Saat sudah berada di dapur, Liyan bingung harus mengerjakan apa, pikirnya. Celingukan, itu sudah pasti.
'Bagaimana ini, aku harus ngapain? mana ada anak perempuannya juga, lagi. Semoga saja tidak judes, bisa berabe jadinya.' Batin Liyan masih berdiam diri di ambang pintu.
"Loh, ada Nak Liyan. Kok diam aja, jangan malu-malu. Anggap saja kalau rumah ini rumahnya Nak Liyan juga. Ibu minta maaf sebelumnya, jika rumah Ibu gak sebagus dan semewah punya Nak Liyan di kota. Tapi tenang saja, soal kebersihan pasti terjamin." Ucap Ibu Arum saat mendapati Liyan yang sudah berdiri diambang pintu.
"Tidak apa-apa kok, Bu. Saya sebelumnya juga pernah ikut tinggal di kampung, waktu itu salah alamat. Jadi, Liyan gak kaget lagi. Makasih banyak ya, Bu, sudah mau menerima Liyan untuk tinggal di rumahnya Ibu." Jawab Liyan sebaik mungkin, sadar diri karena ikut dengan orang yang tidak dikenalinya.
Yena yang tidak ingin membuat Liyan canggung, ia segera mendekatinya.
"Perkenalkan, namaku Yena. Aku anaknya Ibu Arum. Semoga betah ya, tinggal di rumah macam gubuk. Maklum, kami tinggal di kampung dengan seadanya, sesuai apa yang kita punya." Ucap Yena memperkenalkan diri, dan juga mengulurkan tangannya.
"Salam kenal kembali, namaku Liyanva, panggil saja Liyan. Terima kasih ya, sudah mau menerimaku untuk tinggal di rumah kamu." Jawab Liyan yang juga memperkenalkan diri, dan menerima uluran tangannya.
"Kalau kamu capek, gak udah ikutan bantu masak. Atau gak, aku buatkan teh hangat, kamu pasti capek karena perjalanan dari kota. Duduk saja di sini, aku mau buatkan kamu teh hangat, jika gak suka, aku buatkan wedang jahe, biar badan terasa hangat." Ucap Yena, Liyan tersenyum dengan penuh rasa bahagia dan sangat beruntung ketika dipertemukan dengan orang-orang baik.
"Tidak usah repot-repot, nanti kalau aku kepingin, aku buat sendiri aja. Aku bantu masak, ya." Jawab Liyan yang langsung ikutan mengupas bawang putih.
Ibu Arum yang melihat sikap Liyan yang tidak jauh dari putrinya, pun merasa lega karena tidak seperti yang dibayangkannya.
Kemudian, Ibu Arum segera memanggil Aditya untuk membakar ikan.
"Adit, Dit, dimana kamu?"
Ibu Arum memanggil manggil Adit.
"Ya, Bude, kenapa?"
Sahut Aditya saat namanya dipanggil, dan segera menghampiri.
"Tolong bantuin Bude bakar ikan, soalnya Bude ada kerjaan yang lainnya. Sudah hampir mau gelap, kamu yang bakar ikannya ya?"
"Tapi, Bude. Kalau perempuan tadi itu gak suka, gimana? mendingan Bude tanya aja dulu. Takutnya dianya gak suka ikan bakar." Jawab Aditya.
"Iya juga ya. Ya udah, Bude mau tanya dulu. Kamunya cuci bersih ikannya. Ingat, harus benar-benar bersih." Ucap Ibu Arum yang juga memberi tugas kepada Aditya.
Ibu Arum yang tidak ingin lama-lama, segera menanyakan perihal ikan bakar kepada Liyan, takutnya tidak suka, pikirnya.
"Nak Liyan." Panggil Ibu Arum mengagetkan.
Liyan langsung mendongak karena merasa jika namanya dipanggil.
"Iya, Bu, ada apa ya?"
Sahut Liyan dan langsung bertanya kepada pokok intinya.
"Kamu suka ikan bakar atau tidak, Nak?" tanya ibunya Yena.
"Oh, ikan bakar. Iya Bu, saya suka. Maksudnya, kalau Liyan suka ikan bakar." Jawab Liyan yang tiba-tiba mendadak teringat dengan kenangannya saat baru pertama kali masuk ke rumah miliknya orang tua asihnya Vando, dan juga disuguhkan dengan hal yang serupa, yakni ikan bakar, tentu saja ingatannya pun kembali lagi.
"Ya udah kalau memang suka, Ibu mau lanjut bakar ikannya. Kamu gak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja." Ucap ibu Arum.
Liyan mengangguk dan tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments