Pasukan dari Kerajaan Reksa Pati yang dipimpin oleh Gabah Lanang mulai berangkat menuju wilayah kekuasaan Kerajaan Batih Reksa. Gabah Lanang ingin memulai peperangan dari raja-raja kecil yang masih mendukung Kerajaan Batih Reksa.
Dia ingin menalukkan mereka terlebih dahulu, supaya bisa mengurangi kekuatan musuh. Dia pergi bersama dengan dua ratus pasukan terbaik yang ia miliki. Seratus pembawa pedang, lima puluh yang menggunakan tombak, dan sisanya adalah pasukan pemanah.
Mereka berangkat atas perintah dari Prabu Ditya Kalana. Sedangkan Prabu Ditya Kalana sendiri akan menggunakan jalur lain bersama dengan Maha Patih Kinjiri memimpin pasukan utama mereka. Prabu Ditya Kalana ingin kekuatan musuh terbagi-bagi sehingga mereka lebih mudah untuk dikalahkan.
Pasukan Kerajaan Wiyagra Malela akan menyusul saat perang sudah benar-benar pecah. Untuk mengejutkan pasukan dari Kerajaan Batih Reksa. Pasukan dari Kerajaan Wiyagra Malela dipimpin oleh Patih Rekta dan Patih kepila. Total jumlah pasukan yang mereka miliki adalah lima ribu pasukan.
Para pasukan yang dipimpin oleh Patih Rekta dan Patih Kepila adalah pasukan yang baru saja dibentuk. Mereka berisikan para pemuda yang masih gagah dan sama sekali belum pernah terjung ke medan pertempuran. Semua itu memang sengaja dilakukan untuk melancarkan semua rencana yang sudah mereka susun bersama.
Disamping proses menuju peperangan besar itu, Patih Semaya dan Patih Panamaya mulai membuat senjata-senjata mereka. Senjata-senjata itu adalah sebuah pelontar anak panah berukuran besar, sebuah ketapel raksasa dan juga beberapa persenjataan lama yang kemudian mereka kembangkan.
Kerajaan Reksa Pati sama sekali tidak mengetahui hal tersebut karena pembuatan senjata itu dilaksanakan secara rahasia. Dan hanya prajurit-prajurit pilihan saja yang ikut dalam pembuatan senjata-senjata berukuran raksasa itu. Bahkan sampai saat ini, Prabu Ditya Kalana belum mengendus hal itu.
Dia bahkan tidak menaruh mata-mata di Kerajaan Wiyagra Malela, karena dia dan pamannya menganggap remeh Kerajaan Wiyagra Malela yang mereka anggap kekuatannya jauh dibawah mereka. Padahal, Prabu Jabang Wiyagra memiliki banyak rahasia yang ia simpan di kerajaannya tanpa diketahui oleh kerajaan mana pun.
Prabu Jabang Wiyagra mampu memainkan pikiran Prabu Ditya Kalan dan Gabah Lanang untuk membuat mereka percaya kalau Kerajaan Wiyagra Malela benar-benar berpiha kepada Kerajaan Reksa Pati. Satu-satunya orang yang memiliki kecurigaan di Kerajaan Reksa Pati hanyalah Maha Patih Kinjiri.
Dia masih belum yakin kalau penawaran yang diberikan oleh Prabu Ditya Kalana mampu membuat Seorang Prabu Jabang Wiyarga bertekuk lutut di hadapannya. Dalam perjalanan santai itu, Maha Patih Kinjiri mencoba mengingatkan Prabu Ditya Kalana mengenai kecurigaannya tersebut.
Tetapi Prabu Ditya Kalana terlalu membanggakan kekuatan kerajaannya yang sekarang sudah maju.
“Gusti Prabu, apa Gusti tidak curiga kepada Prabu Jabang Wiyagra?” Tanya Maha Patih Kinjiri kepada Prabu Ditya Kalana.
“Apa yang harus aku curigai Maha Patih?”
“Prabu Jabang Wiyagra mengirimkan Patih Kepila dan Patih Rekta yang membawa lima ribu pasukan berisi pemuda yang belum berpengalaman. Bukankah itu mencurigakan Gusti Prabu?”
“Itu bukanlah hal yang patut dicurigai Maha Patih. Kerajaan Wiyagra Malela itu kerajaan kecil. Jumlah pasukan mereka di kerajaan tidak banyak. Karena itulah Prabu Jabang Wiyagra merekrut para pemuda dari berbagai desa untuk bergabung dengan pasukan kerajaannya. Itu hal yang wajar.”
“Mereka belum berpengalaman Gusti Prabu. Lalu bagaimana mereka bisa membantu kita nanti?”
“Para prajurit muda itu memang tidak berpengalaman. Tapi yang melatih mereka adalah orang yang sangat berpengalaman. Ditangan Maha Patih Putra Candrasa, mereka menjadi orang-orang hebat yang akan memperkuat kekuatan kita. Dan dibawah kepemimpinan Patih Rekta dan Patih Kepila, mereka menjadi orang-orang yang tidak mudah menyerah. Itulah yang akan membuat musuh kita ketakutan.”
Maha Patih Kinjiri hanya terdiam mendengarkan jawaban dari Prabu Ditya Kalana. Sebenarnya dia ingin terus mengeluarkan seluruh isi pikirannya kepada Prabu Ditya Kalana, tapi hasilnya akan percuma saja, karena Prabu Ditya Kalana pasti memiliki argumen lain untuk membantah seluruh keluhannya yang dianggap tidak berguna.
Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menjalankan tanggung jawabnya seorang Maha Patih. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain ikut dan manut dengan aturan Prabu Ditya Kalana. Prabu Ditya Kalana jelas masih berada dalam pengaruh pemikiran Gabah Lanang yang lebih dipercaya.
Dia hanyalah seorang pejuang yang bertugas memimpin pasukan Kerajaan Reksa Pati dan menjaga Prabu Ditya Kalana agar tetap baik-baik saja. Sedangkan semua keputusan sepenuhnya berada ditangan Prabu Ditya Kalana yang merupakan seorang raja. Prabu Ditya Kalana sudah tidak bisa diatur lagi seperti dulu. Sekarang dia sudah besar dan jauh lebih kuat.
Didikan dan pemikiran kejam telah diturunkan oleh pamannya, Gabah Lanang. Gabah Lanang sangat jarang turun langsung ke pertempuran. Namun strategi perangnya jarang sekali gagal jika diterapkan. Gabah Lanang juga memiliki kesaktian yang tidak bisa dianggap remeh. Gabah Lanang juga ahli dalam mengirimkan teluh. Gabah Lanang dulu dikenal sebagai rajanya ilmu hitam.
Dia sudah pernah menghadapi kematian berkali-kali, tapi selalu berhasil selamat. Dia juga selalu berhasil lolos dari kejaran musuhnya yang hampir setiap hari ada saja yang datang untuk mencoba membunuhnya.
Gabah Lanang juga terkenal tidak memiliki belas kasihan kepada siapa pun.
Dia bahkan pernah membantai beberapa warga desa yang kala sekarang sudah masuk ke dalam wilayah Kerajaan Wiyagra Malela. Itu adalah kisah lama. Terjadi sebelum Kerajaan Wiyagra Malela berdiri seperti sekarang. Namun Prabu Jabang Wiyagra masih mengingat peristiwa tersebut.
Dia menyetujui rencana ini juga untuk menuntut balas nyawa para warga desa yang tidak bersalah. Dia ingin melihat Gabah Lanang yang melegenda itu mati di peperangan. Dia ingin melihat kehancuran Kerajaan Reksa Pati yang baru bangkit itu. Dia tidak mau kalau kerajaan yang dipimpin oleh pemimpin yang sangat kejam dan bengis bisa berdiri di Tanah Jawa ini.
“Dari kabar yang saya dengar, mereka semua sudah berangkat menuju posisi mereka masing-masing Gusti Prabu.” Ucap Maha Patih Putra Candrasa.
“Bagus. Aku tidak mau rencana ini gagal. Aku ingin Gabah Lanang mati di pertempuran itu. Dengan matinya Gabah Lanang, maka Kerajaan Reksa Pati akan melemah. Sekaligus, Ditya Kalana juga akan melemah kekuatannya, karena dia pasti akan merasa sangat sedih kehilangan anggota keluarga satu-satunya yang sangat ia sayangi.”
“Benar Gusti Prabu. Saya sudah mengirimkan orang untuk masuk ke wilayah kerajaan-kerajaan kecil yang akan menjadi sasaran serangan Gabah Lanang dan pasukannya.”
“Pantau terus Maha Patih.”
“Siap Gusti Prabu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments