Usai Pernikahan
Di rumah kediaman keluarga Gavindra, Devan bersama istrinya tengah berada didalam kamar.
Liyan yang tengah banyak pikiran, susah payah untuk bersikap tenang.
Devan selaku suaminya yang baru saja menikah, tentunya ingin menikmati malam bahagianya atas pernikahan yang sudah dinanti-nantikan.
Sambil duduk bersebelahan, Devan mulai aktif dengan kedua tangannya. Menyentuh pipinya, rambutnya, dan juga dagunya.
"Jangan, jangan kamu lakukan itu." Ucap Liyan seperti menyembunyikan rasa takut.
"Kenapa, sayang?" tanya Devan dengan rasa penasaran.
Menyimpan rasa penasaran, juga tengah melihat ekspresi istrinya yang seperti orang ketakutan, membuat Devan mundur beberapa senti jarak di antara keduanya.
Liyan menggelengkan kepalanya, takut itu sudah pasti. Apalagi mengetahui jika suaminya orang yang dingin, dan sekali murka dapat membahayakan dirinya.
Namun, mau bagaimana lagi, Liyan mungkin dapat untuk membohonginya, namun ia takut menjadi bumerang untuk dirinya.
'Sebelum terlambat, aku harus mengatakannya langsung padanya. Aku tidak mau hidupku terancam, juga belum terlanjur.' Batin Liyan yang berusaha untuk mengatur napasnya.
Devan mencoba mendekati istrinya, dan menanyakan perihal sikap aneh yang secara tiba-tiba.
Liyan yang masih duduk di tepi ranjang, mencoba untuk tetap tenang, meski pikirannya sudah tidaklah karuan.
"Sayang, ada apa denganmu? kenapa kamu terlihat seperti orang ketakutan? apakah kamu ada masalah?" tanya Devan memberi beberapa pertanyaan untuk istrinya.
Detak jantung Liyan semakin tidak karuan, semakin kencang.
Devan mencoba memeluk istrinya, agar dapat menenangkannya. Namun, Liyan justru menolaknya.
"Aku, aku sudah-" jawab Liyan penuh kecemasan, dan juga takut pastinya.
"Kamu kenapa? oh, datang bulan?"
Liyan menggelengkan kepalanya.
"Bukan." Jawab Liyan dengan singkat.
"Terus, kenapa?" tanyanya lagi.
"Aku sudah ternoda." Jawabnya yang lolos begitu saja dari mulutnya.
Devan langsung terkejut, bagai layang-layang yang putus dari pemiliknya.
Bagai sambaran petir setelah mendengar jawaban dari istrinya. Otaknya langsung terasa mendidih saat kalimat menyakitkan terlontar lewat mulut istrinya dengan sangat jelas.
Detak jantungnya ikut tidak terkontrol, juga napasnya yang mendadak terasa panas dan sesak.
"Kamu bilang apa tadi? kamu sudah ternoda."
Liyan mengangguk sambil menunduk.
"Maaf." Jawabnya dengan suara lirih.
Devan langsung berdiri dan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Aaaaaaa!"
Devan berteriak dan mengobrak-abrik isi dalam kamarnya, sedangkan Liyan sendiri ketakutan ketika melihat amarah dari suaminya yang sudah hilang kendali.
Vania ketakutan.
BRAK BRAK BRAK BRAK!
Pintu kamar pun di gedor oleh saudara sepupunya, yakni Vando.
Cepat-cepat Liyan langsung membuka pintu karena perasaan sudah takut.
Nahas, Devan lebih cepat menyambar tangan miliknya Liyan dan menariknya dengan kuat. Kemudian, ia melemparkan istrinya di atas tempat tidur.
"Tolong! tolong! jangan! jangan bu_nuh aku." Teriak Liyan ketakutan.
Namun, seketika tidak dapat lagi untuk berteriak. Setelah itu, Devan yang sudah kehilangan kewarasannya, ia langsung mencekik istrinya.
Liyan yang tidak lagi dapat memberontak, dan kesulitan untuk bernapas, hanya bisa pasrah atas kematiannya.
Vando yang begitu khawatir terjadi sesuatu didalam kamar, ia terpaksa harus mendobrak pintunya dengan sekuat tenaga. Tentu saja lewat bantuan beberapa penjaga rumah.
Saat pintu dapat didobrak. Vando melihat dengan jelas jika Liyan tengah dianiaya oleh saudara sepupunya.
Tanpa pikir panjang, Vando langsung menarik Devan.
"Apa kau sudah gila! ha!"
Devan langsung menantang.
"Ya! aku sudah gila karena dia, juga karena perbuatan kamu. Aku yakin, kalau kamu sudah mengambil kehorma_tannya. Siapa lagi kalau bukan kamu orangnya. Ayo! jawab."
Tubuh Liyan gemetaran ketika melihat dua orang lelaki tengah beradu.
"Ya. Aku yang sudah merenggut kehorma_tannya. Juga, kamu sendiri yang memaksa dan menginginkan pernikahan dengan Liyan." Jawab Vando dengan jujur.
Devan langsung mendekati istrinya.
"Mulai detik ini, kau bukan lagi istriku. Dan aku ceraikan kamu detik ini juga. Cepat kau kemasi barang barang kamu. Rumah ini tidak layak dihuni oleh perempuan kotor macam diri kamu. Aku akan mengembalikan kamu kepada orang tuamu." Ucap Devan kepada istrinya.
"Jangan sekarang. Ini sudah malam."
"Jangan menjadi orang yang sok bijak. Kamu tidak perlu ikut campur dengan urusanku. Lebih baik kau urus hidupmu setelah ini." Ucap Devan dengan penuh amarah. Ambil lah barang murahan mu." Ucap Devan dengan sorot mata yang begitu tajam.
Liyan yang ketakutan, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Cepat-cepat ia mengemasi baju-bajunya ketika masih ada Vando, pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Novie Achadini
knp nggak jujur sebelum. nikah
2023-07-29
0
Fen_Leo
Ceritanya bagus thorr.
Aku mampir ya kak.. Salken Author baru.
Yuk yang mau mampir klik profil aku ya. Terimakasih 🙏🙏🙏
2023-06-18
0
Sumawita
hadir kak
2023-06-06
1