“Mohon ampun Gusti Prabu, hamba datang membawa kabar penting dari medan peperangan.” Ucap seorang mata-mata yang datang menghadap kepada Prabu Jabang Wiyagra.
Mata-mata yang datang ke hadapan Prabu Jabang Wiyagra memberitahukan kalau pasukan Kerajaan Reksa Pati yang dipimpin oleh Prabu Ditya Kalana dihadang oleh ribuan pasukan musuh, gabungan dari kerajaan-kerajaan kecil yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Batih Reksa.
Kedua belah pihak mulai menggunakan kesaktian mereka dalam pertempuran tersebut. Banyak pasukan yang sudah mati di medan perang, karena keduanya sama-sama kuat. Walau pun Prabu Ditya Kalana kalah jumlah, tapi sejauh ini keberuntungan masih berpihak kepadanya.
Apalagi dia masih mendapat dukungan dari beberapa Patih dan para punggawa yang ada di kerajaannya. Sekali pun dia kalah jumlah, tapi Prabu Ditya Kalana memiliki potensi besar untuk memenangkan perang tersebut. Namun, untuk sampai ke istana Batih Reksa, kemungkinannya akan mengecil, karena jumlah pasukannya perlahan mulai berkurang.
“Mungkin Prabu Ditya Kalana akan mundur sejenak, barulah dia menyusun kembali pasukannya, Gusti Prabu.” Ucap Maha Patih Putra Candrasa.
“Kamu benar Maha Patih. Sebodoh apa pun dia, dia tidak akan maju begitu saja tanpa pasukan yang mendukungnya.”
“......Kamu jalankan kembali tugasmu. Terus laporkan semua yang kamu ketahui di tempat itu. Pastikan kamu tidak melewatkan apa pun.” Perintah Prabu Jabang Wiyagra pada seorang mata-mata yang menghadapnya.
“Baik Gusti Prabu. Hamba permisi.”
Mata-mata itu pun pergi lagi dari istana itu. Dengan ilmu kanuragan yang ia miliki, dalam waktu sekejap dia sudah menghilang dari istana, dan langsung pergi menuju ke medan peperangan bersama dengan teman-temannya yang lain.
Sedangkan Maha Patih Putra Candrasa diperintahkan untuk menyusup ke dalam istana Kerajaan Batih Reksa untuk menemui Prabu Sura Kalana. Prabu Jabang Wiyagra ingin Maha Patih Putra Candrasa menculik Prabu Sura Kalana, agar keadaan menjadi semakin kacau.
Kalau Prabu Sura Kalana berhasil diculik dan diasingkan, maka Prabu Jabang Wiyagra memiliki kesempatan bagus untuk menghasut Maha Patih Kumbandha. Karena dialah orang yang paling setia terhadap Prabu Sura Kalana. Dia pasti mengira kalau penculikan itu dilakukan oleh pihak Kerajaan Reksa Pati.
Dengan begitu, Maha Patih Kumbandha pasti akan melakukan penyerangan besar-besaran ke wilayah kerajaan Reksa Pati. Kekuatan Kerajaan Batih Reksa secara otomatis akan melemah karena mereka terus menerus berperang. Apalagi sekarang banyak pasukan dari Kerajaan Reksa Pati yang sudah mati dan terluka parah.
Dengan keadaan yang kacau balau, maka dua kerajaan itu akan mudah ditembus oleh pasukan dari Kerajaan Wiyagra Malela. Prabu Jabang Wiyagra sebenarnya selalu berharap kalau dia memiliki cara lain untuk membereskan masalah dua kerajaan besar itu.
Namun sayangnya hingga saat ini dia tidak menemukan cara lain untuk mereka berdua, selain memerangi dua-duanya sampai rata. Dia juga menginginkan kerajaan ini bisa menjadi kerajaan besar yang namanya bisa dikenal ke seluruh mancanegara.
Kalau dia bisa menaklukkan dua kerajaan besar itu, maka wilayah kerajaannya bisa semakin luas. Dan dia bisa menggepakkan sayapnya keluar dari Tanah Jawa. Dia bermimpi untuk menyatukan Tanah Jawa dibawah kekuasaannya, agar tidak ada peperangan.
Negeri ini bisa hidup rukun dan damai. Mereka bisa saling menghargai satu sama lain dalam sebuah perbedaan. Rakyat juga bisa merasakan ketenangan dan kedamaian. Selama ini, rakyat yang tidak bersalah selalu saja menjadi korban dari nafsu setan para penguasa yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang mereka miliki.
Prabu Jabang Wiyagra merasakan sendiri bagaimana dia melihat keluargnya terbunuh secara mengenaskan di hadapannya. Rasa sakitnya masih terasa sangat menyakitkan hingga sekarang. Dia masih ingat bagaimana keluarganya dibunuh dengan kejam. Tidak mendapatkan keadilan dan perlindungan.
Mereka ditelantarkan begitu saja karena dianggap tidak berguna. Hal itulah yang memancing ambisinya untuk menguasai seluruh daratan dan perairan Tanah Jawa.
Pada dasarnya, Prabu Jabang Wiyagra bukanlah orang yang suka dengan peperangan.
Dia sudah mencoba berbagai cara untuk membuat keadaan menjadi lebih baik. Namun selalu saja ada orang-orang seperti Prabu Ditya Kalana dan Prabu Sura Kalana yang ingin menghancurkan tujuan-tujuan mulianya. Di zaman yang sudah semakin berkembang, Prabu Ditya Kalana dan Prabu Sura Kalana sama sekali tidak berfikir sampai sejauh itu.
Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri. Mereka masih bisa makan enak, dan tidur dengan nyenyak. Sedangkan rakyat? Mereka harus menderita kelaparan dan ketakutan. Mereka bingung harus mencari perlindungan kemana lagi. Mereka hanya orang-orang lemah yang tidak tahu arah.
Mereka seperti tidak memiliki rumah. Mereka pergi dari satu tempat ke tempat yang lain karena mereka terus menerus merasakan tekanan dan penindasan. Anak-anak mereka kehilangan masa depan. Rumah-rumah yang sudah mereka bangun dengan susah payah dibakar.
Harta yang sudah mereka kumpulkan dirampas secara kejam. Gadis-gadis desa yang tidak tahu apa-apa menjadi korban nafsu bejat para prajurit kerajaan yang kehilangan moral karena terus menerus mengalami peperangan.
Dengan keadaan yang seperti itu, dalam hitungan jari, bisa-bisa Tanah Jawa hanya tinggal nama dan hanya menjadi legenda. Semua orang akan menertawakan Tanah yang subur ini karena mereka hanya sibuk berperang dengan saudara mereka sendiri.
Bangsa lain sudah mulai berkembang, bersatu, dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Sedangkan Tanah Jawa yang serba ada dengan kekayaan alamnya, masih sibuk bersaing dengan kawan sebangsa mereka sendiri.
Tanah Jawa begitu subur, udaranya begitu sejuk. Namun menyimpan hal yang sangat mengerikan, yaitu sebuah pertikaian. Banyak kerajaan di Tanah Jawa ini yang berambisi untuk saling menghabisi. Mereka ingin berkuasa di atas segalanya agar mereka bisa melakukan apa saja yang mereka suka. Tanpa mempedulikan nasib orang-orang yang menjadi korban dari ambisi busuk mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments