Kerajaan Batih Reksa sudah mulai mempersiapkan semua pasukan dan senjata mereka untuk digunakan dalam peperangan menghadapai Kerajaan Reksa Pati yang dibantu oleh Kerajaan Wiyagra Malela.
Prabu Sura Kalana sudah sangat yakin kalau mereka bisa menang dari kedua kerajaan tersebut, karena dia sudah memiliki senjata yang lengkap untuk menghadapi mereka.
Apalagi sekarang kerajaannya sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dia begitu yakin bisa menghancurkan kedua kerajaan itu sekaligus.
“Aku yakin Maha Patih, kita bisa menghancurkan dua kerajaan itu sekaligus. Mereka pasti akan kalah dan tunduk dibawah kepemimpinanku.” Ucap Prabu Sura Kalana kepada Maha Patih Kumbandha.
“Benar Gusti Prabu. Kerajaan-kerajaan kecil dibawah kepemimpinan Gusti Prabu ikut membantu. Sudah bisa dipastikan, kalau kedua kerajaan itu akan kalah dengan semua pasukan yang ada. Jumlah pasukan mereka tidak seberapa jika dibangingkan dengan jumlah pasukan kita.”
“Iya. Hanya saja aku masih khawatir dengan satu hal Maha Patih.”
“Apakah gerangan yang membuat Gusti Prabu khawatir?”
“Maha Patih Putra Candrasa. Dia pernah membunuh ratusan prajurit terbaikku. Semakin lama dia pasti semakin bertambah kuat dari sebelumnya.”
“Hmmm.. Hamba sangat paham Gusti. Namun, setiap kekuatan selalu memiliki kelemahan. Hamba yakin, dengan jumlah pasukan kita yang sekarang jauh lebih banyak, pastinya seorang Maha Patih pun akan kewalahan dibuatnya Gusti Prabu. Dia tetaplah manusia Gusti.”
“Ya. Aku suka dengan rasa percaya diri yang tinggi. Pastikan semuanya dengan lancar Maha Patih. Biarkan tikus-tikus itu memakan umpan yang kita sediakan.”
“Pasti Gusti Prabu. Pasti.”
Maha Patih Kumbandha menatap luas wilayah kekuasaan Kerajaan Batih Reksa. Wilayah yang ia bangun bersama Prabu Sura Kalana sekarang sudah berkembang dengan sangat baik. Dan ditangannya, pasukan Kerajaan Batih Reksa menjadi semakin kuat.
Dia merancang pertahanan yang sulit untuk ditembus dari segala arah. Maha Patih Kumbandha memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Selain itu, dia adalah orang yang sangat setia kepada rajanya.
Semua perjuangannya selama ini hanya untuk sang raja seorang. Karena sebelum dia bergabung dan menjadi pengikut Prabu Sura Kalana, perjalanan hidupnya hampir sama dengan Maha Patih Putra Candrasa.
Diam-diam ia juga kagum kepada Kerajaan Wiyagra Malela. Walau pun mereka kerajaan kecil, tapi banyak kerajaan yang enggan berurusan dengan kerajaan itu. Baginya, kerajaan Wiyagra Malela sudahlah pantas disebut sebagai kerajaan besar.
Mereka masih menyimpan banyak misteri yang sampai sekarang tidak bisa diketahui.
Maha Patih Kumbandha ingin sekali mengambil kesempatan berhadapan langsung dengan Maha Patih Putra Candrasa.
Dia masih penasaran, sampai mana kehebatan Sang Maha Patih yang ditakuti di seluruh negeri itu. Dalam hati kecilnya, dia sebenarnya tidak pernah suka dengan perang saudara ini. Karena perang ini hanyalah kepentingan dua saudara yang ingin saling membunuh dan saling berkuasa, bukan untuk menciptakan kedamaian atau pun persatuan.
Sudah ribuan nyawa pasukannya yang mati sia-sia akibat nafsu gila dua bersaudara ini. Prabu Sura Kalana seakan tidak peduli dengan hal itu. Namun Maha Patih Kumbandha tidak akan mau menjilat ludahnya sendiri.
Sekali dia bersumpah, maka pantang bagi dirinya untuk melanggarnya. Andai kata dua saudara sedarah ini mau berdamai, pastilah sekarang Kerajaan Batih Reksa dan Kerajaan Reksa Pati menjadi kerajaan yang sangat tersohor.
Tetapi akibat perang saudara ini, Kerajaan Reksa Pati dan Batih Reksa dikenal sebagai kerajaan yang gila perang dan gila kekuasaan. Hal itu terkadang menjadi ujian berat bagi Maha Patih Kumbandha sendiri. Satu, dia tidak mau melanggar sumpahnya.
Tapi di sisi lain, dia juga tidak suka dengan perang ini. Dia masih ingat saat dia melawan pasukan dari Kerajaan Wiyagra Malela. Para pasukan dari Kerajaan Wiyagra Malela begitu sengit menghabisi para pasukan Maha Patih Kumbandha.
Kerajaan kecil itu memiliki petarung-petarung hebat, pemanah-pemanah terbaik, dan mereka selalu memiliki cara untuk menghadapi strategi musuh-musuh mereka.
“Benar-benar kerajaan kecil yang berbahaya.” Gumam Maha Patih Kumbandha.
Maha Patih Kumbandha mengawasi seluruh pasukan yang ada dari sebuah menara. Mereka berlalu lalang kesana kemari membawa perlengkapan yang akan mereka gunakan dalam peperangan. Banyak juga dari mereka yang sudah bersiap di posisi mereka masing-masing.
Semua benteng di istana itu sudah dilengkapi dengan berbagai senjata yang berukuran raksasa. Namun perkataan Prabu Sura Kalana soal Maha Patih Putra Candrasa juga mulai membuatnya khawatir. Diketahui kalau Maha Patih Putra Candrasa memiliki Ajian Rawa Rontek dan juga Ajian Pancasona.
Dia juga masih memiliki banyak sekali ajian-ajian Nusantara yang tidak kalah hebatnya. Sedangkan kelemahan dari dua ajian tinggi itu akan sangat merepotkan siapa saja yang menghadapinya. Karena sedikit saja ada anggota tubuhnya yang menempel di tanah, pemilik dua ajian itu bisa bangkit dan hidup kembali seperti sedia kala.
Apalagi Maha Patih Putra Candrasa tidak mempan terhadap senjata apa pun. Dan dia juga kebal terhadap semua jenis racun.
Maha Patih Kumbandha sudah menghabiskan waktunya selama bertahun-tahun untuk mempelajari siapa musuhnya. Dia sudah dibuat geleng-geleng kepala dengan Maha Patih Putra Candrasa yang terkenal sakti mandraguna.
“Maha Patih Putra Candrasa dilatih oleh rajanya sendiri, sampai dia menjadi orang yang sangat berbahaya. Lalu bagaimana dengan Prabu Jabang Wiyagra sendiri?” Ucapnya dalam hati.
Maha Patih Kumbandha mondar-mandir di menara itu memikirkan bagaimana caranya mengalahkan Maha Patih Putra Candrasa yang kesaktiannya tidak bisa diremehkan. Sampai dia didatangi oleh salah satu Patih, karena Maha Patih Kumbandha terlihat sangat gusar.
“Maha Patih?”
Maha Patih Kumbandha pun terkejut karena sudah ada seseorang di belakangnya.
“Ada apa Patih?”
“Baru kali ini saya melihat Maha Patih Kumbandha terlihat gusar seperti ini. Ada masalah apa?” Tanya seorang Patih itu.
“Patih, jujur saja, aku sedang dibuat bingung oleh musuhku.”
“Musuh? Musuh yang mana? Musuh kita masih terlalu jauh untuk sampai ke tempat ini Maha Patih.” Kata Patih itu keheranan.
“Bukan. Bukan itu maksudku.”
“Lantas?”
“Apa Patih masih ingat dengan Maha Patih Putra Candrasa?”
“Maha Patih Putra Candrasa? Oh ya! Aku ingat. Dia seorang Maha Patih yang terkenal dengan kesaktiannya itu. Iyakan?”
“Ya. Itulah yang menggangu pikiranku.”
“.....Maha Patih Putra Candrasa memiliki Ajian Pancasona dan Ajian Rawa Rontek. Kedua ajian itu sangat sulit diatasi. Belum lagi dengan ajian-ajian yang lainnya. Bisa-bisa pasukanku habis disana.”
“Hmmm... Aku ingat, kalau dulu guruku pernah bilang soal Ajian Rawa Rontek dan Ajian Pancasona. Ada sebuah ilmu yang mampu menghambat kekuatan ajian itu. Sayangnya aku lupa apa namanya. Lagi pula, musuh akan sampai dalam beberapa hari lagi. Tidak ada waktu untuk mempelajari ajian itu Maha Patih.”
“Si-al! Kita harus menyusun rencana lain. Karena Maha Patih Putra Candrasa adalah kunci dari kemenangan Prabu Ditya Kalana.”
“Saya akan bersama dengan Maha Patih Putra Kumbandha saat pertempuran sudah berlangsung riuh. Setidaknya kita bisa membuat Maha Patih Putra Candrasa sibuk dengan kita.”
“Yah. Aku percaya padamu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments