Yena yang sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan dapur membantu ibunya, sedikitpun tidak mengeluh ataupun menolak. Begitu juga dengan Aditya, sudah terbiasa dengan kerja keras, sama sekali tidak membuatnya gengsi dalam melakukan pekerjaan apapun.
Tidak ingin berlama-lama didalam kamar ketika mengganti baju, Yena segera ke dapur untuk membantu ibunya masak.
"Bu, kalau boleh tahu, apakah Ibu di bayar? takutnya Ibu nanti kecapean."
Ibu Arum seketika tersenyum dan meraih tangan putrinya.
"Kamu tidak perlu khawatir, orang tuanya Nak Yilan sudah mempercayakan Ibu, dan semua sudah ditanggung oleh beliau. Hanya saja, ayahnya menginginkan putrinya hidup bekerja keras, dan tidak untuk dimanjakan. Jadi, kamu tidak perlu khawatir soal Ibu. Pakde Kerto yang sudah mengurus keperluan anak majikannya. Kita sebagai tempat tinggalnya, kita tetap memperlakukannya dengan baik. Jadi, tetap jaga sikapmu, seperti yang sudah Ibu katakan tadi sama kamu." Jawab ibunya meyakinkan putrinya agar tidak khawatir dan mencemaskan.
Yena akhirnya dapat bernapas dengan lega ketika mendengar penjelasan dari ibunya.
"Syukurlah kalau Ibu tidak direpotkan. Yena hanya khawatir saja, soalnya gak tega jika harus melihat Ibu kecapean." Ucap Yena yang tidak begitu khawatir, dan dapat percaya dengan ibunya.
"Ya sudah, ayo kita masak. Takutnya nanti keburu kemalaman, kasihan tamu kita yang sudah jauh-jauh dari kota. Mulai sekarang kamu tidak lagi sendirian, ada Nak Liyan yang akan menjadi teman kamu. Ibu rasa Nak Liyan anaknya baik, dan gak jauh beda sikapnya seperti kamu."
"Semoga saja ya, Bu. Soalnya sih, biasanya kalau dari golongan orang kaya itu terkenalnya anak yang manja, juga tidak mau hidup susah. Ya semoga saja omongan Ibu benar." Kata Yena sambil membantu ibunya mengerjakan pekerjaan dapur.
Meski lelah karena baru saja pulang dari kerjaan, tidak membuat Yena menolak perintah ibunya.
Sedangkan Liyan sendiri yang sedang tertidur pulas karena kecapean saat menempuh perjalanan yang cukup jauh, membuatnya kelelahan. Namun, tiba-tiba ia tersadar dari tidurnya. Kemudian, Liyan kembali mengamati isi dalam ruangan.
Masih sama, pikir Liyan yang langsung bangkit dari posisi tidurnya.
"Ternyata aku sedang tidak bermimpi. Ini benar-benar nyata, aku kira tadi mimpi, gak tahunya memang beneran kalau aku sedang ada di kampung. Eh, dah sore keknya ya. Astaga. Orang macam apa aku ini, jam segini baru bangun. Benar-benar memalukan." Gumam Liyan yang langsung berdiri dan mengucek kedua matanya agar pandangannya lebih jelas lagi.
Karena malu sudah tidur yang cukup lama, Liyan buru-buru keluar dari kamar dan mencari keberadaannya pemilik rumah.
"Aw! maaf. Maaf, aku- kalau aku gak sengaja." Pekik Liyan dengan gugup karena menabrak seseorang, siapa lagi kalau bukan Aditya.
"Tidak apa-apa, kamu gak apa-apa?"
Liyan bertambah bingung dan pastinya malu, juga gugup.
"Em- Ibu A-"
"Ibu Arum?"
"I-iya, benar. Dimana Ibu Arum?" tanya Liyan gugup.
"Ada di dapur. Itu dapurnya." Jawab Adit sambil menunjuk ke arah dapur.
"Makasih. Maaf ya, yang tadi. Maaf udah nabrak kamu." Ucap Liyan merasa malu.
Aditya tersenyum tipis sambil mengangguk.
Liyan yang takut salah bicara dan salah tingkah, cepat-cepat pergi ke dapur untuk menepis rasa malunya saat menabrak Aditya.
Sedangkan Aditya sendiri justru tersenyum ketika mendapati tingkah Liyan yang menurutnya dapat menghibur dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments