Episode 16

Setiba di rumah milik pak Darwin, karena sebelumnya Adel bersikeras tidak ingin kembali ke apartemen.

Membuat Abi mengalah dan ikut bersama istrinya kembali ke rumah mertuanya.

Adel langsung masuk ke kamarnya dan menguncinya, tanpa membiarkan Abi ikut masuk.

Pak Darwin mengusap bahu menantunya, lalu menggelengkan kepalanya.

“Biarkan dia sejenak, mungkin dia butuh waktu. Sekarang, kamu istirahat saja di kamar tamu. Besok pagi Adel sudah pasti membaik,” ucap mertuanya.

Abi menghela napas berat, dengan patuh ia menuruti apa yang papa mertuanya ucapnya.

30 menit setelah membersihkan tubuhnya, Abi duduk termenung di balkon. Mengingat ucapnya mertuanya saat di mobil tadi, jika dirinya menyerahkan Adel, orang tuanya akan menyambut putri mereka dengan baik.

Namun, tak terbesit sama sekali di pikirkan Abi untuk mencerai kedua istrinya.

Jika di tanya saat ini hatinya untuk siapa, Abi sudah mulai mencintai Istrinya, Adel. Ketimbang Ayu yang sebenarnya sejak dulu ia lebih menganggap Ayu seperti adiknya sendiri.

Akan tetapi, Abi juga tak mungkin memiliki keduanya. Ia harus melepaskan salah satu dari mereka.

Semalam penuh Abi tak tidur, memikirkan apa yang harus dia ambil.

Jika dirinya menceraikan Ayu, otomatis hubungannya dengan orang tua Ayu akan renggang. Karena sejak ia di tinggal oleh kedua orang tuanya, orang tua Ayu lah memberikan kasih sayang padanya.

Tapi, ia juga tak mungkin bersama Ayu. Sementara hubungannya dengan Ayu tidak ada perubahan sama sekali sejak dulu, tetap saja ia melihat adik kecilnya yang lucu walaupun sudah menikah.

Ia juga tak mungkin menceritakan Adel, karena hanya Adel yang mampu meluluhkan hatinya saat ini.

Abi melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, melihat sudah pukul 05.00 pagi.

Artinya, ia sudah 4 jam duduk di balkon sejak semalam.

“Jam 05.00, Astaga! kenapa mataku tak bisa tidur?” gumamnya.

Abi beranjak dari tempat duduknya, ia ingin keluar dari kamar berharap Adel sudah membuka kunci pintu kamarnya.

Satu kata saja yang ingin katakan pada istrinya, yaitu ingin meminta maaf kembali.

Perlahan Abi memutar kenop pintu, Abi seperti mendapatkan angin segar. Karena pintu tersebut tidak di kunci.

Ceklek ...

Perlahan Abi membuka pintu tersebut, tampak Adel bermain ponselnya dengan duduk bersandar di tempat tidur.

Ekhem ...

“Sayang,” panggil Abi pelan.

Adel langsung menoleh, wajahnya yang semula tampak bahagia bermain dengan ponselnya. Kini raut wajahnya langsung berubah total saat melihat kedatangan suaminya.

“Berani sekali memanggilku Sayang! Setelah apa yang telah ia lakukan!” umpat Adel dalam hati.

Karena tak mendapatkan balasan, Abi masuk dan menutup pintu kembali.

“Kamu tidak tidur? Oh ya, siapa pria yang memegang tanganmu semalam? Dia temanmu?” tanya Abi menghujani pertanyaan.

Karena dirinya sangat cemburu melihat tangan istrinya di pegang oleh pria asing.

“Iya, dia temanku!” sahut Adel sedikit ketus.

“Kamu masih marah? Maafkan aku, jangan pergi lagi ya,” ucapnya lembut mengambil tangan istrinya, akan tetapi di tepis pelan oleh Adel.

“Hm ...” deham Adel.

Abi sangat mengerti dengan perasaan Adel saat ini, ia juga tak membenarkan jika perbuatannya tersebut.

Adel Kembali fokus pada ponselnya, ia terlihat tersebut membalas pesan dari ponselnya.

“Siapa yang mengirimmu pesan?” tanya Abi penasaran.

Adel menghela napas kasar, ia juga meletak kasar ponselnya di nakas.

“Abi, aku ingin kamu mengambil keputusan! Aku tak ingin menjadi yang kedua! Kamu pilih aku atau Istri pertamamu itu?” melipat kedua tangannya.

