Prabu Jabang Wiyagra mendapatkan laporan dari Patih Dawala yang bertugas di salah satu pelabuhan kerajaan, kalau ada seorang utusan dari Kerajaan Reksa Pati yang membawa dan dititipkan kepada Patih Dawala. Surat itu dikhususkan untuk Prabu Jabang Wiyagra.
“Bacakan suratnya Patih.”
Dihadapan para Patih yang lain, dan juga disaksikan oleh Maha Patih Putra Candrasa, Patih Dawala dengan perlahan membuka gulungan surat itu. Betapa terkejutnya Patih Dawala saat membaca judul dari surat itu adalah sebuah tantangan kepada Kerajaan Wiyagra Malela.
“Dengan ini, saya Prabu Ditya Kalana. Dan surat ini ditulis secara pribadi untuk Prabu Jabang Wiyagra. Saya Prabu Ditya Kalana meminta Prabu Jabang Wiyagra untuk bergabung dengan Kerajaan Reksa Pati, guna melakukan serangan besar-besaran kepada Kerajaan Batih Reksa. Jikalau Prabu Jabang Wiyagra tidak menyetujuinya, maka dengan terpaksa kami mendeklarasikan kepada Kerajaan Wiyagra Malela. Dan kami tidak akan berbelas kasih.”
Setelah membaca surat itu, Patih Dawala kembali menaruh gulungan surat itu dipinggannya. Dia masih berada di hadapan Prabu Jabang Wiyagra yang hanya tersenyum mendengar isi surat itu.
“Duduklah Patih Dawala.”
“Terimakasih Gusti Prabu.”
“Kita semua sudah sering mendengar pertikaian antara Kerajaan Reksa Pati dan juga Kerajaan Batih Reksa. Mereka tidak pernah damai. Dulu, saat aku belum menyatakan diriku menjadi seorang raja, mereka sudah lebih dulu bertikai. Dan pertikaian ini sungguh sangat merugikan.”
“....Baik merugikan kerajaan-kerajaan besar lain, atau pun merugikan kerajaan-kerajaan kecil. Dan yang paling merasakan penderitaanya adalah rakyat yang tidak bersalah. Maka dari itu, sekarang mungkin waktunya kita untuk bertindak. Dengan kekuatan para prajurit kita yang sudah kita bangun.” Ucap Prabu Jabang Wiyagra kepada para pengikutnya.
“Mohon maaf Gusti Prabu, izinkan hamba bicara.”
“Silahkan Patih Daraka.”
“Menurtu hamba, bagaimana kalau kita bergabung saja dengan Kerajaan Reksa Pati untuk mengalahkan Kerajaan Batih Reksa. Namun, kita membantu dengan kemampuan yang apa adanya saja. Jangan menggunakan prajurit-prajurit pilihan dalam perang ini.”
“Apa maksudmu Patih Daraka?” Tanya Prabu Jabang Wiyagra.
“Begini Gusti, kita buat Prabu Ditya Kalana berfikir kalau kita benar-benar memberikan dukungan untuknya. Setelah peperangan, jelas kekuatan mereka akan sedikit melemah, karena sekarang Kerajaan Batih Reksa yang dipimpin oleh Prabu Sura Kalana sudah semakin kuat. Akan banyak prajurit yang mati dan juga banyak yang menjadi korban dari peperangan besar itu.”
“.....Setelah Kerajaan Batih Reksa kalah, barulah kita mengambil kesempatan untuk menyerang Kerajaan Reksa Pati. Karena yang hamba tahu, Prabu Ditya Kalana suka mengadakan pesta besar setiap kali mereka menang dalam pertarungan.” Jelas Patih Daraka.
“Jadi maksudmu, kita akan menghantam dua-duanya? Benar begitu Patih?” Kata Prabu Jabang Wiyagra.
“Benar sekali Gusti Prabu.”
Prabu Jabang Wiyagra mencerna setiap saran yang diberikan oleh Patih Dawala. Karena jika mereka diam terus menerus, tidak menutup kemungkinan kalau kerajaan ini bisa saja dihancurkan oleh Kerajaan Reksa Pati yang sekarang sudah bertambah kuat dari sebelumnya. Namun seperti biasa, Prabu Jabang Wiyagra selalu meminta persetujuan dari Maha Patih Putra Candrasa.
“Menurutmu bagaimana Maha Patih?”
“Apa yang dikatakan oleh Patih Daraka ada benarnya Gusti Prabu. Karena jika mereka terus dibiarkan, maka mereka bisa membuat Tanah Jawa ini menjadi semakin rusak. Sudah ribuan orang yang mati, jika kita hitung jumlah kematian kedua kerajaan itu karena peperangan. Banyak orang yang menderita dan pada akhirnya mereka yang kaya memilih untuk pindah ke wilayah kerajaan kita.”
“......Sedangkan mereka yang tidak memiliki apa-apa dan hidup sengsara, akan semakin sengsara dibawah kepemimpinan dua raja yang sudah gila kekuasaan itu.” Jawab Maha Patih Putra Candrasa.
“Yah.. Tapi, kerajaan sebesar Reksa Pati pasti memiliki persenjataan yang lengkap. Aku ragu kalau persenjataan kita masih mampu mengalahkan mereka.” Ucap Prabu Jabang Wiyagra yang masih ragu dengan keputusannya untuk melakukan rencana itu.
“Mohon izin berbicara Gusti Prabu.” Ucap Patih Rekta meminta izin.
“Silahkan Patih Rekta. Semua yang ada disini aku izinkan untuk memberikan saran apa saja.” Jawab Prabu Jabang Wiyagra.
“Gusti Prabu tidak perlu ragu dengan persenjataan kita. Kita memiliki Patih Semaya dan Patih Panamaya yang ahli dalam pembuatan senjata, dari yang kecil sampai senjata yang berukuran raksasa.”
“Mohon maaf Gusti Prabu, jika Gusti Prabu Jabang Wiyagra memberikan izin kepada hamba dan juga Patih Semaya untuk membuatkan senjata, maka kami berdua akan memerintahkan pasukan kami untuk membuat senjata-senjata yang tidak dimiliki oleh kerajaan mana pun.” Ucap Patih Panamaya.
Prabu Jabang Wiyagra yang awalnya ragu pun akhirnya mulai yakin dengan semua suara yang diberikan oleh Para Patihnya ini. Dia menyetujuinya, karena mereka semua mau dan siap untuk bekerja sama demi keberhasilan rencana yang dibuat oleh Patih Daraka.
Mereka akhirnya sepakat satu sama lain untuk membalas surat itu yang menyatakan persetujuan mereka untuk bergabung dengan Kerajaan Reksa Pati. Kemudian surat itu dikirimkan oleh salah satu prajurit Patih Dawala kepada Prabu Ditya Kalana.
......................
Setelah beberapa hari, surat itu pun akhirnya sampai kepada Prabu Ditya Kalana. Dia begitu senang dengan keputusan Prabu Jabang Wiyagra yang setuju untuk bergabung dengannya melakukan serangan ke Kerajaan Batih Reksa.
“Setelah ini, Kerajaan Batih Reksa hanyalah meninggalkan nama. Dan kang mas Sura Kalana hanya punya nama besar.”
“Benar Gusti Prabu.” Jawab Maha Patih Kinjiri.
Maha Patih Kinjiri adalah tangan kanan Prabu Ditya Kalana yang terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Saat Prabu Ditya Kalana kalah dalam pertarungan melawan pasukan Kerajaan Wiyagra Malela, Maha Patih Kinjiri belum mengabdi kepada Prabu Ditya Kalana.
Sehingga kala itu kekuatan Prabu Ditya Kalana masih sangat lemah dan sering kali kalah dalam peperangan. Sejak adanya Maha Patih Kinjiri bersamanya, Kerajaan Reksa Pati memiliki kekuatan yang semakin meningkat, karena para prajuritnya dilatih jauh lebih keras dari sebelumnya oleh Maha Patih Kinjiri.
Sekarang Kerajaan Reksa Patih juga sudah berkembang pesat ditengah-tengah peperangan mereka dengan Kerajaan Batih Reksa. Ekonomi mereka yang sempat terpuruk selama beberapa tahun karena mengalami banyak kekalahan, juga sudah mulai bangkit.
Mereka juga memiliki persenjataan yang lebih lengkap, baik senjata yang digunakan dalam pertempuran, mau pun senjata yang digunakan sebagai pelindung benteng pertahanan. Dan semua keberhasilan dicapai berkat nasehat yang diberikan oleh Maha Patih Kinjiri.
Walau pun Kinjiri seorang Maha Patih, dia juga menjadi guru ilmu kanuragan dari Prabu Ditya Kalana, sehingga raja muda itu pun menjadi semakin kuat dalam semakin ahli dalam strategi perang. Sudah bertahun-tahun Kerajaan Reksa Pati berperang dengan Kerajaan Batih Reksa. Mereka saling balas satu sama lain. Saling serang sana sini.
Bahkan tidak jarang yang diserang adalah daerah pedesaan yang berisi rakyat biasa yang tidak bisa melakukan perlawanan.
Antara Prabu Ditya Kalanan dan Prabu Sura Kalana, keduanya sama-sama berambisi untuk menguasai semua kerajaan-kerajaan besar yang tersebar di seluruh Tanah Jawa.
Namun semua itu hanyalah sebatas ambisi. Kedua kerajaan itu disibukkan oleh nafsu mereka sendiri, sehingga mereka sulit untuk berkembang ke arah sana. Mereka tidak berani melakukan serangan kepada kerajaan-kerajaan besar lainnya, karena sudah bisa dipastikan mereka semua akan kalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
Grenny
semangat thorr
2023-09-19
2