Maha Patih Kinjiri akhirnya sampai di wilayah Kerajaan Wiyagra Malela. Disana dia melihat banyak sekali warga desa yang sedang dilatih bela diri. Beberapa dari mereka juga sudah menguasai ilmu kanuragan. Suasana yang tak biasa itu membuatnya heran.
Namun Maha Patih Kinjiri masih tidak mau terlalu fokus dengan hal itu. Dia kembali berjalan dan menyusuri desa demi desa. Sesekali dia berhenti di sebuah warung kecil untuk mengisi perutnya.
Maha Patih Kinjiri tidak pernah mendatangi atau pun mampir di penginapan, karena dia lebih suka tidur di hutan yang tenang dan tidak ada gangguan.
Dari semua desa yang ia lewati, ia selalu melihat ada saja warga desa yang berlatih bela diri. Mereka dilatih oleh para prajurit kerajaan. Masyarakat di tempat ini benar-benar sangat ramah kepada siapa saja. Bahkan Maha Patih Kinjiri juga turut merasakan keramah-tamahan dari tempat ini.
Dia merasa seperti berada di rumah. Hanya saja setiap wilayah di Kerajaan Wiyagra Malela selalu ramai. Sedangkan Maha Patih Kinjiri lebih suka menyendiri. Bahkan kalau dia mampir ke sebuah warung, dia tidak berinteraksi sedikit pun dengan warga lokal, kecuali hanya untuk memesan dan membayar makanan.
Kalau pun ada yang bertanya kepadanya, dia hanya menjawab seperlunya saja. Maha Patih Kinjiri menyamar menjadi orang biasa, agar tidak ada yang mengenalinya. Namun dia mulai menyadari kalau dia sedang diikuti oleh beberapa orang prajurit dari desa sebelumnya.
Dia berpura-pura tidak melihatnya. Padahal ia tahu kalau para prajurit itu juga pasti mencurigai sesuatu darinya. Salah satu prajurit mencoba mendekat dan memesan beberapa makanan saat berada di sebuah warung.
Prajurit itu tersenyum kepada Maha Patih Kinjiri. Namun Maha Patih Kinjiri membalasnya dengan senyuman yang dipaksa. Dia tidak nyaman ada prajurit kerajaan yang berada disekitarnya.
Tapi dia tidak mungkin meninggalkan warung itu karena dia baru saja memesan makanan. Kalau dia pergi, para prajurit itu pasti tambah mencurigainya.
“Mbah! Tolong air hangatnya.” Ucap salah satu prajurit yang memanggil pemilik warung.
“Iya Kang.”
Setelah mendapatkan air hangat yang ia minta dengan sebuah gelas bambu. Si prajurit itu menaruhnya di depan Maha Patih Kinjiri.
“Minumlah Kang. Kangmas bukan orang sinikan?” Tanya prajurit itu.
Maha Patih Kinjiri hanya mengangguk dan menjawab dengan singkat.
“Iya. Saya pendatang.”
Si prajurit terus menatap Maha Patih Kinjiri. Dia memberikan kode dengan tangan kepada teman-temannya untuk bergabung dengannya di kursi yang diduduki oleh si prajurit dan Maha Patih Kinjiri.
Kemudian salah satu dari empat orang itu memegang pundak Maha Patih Kinjiri dan mengatakan sesuatu kepadanya.
“Kalau tidak ingin ada masalah besar, sebaiknya kamu ikut bersama kami setelah makan. Istana sudah dekat. Sudah ada yang menunggumu disana.” Ucap salah satu dari mereka.
Maha Patih Kinjiri pun dibuat terkejut dengan ucapan prajurit itu. dia sama sekali tidak menyangka kalau dia sudah ketahuan. Padahal dia sudah berusaha sebaik mungkin agar tidak ketahuan dan tidak dicurigai. Tapi tetap saja dia penyamarannya bisa diketahui.
“Kenapa kalian bisa tahu?” Tanya Maha Patih Kinjiri kepada para prajurit itu.
“Tidak penting kami tahu dari mana. Kami hanya menjalankan tugas dari Prabu Jabang Wiyagra untuk menjemputmu dan mengawalmu sampai ke istana.”
“Aku bisa jalan sendiri. Terimakasih.” Ucap Maha Patih Kinjiri sembari berdiri berusaha meninggalkan tempat itu.
Namun dia dibuat semakin terkejut, saat dia menengok ke belakang, sudah ada puluhan orang yang memegang senjata ditangan mereka. Si pemilik warung juga memegang sebuah tombak. Bahkan beberapa anak muda sudah membidik panah mereka ke arah Maha Patih Kinjiri.
Setelah itu datanglah satu rombongan pasukan berkuda kerajaan dengan membawa satu kuda berwarna hitam yang belum ditunggangi.
“Bagaimana?” Ucap salah si prajurit yang masih duduk dikursinya.
Melihat keadaannya yang tidak memungkinkan untuk melakukan perlawanan, mau tidak mau Maha Patih Kinjiri harus mengikuti kemauan mereka untuk ikut ke istana.
“Tenang. Kami tidak akan membunuhmu. Dan keberadaanmu akan dirahasiakan oleh semua orang yang ada di tempat ini.” Ucap pimpinan pasukan berkuda kepada Maha Patih Kinjiri.
Maha Patih Kinjiri pun mengangguk. Kemudian dia menaiki kuda hitam yang sudah disiapkan untuknya. Kemudian pimpinan pasukan berkuda dan para bawahannya pun membimbing perjalanan Maha Patih Kinjiri menuju istana.
Mereka semua yang ada di tempat itu melakukan aktivitas seperti biasanya setelah Maha Patih Kinjiri pergi. Dalam hatinya, Maha Patih Kinjiri khawatir kalau dia bisa dibunuh setelah sampai di istana. Ada sedikit keraguan dalam hatinya untuk ikut bersama dengan para pasukan berkuda ini.
“Ayo cepat! Gusti Prabu Jabang Wiyagra sudah menunggumu!” Ucap pimpinan pasukan berkuda.
Maha Patih Kinjiri tidak memiliki pilihan lain. Dia mempercepat laju kudanya. Sesegera mungkin dia harus sampai di istana karena Prabu Jabang Wiyagra sudah menunggunya. Sebenarnya Maha Patih Kinjiri bisa saja melarikan diri dan membunuh para pasukan berkuda ini.
Tapi dia tidak mau, karena dia tidak benar-benar mengenal wilayah ini. Apalagi dia juga tidak mengetahui dengan baik kekuatan yang dimiliki Kerajaan Wiyagra Malela. Ditambah dengan tujuannya yang memang ingin sekali bertemu dengan Prabu Jabang Wiyagra.
Namun dia sama sekali tidak menyangka kalau kedatangannya ini sudah diketahui. Padahal tidak ada satu orang pun yang tahu kemana dia pergi. Dia berusaha sangat-sangat tertutup.
Tapi itulah masalahnya. Maha Patih Kinjiri jadi mudah dicurigai karena setiap orang yang datang ke tempat ini pasti selalu bersikap ramah, sedangkan Maha Patih Kinjiri selalu bersikap dingin dan seperti enggan untuk bicara dengan siapa pun.
Sehingga para prajurit yang curiga pun langsung melapor kepada Maha Patih Putra Candrasa. Dalam situasi yang belum aman seperti sekarang ini, para prajurit yang berjaga di setiap wilayah tugas mereka harus sangat berhati-hati karena akan rawan dengan penyusupan.
Untuk kedua kalinya Maha Patih Kinjiri kembali diperlihatkan kemegahan Kerajaan Wiyagra Malela. Dia benar-benar takjub dengan istana Kerajaan Wiygara Malela yang begitu megah. Istananya besar dan sangat luas.
Sebelumnya saat dia pergi bersama dengan Prabu Ditya Kalana, dia tidak terlalu fokus melihat kemegahan yang ada di istana ini. Tapi sekarang, dia melihat semunya dengan sangat jelas.
Di dalam istana, Prabu Jabang Kalana sedang bersiap untuk menyambut kedatangan Maha Patih Kinjiri. Ternyata disana juga ada Sang Maha Guru. Ini sebuah kejutan besar untuk Maha Patih Kinjiri, karena sudah sangat lama dia tidak bertemu dengan gurunya.
Mereka semua ada disana karena harus membahas hal yang sangat penting dengan Maha Patih Kinjiri. Seakan pertemuan ini adalah takdir dan menjadi pertanda kalau mereka semua sekarang harus bersatu padu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments