Liyan yang tengah ketakutan saat mendapat bentakan dari Devan, dengan tubuh yang gemetaran, ia melepaskan sabuk pengamannya.
Devan sendiri langsung turun tanpa bersikap lembut kepada Liyan. Kemudian, ia mengambil koper dari bagasi.
Masih dengan rasa takut, Liyan pelan-pelan keluar dari mobil dengan keadaan panas-dingin.
"Nih! bawa sendiri barang mu." Ucap Devan yang langsung mendorong kuat koper miliknya Liyan.
"Aku mohon, cukup ceraikan aku, tapi jangan adukan ku soal masalahku dengan Vando, aku mohon." Ucap Liyan sambil memohon karena rasa takut jika mendapat amuk dari orang tuanya.
Devan menyeringai sinis ketika mendengar permohonan dari Liyan.
"Aku tidak peduli, itu urusan kamu dengan orang tua kamu bersama Vando. Pantas saja, kamu menolak keras untuk menikah denganku. Rupanya kamu sudah kotor oleh lelaki macam Vando. Otaknya gak jauh beda dengan asalnya di asuh, otak kampungan." Jawab Devan dengan tatapan yang begitu sinis.
Liyan yang tengah mendapat penghinaan dari Devan, sungguh sangat menyakitkan. Seketika, dirinya kembali teringat saat dirinya terjebak hujan dalam perjalanan.
Tanpa peduli sedang berada di rumah siapa, Devan kembali menarik tangannya Liyan.
Liyan meringis kesakitan saat mendapat perlakuan kasar oleh Devan sampai di depan pintu utama untuk menerima tamu.
Kemudian, Devan langsung menekan bel pintu. Tidak lama kemudian, salah seorang asisten rumah membukakan pintu.
"Tuan, Nona, selamat malam, silakan masuk." Sapa salah seorang asisten rumah dan mempersilakan majikannya masuk.
Tentu saja, menyimpan perasaan heran ketika anak majikannya tengah menarik koper. Asisten rumah langsung meraihnya, dan membawakannya sampai didalam kamar.
Nahas, ayahnya Liyan baru saja keluar dari kamar dan mendapati anak bersama menantunya datang di waktu tengah malam.
"Loh loh loh, ada apa ini? ada apa dengan kalian? kenapa mendadak datang ke rumah?" tanya Tuan Boni ketika mendapati Liyan bersama Devan tengah datang ke rumah, tentunya menyimpan rasa penasaran.
Baru saja bertanya, tiba-tiba dikagetkan oleh asisten rumahnya yang tengah menarik koper.
"Loh, ada apa ini?"
Tiba-tiba ibunya Liyan juga kaget saat melihat putrinya sudah ada di rumah.
"Ya ini, ada apa dengan kalian? apakah ada masalah?"
Tuan Boni kembali untuk bertanya.
"Tanyakan saja kepada putri kalian." Jawab Devan.
Kemudian, Tuan Boni dan istrinya langsung menoleh ke arah Liyan.
Karena takut, Liyan langsung menunduk, lantaran tidak berani untuk menatap wajah kedua orang tuanya.
"Kenapa kamu seperti orang ketakutan, Liyan? ada denganmu? apakah kamu melakukan kesalahan yang fatal?" tanya ibunya, ayahnya masih memperhatikan putrinya.
Liyan masih diam, ia takut untuk menjawabnya dengan jujur.
Karena penasaran, akhirnya sang ibu mendekati putrinya.
"Liyan, katakan kepada kami, kamu kenapa? ada apa sebenarnya dengan kalian? apakah kamu melakukan kesalahan? jawablah, jangan diam ketika mendapat pertanyaan."
"Ya! kami memang melakukan kesalahan yang fatal. Jangan menyalahkan Liyan, tapi salahkan aku." Sahut Vando dengan suara yang cukup nyaring kedengarannya.
Semua kaget dan langsung menoleh ke sumber suara.
Tuan Boni yang mengenal baik sosok Vando, pun penasaran dan mendekatinya.
"Maksudnya kamu itu, apa?" tanya Tuan Boni ingin tahu.
"Mereka berdua telah bercerai, dan saya lah penyebabnya." Jawab Vando.
"Apa! bercerai, katamu?"
Vando mengangguk.
"Saya yang sudah menodai putri Tuan, dan saya siap untuk bertanggung jawab." Jawab Vando yang akhirnya angkat bicara.
Tuan Boni yang mendengarnya, pun bagai dadanya tertu_suk hingga tembus ke ulu hatinya. Sungguh merasa terhina ketika putrinya telah dinodai sebelum menikah oleh lelaki lain, hancur sudah perasan orang tuanya.
Saat itu juga, ibunya Liyan langsung mendekati dan menampar Vando dengan sangat kuat.
PLAK!
Sebuah tamparan kini telah mendarat di pipi kanannya, lengkap sudah mendapat amarah dari orang ibu yang kedua kalinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments