Prabu Ditya Kalana dan pasukannya mulai kelelahan menghadapi musuh-musuh mereka yang jumlahnya tidak terhitung. Disinilah Prabu Ditya Kalana mulai menggunakan ilmu kesaktiannya. Hal itu juga dilakukan oleh Maha Patih Kinjiri.
Mereka menggunakan semua ilmu yang mereka miliki untuk membunuh musuh-musuh mereka yang seakan tidak ada habisnya.
“Maha Patih Kinjiri! Hadapi aku! Akulah lawanmu!” Teriak seseorang yang ada di belakang Maha Patih Kinjiri.
Orang itu adalah seorang pimpinan prajurit yang bertubuh tinggi besar, yang memiliki pangkat tertinggi dari yang lainnya.
“Oh.. Jadi kamu yang memimpin mereka semua. Siapa namamu anak muda?” Tanya Maha Patih Kinjiri.
“Apa kamu tidak ingat orang tua? Dulu kamu pernah membunuh seorang pendekar di sebuah desa. Kamu membunuh pendekar itu di depan anaknya.”
Ucapan orang itu membuat Maha Patih Kinjiri berfikir sejenak. Dia mencoba mengingat siapa saja yang sudah ia bunuh di masa lalunya. Dulu, jauh sebelum Maha Patih Kinjiri menjadi orang kepercayaan Prabu Ditya Kalan, Maha Patih Kinjiri adalah seorang pendekar sakti yang biasa disewa oleh orang-orang kaya untuk melancarkan urusan mereka.
Sudah ratusan orang yang terbunuh oleh Maha Patih Kinjiri. Dari orang biasa sampai pendekar yang memiliki kanuragan luar biasa.
Namun ada satu hal yang kemudian mengingatkan Maha Patih Kinjiri dengan perbuatannya di masa lalu, saat orang bertubuh tinggi besar itu melemparkan sebuah ikat kepala berlambangkan Kerajaan Rawaja Pati.
Dulu, Kerajaan Rawaja Pati sempat terlibat konflik dengan beberapa kerajaan-kerajaan besar sebelumnya. Kala itu Kerajaan Batih Reksa dan Reksa Pati belum ada. Prabu Ditya Kalana dan Prabu Sura Kalana juga masih kecil.
Pada masa pemerintahan Prabu Jaya Digdaya yang saat itu memimpin Kerajaan Reksa Digdaya, mengalami pergesekan dengan beberapa kerajaan di Tanah Jawa, sehingga memicu sebuah perang besar.
Maha Patih Kinjiri ingat betul, kalau peristiwa itu adalah tugas terakhirnya sebelum akhirnya dia memilih berhenti karena sudah merasa tertekan dengan kehidupannya sebagai seorang pembunuh.
Kerajaan Rawaja Pati dan Kerajaan Reksa Digdaya waktu itu sedang melawan beberapa kerajaan-kerajaan besar. Dan peristiwa itu adalah peristiwa paling menyakitkan sepanjang sejarah.
Hubungan konflik itu dengan Maha Patih Kinjiri adalah, Maha Patih Kinjiri waktu itu dibayar oleh salah satu kerajaan untuk membunuh para pendekar sakti yang melindungi Prabu Jaya Digdaya dan juga Prabu Suta Rawaja. Untuk mengurangi kekuatan dua kerajaan besar itu.
Namun setelah membunuh puluhan orang, Maha Patih Kinjiri baru sadar, kalau salah satu pendekar yang menjadi sasarannya adalah saudara seperguruannya sendiri. Dia begitu terkejut dan sangat tidak percaya kalau orang yang pernah susah senang bersamanya di perguruan adalah orang yang akan menjadi musuhnya.
Karena Maha Patih Kinjiri sangat setia kepada apa pun yang menjadi sumpahnya, akhirnya dengan terpaksa dia pun melawan saudara seperguruannya sendiri. Walau pun awalnya ia enggan untuk melakukannya, tapi tetap saja pertarungan itu harus terjadi.
Sebenarnya Maha Patih Kinjiri bisa saja mati waktu itu. Hanya saja saudara seperguruannya itu berusaha mengalah dan berusaha keras menasehati Maha Patih Kinjiri secara baik-baik supaya dia sadar dengan apa yang dilakukannya.
Tetapi karena harta yang dijanjikan oleh orang yang membayarnya tidak sedikit, ditambah kala itu dia harus mencari biaya untuk menghidupi adik-adiknya, Maha Patih Kinjiri pun lebih memilih untuk membunuh saudara seperguruannya itu.
Sebelum mati, saudara seperguruannya itu meminta dan memohon kepada Maha Patih Kinjiri untuk tidak membunuh anak satu-satunya yang dia miliki. Melihat anak kecil yang tidak berdosa, hatinya pun tersentuh.
Dia kemudian meminta maaf kepada saudara seperguruannya yang sedang sekarat dan juga kepada anaknya yang menangis melihat ayahnya sudah hampir mati. Pendekar seperguruannya itu adalah seorang pendekar yang masuk ke dalam orang-orang kepercayaan Prabu Suta Rawaja.
Karena itulah dia memiliki ikat kepala yang memiliki lambang Kerajaan Rawaja Pati.
Kain merah berlambangkan Naga itu mengingatkan kembali Maha Patih Kinjiri kepada luka lamanya.
Dia meneteskan air matanya karena mengingat kejadian itu. Dia juga masih ingat kalimat terakhir yang ia ucapkan kepada anak dari saudara seperguruannya itu,
“Temui aku jika kamu sudah benar-benar siap. Pergilah ke wilayah utara. Disanalah kamu bisa menemukan seorang guru yang sakti mandraguna. Belajarlah padanya. Aku akan selalu siap menunggumu, kapan pun kamu mau.” Ucap Maha Patih Kinjiri kala itu.
Dan seorang pemuda berpawakan tinggi besar yang saat ini ada di hadapannya adalah anak kecil yang ayahnya telah ia bunuh dengan kejam. Seorang ayah yang tidak bersalah.
“Maafkan aku. Aku dulu sangat miskin. Orang tuaku meninggal karena peperangan itu. Dan aku harus mengurus adik-adikku yang kala itu mereka masih kecil.”
“Ya. Aku sudah mengetahui semuanya dari Maha Guru. Itulah kenapa Maha Guru mengizinkan aku untuk menghabisimu.” Jawab orang itu.
“Bagaimana kabar orang tua itu?”
“Dia masih sama. Dia tidak akan membunuh muridnya sendiri. Karena dia tahu bagaimana kerasnya hidup yang muridnya alami. Tetapi, hukum harus ditegakkan. Aku akan menuntut balas atas apa yang sudah kamu lakukan kepada ayahku.”
“Yah. Harus. Kamu harus melakukannya. Tapi aku mohon, maafkanlah aku. Setidaknya, kalau aku mati, aku bisa mati dengan tenang.” Ucap Maha Patih Kinjiri sembari mengulurkan tangannya kepada orang itu.
“Aku maafkan. Sekarang, apakah kamu sudah siap Maha Patih Kinjiri?” Ucap orang itu sembari menjabat tangan Maha Patih Kinjiri.
“Siapa namamu anak muda?” Tanya Maha Patih Kinjiri.
Sudah dua kali dia menanyakan siapa orang itu. Tapi orang itu sepertinya enggan memberikan namanya.
“Aku bukan siapa-siapa.” Ucap orang itu sembari melepaskan tangan Maha Patih Kinjiri.
Setelah menyimpan kembali ikat kepala ayahnya. Pemuda itu pun bersiap dengan pedangnya. Maha Patih kinjiri juga mengambil rantai yang selama ini selalu menjadi senjata pamungkas untuk menghadapi musuh-musuhnya.
Dan tak lama kemudian, mereka berdua pun saling serang satu sama lain. Mereka menggunakan semua ilmu yang mereka miliki untuk bertahan dan menyerang. Kedua orang itu memiliki ilmu yang setara. Hanya saja pemuda itu jauh lebih gesit dari Maha Patih Kinjiri.
Sangat berbeda dengan Maha Patih Kinjiri yang sudah mulai berumur dan tubuhnya lebih gemuk dari beberapa tahun sebelumnya. Dia sudah kelelahan karena sudah seharian ini dia bergabung dalam pertempuran melawan para prajurit musuh.
Dia berusaha menghindari setiap serangan dari pemuda itu. Dia tidak sampai hati kalau harus sampai melukai si pemuda karena dulu Maha Patih Kinjiri sudah membunuh ayahnya. Dia tidak ingin lagi membunuh anak yang tidak bersalah.
Maha Patih Kinjiri terus mengalah dan mengalah, hingga ia tidak sadar, kalau baju pelindung yang ia gunakan sudah robek dan rusak. Sebelumnya, tidak pernah ada satu pun orang yang bisa menghancurkan baju baja yang sudah dilapisi mantra itu.
Maha Patih Kinjiri jadi semakin yakin, kalau pemuda itu jauh lebih hebat dari dirinya. Dia juga baru menyadari kalau pedang yang digunakan oleh pemuda itu adalah pedang yang ditempa langsung oleh Sang Maha Guru untuk setiap murid-murid terpilih yang ada di perguruannya.
Yang artinya, Sang Maha Guru sudah mendidik anak itu dengan sangat-sangat baik. Bahkan seorang Maha Patih Kinjiri pun tidak pernah bisa mendapatkan pedang itu.
“Kenapa Maha Patih? Kenapa kau hanya menghindar? Apa kau sudah putus asa?” Tanya pemuda itu.
Air mata Maha Patih Kinjiri kembali menetes. Dia begitu kagum dengan pemuda itu. Seorang anak yang awalnya bukan siapa-siapa yang juga harus kehilangan ayahnya, sekarang sudah tumbuh besar menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa.
Dia bahkan mendapatkan pedang kehormatan yang selalu diharapakan oleh setiap murid Sang Maha Guru. Matanya menatap ke langit, dia begitu menyesali semua perbuatannya di masa lalu. Dia tertunduk lesu di medan perang yang kini sudah menjadi padang mayat itu.
Dia mengingat satu persatu dosa-dosa yang pernah ia lakukan. Dan yang paling menyakitkan, dia menghidupi adik-adiknya dengan harta hasil dari merampas nyawa seseorang. Harta itu mungkin sekarang telah habis.
Tapi bagaimana pun kenangannya, Maha Patih Kinjiri sama sekali tidak pernah bisa melupakannya. Seorang Maha Patih yang dikenal sebagai orang yang sangat berbahaya itu kini melemah di depan seorang pemuda yang ayahnya ia bunuh.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau dia akan dipertemukan dengan anak itu lagi dalam situasi seperti ini. Sekarang, dia hanya bisa menangis meratapi semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
batik mida
udh dua yg GK ma nyebutin nmanya,,pdhal author nya AJJ,,tokoh yg dua itu mau di nmain siaapa,,bingung Yach thor
2023-06-22
2