Gabah Lanang akhirnya sampai ke sebuah kerajaan kecil yang berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Batih Reksa. Disana sudah ada puluhan orang yang menghadangnya dengan panah dan tombak.
Di belakang barisan pasukan panah dan tombak ada pasukan yang sudah bersiap dengan tameng dan pedang mereka.
“Panah!” Perintah Gabah Lanang kepada pasukannya.
Beberapa detik setelah itu ratusan panah melesat. Musuh juga melakukan hal yang sama. Gabah Lanang masih duduk dengan tenang di atas kudanya. Dia dengan santainya menghadang panah-panah dari musuhnya hanya dengan tatapan mata.
Semua panah-panah yang mengarah ke tubuhnya langsung mental dan tidak ada satu pun yang mengenai tubuhnya.
“Serbu!”
Ratusan pasukan musuh langsung menyergap dari berbagai arah. Gabah Lanang dan pasukannya terkepung. Buru-buru Gabah Lanang mengambil pedangnya dan langsung menyerang mereka semua.
Bala tentara musuh menyerangnya dengan sangat ganas. Mereka sepertinya sudah dilatih dengan baik untuk menghadapi Gabah Lanang dan pasukannya.
Karena Gabah Lanang kalah jumlah, beberapa orang dari pasukannya pun sudah ada yang tewas. Sedangkan pasukan musuh jumlahnya semakin bertambah. Mereka mengepung Gabah Lanang dan pasukannya yang terlihat kewalahan menghadapi serangan mereka.
Namun Gabah Lanang yang memang orang sakti, dia langsung mengeluarkan ilmu pukulannya. Sekali pukulan yang melayang, membuat sepuluh orang prajurit musuh seketika tumbang. Gabah Lanang mulai menggunakan ilmu pukulan itu untuk membuat prajurit musuh yang mengepungnya terpecah.
Empat kali hantaman sudah ia lesatkan. Tapi tetap saja para prajurit itu tidak ada habisnya. Mereka malah seperti bertambah banyak. Jumlah mereka seperti tidak berkurang sama sekali. Gabah Lanang sendiri pun heran melihat hal itu.
Sembari bertarung menghadapi para prajurit musuh yang terus menyerangnya, Gabah Lanang melihat-lihat ke segala arah untuk mencari sumber masalahnya. Dan benar saja, tidak jauh dari sana ada seorang kakek tua yang sedang menyebar beberapa kacang hijau.
Kacang-kacang itu berubah menjadi manusia yang memiliki kemampuan bela diri.
“Si-alan kamu tua bangka!”
Gabah Lanang pun terbang melompati setiap prajurit yang menyerang ke arahnya. Sekejap Gabah Lanang sudah ada di hadapan kakek tua itu.
“Hei tua bangka! Kalau kamu memang sakti, satu lawan satu!” Ucap Gabah Lanang pada kakek tua itu.
“Kenapa Gabah Lanang? Tidak usah marah-marah. Bukannya kamu juga orang sakti? Kenapa datang ke kerajaan ini dengan ratusan prajurit? Apa kamu tidak mampu menghancurkan kerajaan ini dengan tanganmu sendiri?”
Ucapan kakek tua itu membuat Gabah Lanang semakin marah. Apalagi kakek tua itu berucap sembari tertawa terkekeh mengejek Gabah Lanang.
“Kurang ajar! Mati kamu orang tua!”
Gabah Lanang mengayunkan pedangnya ke arah kakek tua itu. Kepala kakek tua itu langsung terpotong dan menggelinding ke tanah. Namun yang aneh adalah, tidak lama kemudian kepala kakek tua itu berubah menjadi kelapa. Dan kakek yang asli sudah ada di belakang Gabah Lanang.
“Ayo Gabah Lanang. Serang aku lagi.” Ucap kakek tua dengan kembali meledek Gabah Lanang.
Gabah Lanang semakin kesal dan terus menerus menyerang kakek tua itu. Tapi orang tua yang sudah terlihat renta itu sangat-sangat lincah. Dia mampu menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh Gabah Lanang.
Akhirnya Gabah Lanang mulai menggunakan ilmu kesaktiannya. Dia menancapkan pedangnya di tanah, lalu kemudian dia mendorong kedua tangannya untuk mengeluarkan ilmunya tersebut.
Hal itu langsung dibalas oleh si kakek dengan melakukan hal yang sama. Mereka saling dorong satu sama lain dengan ilmu mereka masing-masing.
“Gila! Orang tua ini benar-benar sakti!” Kata Gabah Lanang dalam hati.
Gabah Lanang terus berusaha mendorong ilmunya supaya dia tidak kalah dari kakek tua itu. Tapi semakin dia mendorong, rasanya akan semakin sulit. Gabah Lanang yang terkenal kejam dan sadis itu telah diubah menjadi anak culun di hadapan si kakek yang ia anggap hanya seorang tua bangka.
“Menyerah saja Gabah Lanang. Kamu tidak akan mampu. Lihatlah, wajahmu memerah.” Kakek tua itu kembali mengejek Gabah Lanang.
Gabah Lanang pun semakin keras mendorong kedua tangannya. Tapi apesnya, Gabah Lanang justru terpental karena ilmu kakek itu jauh lebih kuat dari dirinya. Gabah Lanang langsung berlutut sembari memegang dadanya yang terasa sakit.
Baru kali ini dia langsung kalah dalam satu kali serangan. Biasanya dia masih mampu bertahan dengan tiga atau empat kali serangan ilmu kanuragan.
Si kakek tertawa cekekkan karena berhasil menjatuhkan Gabah Lanang yang katanya sakti dan kuat itu.
“Aku belum kalah kakek tua. Aku masih bertahan. Ayo! Keluarkan kesaktianmu! Keluarkan semuanya!” Teriak Gabah Lanang dengan angkuhnya.
Suara tawa si kakek justru semakin keras. Dia benar-benar meremehkan seorang Gabah Lanang. Orang yang sangat ditakuti oleh banyak orang. Gabah Lanang pun mencoba menyerang si kakek dengan jurus-jurus silatnya. Mulai dari pukulan dan tendangan dari jarak yang dekat.
Tapi si kakek selalu bisa menangkis serangan Gabah Lanang. Bahkan si kakek juga memberikan pukulan keras ke dagu Gabah Lanang. Gabah Lanang pun kembali terpental.
Dari mulutnya keluar darah segar. Dagu dan area lehernya kini juga turut merasakan sakit. Seakan tulangnya mengalami retakan.
Dia mulai sulit bernafas. Dia mencoba mengatur nafasnya kembali. Tapi setiap kali Gabah Lanang menghirup nafas, rasa sakit didada, leher, dan dagunya justru semakin terasa. Namun disini Gabah Lanang masih belum menyerah. Dia berusaha bangkit kembali. Si kakek terus menertawainya.
Gabah Lanang penasaran siapa sebenarnya si kakek tua ini. Karena sepanjang pertarungan, kakek tua itu belum terkena serangannya sama sekali. Baru kali ini dia menghadapi musuh yang sulit dia hadapi. Sebelumnya Gabah Lanang selalu bisa menghadapi semua musuhnya.
Kalau pun kalah, setidaknya dia tetap bisa memberikan serangan kepada musuhnya. Tapi kali ini, tidak ada satu pun serangannya yang bisa melukai tubuh si kakek.
Hingga akhirnya, Gabah Lanang kembali mengambil pedangnya. Dia menyalurkan ilmu yang ia miliki ke pedangnya itu, kemudian melemparkan pedang itu ke arah si kakek. Namun si kakek dengan sigap langsung menahan pedang yang sekarang sedang berusaha mengenainya.
Dengan posisi pedang yang mengambang, pedang itu seperti sedang berusaha menusuk si kakek. Kesempatan ini digunakan Gabah Lanang untuk menyerang si kakek. Dia mengeluarkan Ajian Brajamusti.
Dan kali ini, barulah si kakek dibuat lengah, hingga Ajian Brajamusti berhasil mengenai tubuh si kakek. Yang tidak si kakek duga adalah, pedang itu juga berhasil menusuk ke perutnya. Si kakek yang sudah renta itu pun langsung bertekuk lutut di hadapan Gabah Lanang.
Dengan bangga Gabah Lanang pun langsung mendekati si kakek dan mencekik lehernya. Mata si kakek mengarah ke atas, dia sekarat berlumuran darah. Darah mengucur dari hidung, telinga dan mulutnya.
“Tamatlah kamu tua bangka!” Kata Gabah Lanang sembari mencabut pedangnya.
Seketika darah muncrat ke tubuh Gabah Lanang. Pedang itu telah dibanjiri dengan darah segar si kakek. Gabah Lanang akhirnya berhasil mengalahkan si kakek dengan serangan gabungan pedangnya dan juga Ajian Brajamusti.
Gabah Lanang tertawa dengan gembira karena si kakek tewas begitu saja tanpa perlawanan yang berarti. Dan terbilang sangat mudah. Karena memang, serangan itu adalah serangan pamungkas yang Gabah Lanang gunakan jika ia dalam keadaan terdesak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
Sofyan Muchtar
kakek bodoh
2023-10-15
1