“Beri aku waktu,” ujarnya menghela napas berat.

Adel merasa tak puas dengan jawaban suaminya.

“Aku minta cerai,” ucap Adel tanpa ragu.

Lagi-lagi Abi mendengar kata-kata itu dari mulut istrinya.

“Aku tidak akan menceraikanmu. Beri aku waktu, aku akan memutuskan semuanya!” tegas Abi.

“Kenapa sih, kamu tidak mau menceraikanku?! Kamu sudah memiliki Istrinya yang cantik, sudah aku katakan aku tidak mau jadi yang kedua!”

“Sstt ... turunkan suaramu! Aku masih Suamimu! Sudah aku katakan, beri aku waktu untuk menyelesaikan ini! Kenapa aku tidak mau menceraikanmu, karena aku ----.”

Abi menggantungkan ucapannya.

“Aku apa?” tanya Adel menatapnya.

Abi langsung menggelengkan kepalanya.

Adel berdecap kesal, ia menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya.

“Aku mau tidur!” ketus Adel.

Abi tersenyum, lalu mengangguk. Dengan lembut, ia membantu istrinya untuk membenarkan selimutnya. Abi tak berpindah dari tempat duduknya, ia menatap wajah istrinya terlihat sudah memejamkan matanya.

Abi juga beberapa kali menguap, matanya tersebut terlihat memerah bahkan mengeluarkan air.

Abi berbaring berbaring di samping istrinya, niatnya hanya sebentar karena dirinya ingin kembali ke apartemen, bahkan ia melupakan keberadaan Ayu istrinya di hotel.

Abi tertidur bersama istrinya, untuk pertama kalinya mereka tidur bersama di tempat tidur yang sama. Bahkan tanpa sadar Abi memeluk tubuh istrinya seperti guling, sama halnya dengan Adel yang terlihat nyaman di peluk. Apalagi AC di dalam kamar tersebut cukup dingin, membuat keduanya semakin tertidur pulas.

***

Di apartemen, Ayu terbangun melihat sekelilingnya begitu asing.

Ia baru menyadari jika dirinya tertidur di kamar Adi, karena menunggu suaminya yang tak kunjung kembali ke apartemen sejak semalam.

“Astaga! Jam berapa ini? Apa Aa Abi sudah kembali?” gumamnya dengan suara paraunya.

“Pagi cantik. Bagaimana tidurmu semalam?” sapa Adi berdiri di depan pintu.

Ayu mengernyit heran, karena Adi menyapanya dengan sebutan tersebut.

“Apa Aa sudah kembali?” tanyanya langsung.

“Belum, sepertinya dia sedang bermesraan dengan Istrinya,” sahut Adi dengan sengaja mengatakan itu.

Raut wajah Ayu langsung berubah.

“Terima kasih sudah memberiku tumpangan, aku harus kembali ke hotel untuk mengambil barang-barangku. Hari ini juga aku harus kembali ke desaku,” ucap Ayu.

Adi langsung menahan tangannya.

“Kenapa? Apa kamu tidak ingin menunggu Abi?”

“Tidak!” sahut Ayu ketus.

“Eitss ... jangan pergi dengan kemarahan. Aku akan membantumu bertemu dengan Abi, tunggulah hingga siang hari.”

Ayu menarik tangannya dari genggaman Adi, karena dirinya merasa risih di pegang oleh pria yang baru ia kenal.

Ayu tampak memikirkan ucapan Adi tersebut, sebenarnya ia juga sangat ingin bertemu dengan suaminya yang saat ini entah dimana keberadaannya.

“Benarkah, kamu mau membantuku?” tanya Ayu penuh dengan harap Adi mau membantunya bertemu dengan suaminya.

“Tentu saja. Sekarang bersihkan tubuhmu, lalu sarapan bersama.”

Melihat Ayu mengangguk, Adi langsung beranjak dari tempat duduknya lalu meninggalkan Ayu dengan tersenyum penuh maksud.

Sementara Ayu mengambil ponselnya, ia mencoba menghubungi suaminya kembali. Akan tetapi, nomor yang ia tuju justru tidak aktif. Bahkan pesan yang ia kirim sejak kemari tak kunjung di balas, membuat Ayu semakin murka.

“Aku tidak akan memaafkanmu Aa! Aa tega mengkhianati Ayu!” gumam Ayu mengepal tangannya dengan kuat.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!