Setelah pertempuran sengit itu, belum ada lagi kabar tentang Prabu Ditya Kalana. Dia menghilang entah kemana. Hingga akhirnya diputuskan oleh para Patih dan Punggawa Kerajaan, kalau kepemimpinan sementara dipegang oleh Maha Patih Kinjiri. Karena dia sosok yang paling kuat yang pantas untuk memegang kekuasaan Kerajaan Reksa Pati saat ini.
Gabah Lanang juga sama-sama menghilang dan kabar tentang dirinya masih belum bisa ditemukan. Disamping pencarian Prabu Ditya Kalana, Maha Patih Kinjiri mencoba memikirkan untuk melakukan perjanjian damai dengan Kerajaan Batih Reksa. Namun banyak para Patih dan Punggawa yang tidak setuju, karena itu sangat bertentangan dengan mandat dari Prabu Ditya Kalana yang diberikan kepada mereka.
Prabu Ditya Kalana sudah memberikan cap musuh bebuyutan kepada Prabu Sura Kalana dan Kerajaan Batih Reksa. Apalagi setelah pertempuran besar beberapa waktu yang lalu, banyak pasukan dari Kerajaan Reksa Pati yang masih menyimpan dendam kepada pasukan Kerajaan Batih Reksa.
Maha Patih Kinjiri sangat memahami, kalau semua kekacauan ini bersumber dari satu orang, yaitu Gabah Lanang. Gabah Lanang sudah mencuci otak bawahannya dengan mengatas namakan balas dendam atas kematian kakaknya, Prabu Jaya Digdaya.
Sehingga hal tersebut mendarah daging pada semua orang yang ada di tempat ini.
Ditambah dengan para pasukan yang Gabah Lanang miliki di kerajaan ini. Sehingga sampai saat ini pun, dia masih ragu untuk percaya kepada semua orang. Dia begitu tertekan karena memikirkan nasib Kerajaan Reksa Pati yang tidak tahu akan dibawa kemana.
Kerajaan ini sebenarnya sudah kalah total sejak awal. Hanya saja Prabu Ditya Kalana selalu memaksakan agar semuanya berjalan sesuai dengan keinginannya. Rencana Kerajaan Wiyagra Malela juga sudah terendus sejak awal oleh Maha Patih Kinjiri.
Namun alasan kuat Prabu Jabang Wiyagra yang akhirnya meluluhkan hati Maha Patih Kinjiri. Saat ini hanya Prabu Jabang Wiyagra yang bisa membantunya untuk membereskan masalah ini. Karena mereka meyakini satu hal yang sama, yaitu selalu menginginkan kedamaian dan tidak pernah suka dengan peperangan.
Kalau harus bergerak sendiri, bisa-bisa Maha Patih Kinjiri mati ditangan pasukannya sendiri. Atau mati ditangan orang-orang dari Kerajaan Batih Reksa. Akhirnya, dia memutukan untuk pergi ke Kerajaan Wiyagra Malela dengan menyamar menjadi orang biasa.
Dia pergi begitu saja dari Kerajaan Reksa Pati tanpa berpamitan kepada siapa pun. Bahkan para pendukungnya pun tidak diberitahu. Suasana Kerajaan Reksa Pati diam-diam sudah memanas. Setiap orang yang merasa dirinya kuat ingin sekali menduduki singgasana kerajaan tersebut. Mereka membuat kubu mereka masing-masing.
Maha Patih Kinjiri seperti sudah tidak peduli lagi. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi di dalam Kerajaan Reksa Pati. Yang menjadi tujuannya sekarang hanyalah Kerajaan Wiyagra Malela yang dirasa pantas untuk menduduki Kerajaan Reksa Pati, serta menyingkirkan semua orang yang mendukung Gabah Lanang.
Pengaruh Gabah Lanang benar-benar kuat di istana itu. Sekali pun Gabah Lanang sudah tidak ada, para pasukannya masih setia kepadanya. Mereka bahkan diam-diam juga merekrut dan melatih para rakyat sipil untuk mereka jadikan pasukan.
Ada juga yang berusaha melakukan negosiasi dengan kerajaan-kerajaan kecil untuk bergabung bersama dengan mereka-mereka yang sama-sama ingin menjadi penguasa di Kerajaan Reksa Pati. Kehilangan Prabu Ditya Kalana benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh para penjilat ini untuk menggunakan kekuatan yang ada agar mereka bisa menjadi seorang penguasa.
Mereka menggunakan berbagai macam doktrin. Bahkan ada yang mengaku murid kesayangan dari Gabah Lanang, agar bisa mendapatkan keuntungan. Ada juga yang mengaku sebagai orang yang diberi tanggung jawab oleh Maha Patih Kinjiri untuk menjaga Kerajaan Reksa Pati.
Padahal, pasukan asli Maha Patih Kinjiri saja tidak pernah memamerkan hal itu. Apalagi hanya untuk mendapatkan sebuah kehormatan. Mereka yang masih mendukung Maha Patih Kinjiri satu persatu mulai keluar dari istana itu secara diam-diam.
Kalau mereka tetap berada disana, bisa saja mereka semua dibunuh dengan kejam oleh para pejabat istana yang sedang memperebutkan kekuasaan. Kabar kepergian Maha Patih Kinjiri pun didengar oleh Prabu Sura Kalana.
“Dari mana kamu mendapatkan kabar itu Maha Patih?” Tanya Prabu Sura Kalana kepada Maha Patih Kumbandha.
“Hamba mendapatkan kabar itu dari mata-mata hamba di Kerajaan Reksa Pati, Gusti Prabu.”
“Maha Patih Kinjiri bukan orang yang suka lari dari tanggung jawab. Kamu juga pasti lebih tahu soal dirinya Maha Patih. Karena kamu pernah satu perguruan dengannya.”
“Iya Gusti Prabu. Sangat aneh kalau dia pergi begitu saja. Mata-mata hamba masih mencoba mencari tahu dimana keberadaannya. Tapi dia benar-benar sulit dicari. Maha Patih Kinjiri sangat sakti, Gusti Prabu. Dia banyak mewarisi ilmu seperti Ajian Panglimunan. Tidak ada orang yang bisa menerawangnya, kecuali orang itu kesaktiannya lebih tinggi dari Maha Patih Kinjiri.”
“Ya. Dan pastinya hanya orang sekelas Maha Guru yang bisa melakukan hal itu. Tapi, menurutmu? Apakah dia benar-benar pergi? Atau dibunuh?”
“Yah. Itulah yang menjadi kekhawatiran hamba, Gusti Prabu. Kalau Maha Patih Kinjiri saja bisa dibunuh, artinya ada orang yang memang memiliki kesaktian lebih dahsyat dari pada Maha Patih Kinjiri itu sendiri. Dan itu akan menjadi masalah baru untuk kita Gusti Prabu.”
“Lalu kalau dia pergi. Kemana dia akan akan pergi?”
Maha Patih Kumbandah berfikir sejenak. Dia mencoba menghubungkan beberapa hal yang sudah terjadi. Dan pikirannya tertuju pada Kerajaan Wiyagra Malela.
“Gusti Prabu, apakah mungkin kalau Maha Patih Kinjiri pergi ke Kerajaan Wiyagra Malela?”
“Kenapa kamu berfikir kalau Maha Patih Kinjiri pergi ke kerajaan kecil itu? Masih banyak kerajaan-kerajaan kecil yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Reksa Pati.”
“Mohon maaf Gusti Prabu. Kekalahan kita dan kekalahan Kerajaan Reksa Pati dalam pertempuran beberapa tahun lalu dengan Kerajaan Wiyagra Malela yang menjadi alasan kuat hamba saat ini. Maha Patih Kinjiri jelas tidak memiliki pengalaman untuk mengatur pemerintahan.”
“Dan dia ingin menyerahkan tambuk kepemimpinan kepada Prabu Jabang Wiyagra. Begitu maksudmu?”
“Yah! Itulah maksud hamba, Gusti Prabu.”
Apa yang dikatakan oleh Maha Patih Kumbandha memang benar. Dan Prabu Sura Kalana juga sependapat dengannya. Prabu Sura Kalana kemudian memerintahkan Maha Patih Kumbandha untuk mengirimkan mata-mata ke semua daerah kekuasaan Kerajaan Wiyagra Malela. Dia ingin mengetahui setiap pendatang yang datang ke tempat tersebut, karena bisa saja Maha Patih Kinjiri ada diantara mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments