-gara Vando yang sudah membuat Mama malu. Maafkan Vando yang sudah menghancurkan kebahagiaan saudara sendiri. Jujur, Vando juga mencintainya, Ma. Tapi, Vando tidak tahu, jika Liyan akan menikah dengan Devan."
Ibunya segera merenggangkan pelukannya, dan melepaskan. Lalu, ibunya menatap wajah putranya dengan serius.
"Semua sudah terjadi, Nak. Yang harus kamu lakukan adalah, memperbaiki diri dengan penuh penyesalan. Juga, kamu tidak akan lagi mengulangi kesalahan yang sama." Ucap ibunya mengingatkan.
Vando menunduk penuh dengan rasa penyesalan.
"Ya, Ma. Vando janji, Vando akan merubah menjadi lebih baik lagi. Terima kasih ya, Ma, udah bersedia menasehati Vando. Maafkan Vando yang sudah mengecewakan Mama. Vando tidak akan mengulanginya lagi, dan akan menjadi laki-laki yang bertanggung jawab." Jawab Vando dengan penuh penyesalan.
Ibunya kini memeluk putranya dan mengusap punggungnya.
"Kamu pasti bisa. Mama yakin kalau kamu akan menjadi seseorang yang lebih baik lagi." Ucap ibunya, Vando merasa lega ketika ibunya menyikapinya dengan baik.
Namun, dipikirannya masih ada rasa takut jika dirinya tidak bisa menikahi Liyan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments