Episode 13

Bukannya takut dengan ancaman istrinya, Abi malah tersenyum menanggapinya dan menarik kembali tangannya.

Adel mundur beberapa langkah karena tak ingin di sentuh sama sekali oleh suaminya, akan tetapi Abi bersikeras lalu membawa Adel untuk duduk.

“Aku hanya ingin mengobati lukamu saja. hanya itu,” tutur Abi.

Adel terdiam, melihat tak ada perlawanan Abi kembali mengajak istrinya. Adel tampak menurut, perlahan Abi mulia mengobati luka tersebut.

“Tega kamu, Mas!” ucap lirih Adel lagi.

“Maafkan aku, jujur aku tak bermaksud membohongi kalian. Silahkan kamu memakiku, aku tidak akan marah. Asal jangan pergi,” ucap Abi setelah selesai membersihkan bibir istrinya, ia duduk di bawah menatap ke arah istrinya.

Adel membuang wajahnya ke arah lain, tak ingin melihat wajah istrinya.

Hening sejenak.

“Aku memang pria pecundang, penipu! Apa yang kamu katakan semua memang benar adanya. Tapi perlu kamu ketahui Adel, aku dan Ayu me----.”

“Aku tak ingin mengetahui apapun lagi. Aku kecewa padamu, Mas. Papa sangat mempercayaimu, tapi kepercayaannya kamu hancurkan.”

Adel berusaha kuat di depan Abi, entah bagaimana dirinya merasakan sakit hati seperti ini. Padahal dirinya dan Abi baru saja menikah beberapa bulan yang lalu.

“Maafkan aku,” ucap Abi mengambil tangan istrinya, akan tetapi langsung di tepis oleh Adel.

“Aku ingin sendiri!” berkata tanpa melihat Abi.

Abi mengerti, pasti butuh waktu untuk Adel setelah mengetahui kebenaran ini.

Abi tak ingin berdebat lagi, ia mengangguk lalu beranjak dan meninggalkan Adel.

Saat Abi sudah keluar kamar, Adel dengan cepat mengunci pintu.

Tangisnya langsung pecah, ia tak kuasa lagi menahannya. Pernikahan mereka bisa di bilang bagi seumur jagung, akan tetapi dirinya sudah di terpa masalah yang membuatnya tak bisa berkata-kata lagi.

Dan kebenarannya selama ini dirinya ternyata adalah istri kedua suaminya dan bodohnya dirinya tanpa mengetahui sama sekali jika Abi sebelumnya sudah menikah.

“Hiks ... Mama,” ucapnya lirih.

Ia bersandar di pintu dengan menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya.

Adel benar-benar kecewa, rasa yang sudah mulai tumbuh bahkan dirinya sangat yakin jika Abi adalah pria yang akan tulus padanya nanti.

Begitupun dengan Abi, ia tampak dilema. Ia tak menyangka jika Ayu berani menyusulnya ke kota.

“Maafkan aku, aku bukannya mau menyakiti kalian berdua, tapi hatiku tak bisa bohong. Jika aku memang benar-benar tak mencintaimu, Ayu. Aku sudah berusaha selama dua tahun pernikahan kita. Tidak ada perasaan cinta yang tumbuh sama sekali,” ucapnya mengingat Istrinya, Ayu.

Sementara Ayu, ia masih termenung duduk bersandar di bahu tempat tidur. Saat kepergian suaminya, tak sepatah katapun yang terucap dari mulut suaminya.

Ayu semakin yakin, jika wanita di apartemennya bukannya pembantunya. Karena sebelumnya, Abi pernah mengatakan jika dirinya tak pernah pakai jasa Art untuk membersihkan apartemennya.

“Aa tega membohongi Ayu! Ayu sangat yakin, jika wanita itu bukan pembantu Aa. Pasti kalian ada hubungan,” gumamnya.

Ayu bertekad kuat untuk mencari tahu, walaupun saat ini dirinya entah dimana. Karena Abi langsung membawanya pergi dari apartemen tadi, bahkan sangat jauh dari tempat tinggal Abi.

“Aku tidak akan tinggal diam, aku akan mencari tahu siapa wanita itu. Aku akan memperjuangkan Suamiku dari wanita murahan itu!” tuturnya menyemangatkan dirinya sendiri.

***

Keesokan paginya, di kantor milik pak Darwin.

Damar memasuki ruangan papanya, setelah menyelesaikan breefing pagi dengan karyawan.

“Pah, Abi belum masuk kerja?” tanya Damar.

“Bukankah Abi sedang cuti dan saat ini sedang berada di desanya,” sahutnya.

“Oh ya, bagaimana dengan Adel? Apa dia tidak mau pulang ke rumah, kenapa berdiam di apartemen sendirian?” tambahnya lagi, karena merasa curiga dengan putrinya yang tak mau menginap di rumah.

Sejenak Damar terdiam, sebab semalam ia tak sengaja melihat mobil dan Abi tengah mengendarai mobil miliknya.

“Di desa?” tanyanya dalam hati.

Damar merasa ada yang tidak beres bahkan curiga pada adik iparnya tersebut.

“Damar, apa yang sedang kamu pikirkan? Papa bertanya padamu, bagaimana dengan kabar adikmu? Dia sendirian di apartemen, ajak Adel nanti malam ke rumah,” ucapnya lagi.

Damar langsung tersadar, lalu ia mengangguk.

“Pah, semalam Damar tak sengaja melihat Abi sedang mengendarai mobil. Apa Abi sudah kembali?” tanyanya lagi.

Pak Darwin yang semuka mengetik di papan ketik laptopnya, langsung terhenti saat mendengar ucapan putranya tersebut.

“Apa kamu tidak salah lihat? Coba tanyakan pada Adel. Apa Abi memang sudah kembali? Kalau iya, cepat sekali ia kembali dari desanya.”

Setelah mengatakan itu, Pak Darwin kembali fokus pada layar monitornya tersebut.

Damar segera mengirim pesan pada adiknya, akan tetapi pesan yang ia kirim pada nomor adiknya itu hanya centang satu. Itu tanda jika Adel saat ini sedang tidak aktif.

“Sudah, Pah. Sepertinya ponsel Adel sedang tidak aktif, mungkin dayanya habis,” tuturnya tanpa merasa curiga.

Pak Darwin Kembali mengangguk.

Karena rasa penasarannya belum dapat jawaban, apakah semalam dirinya hanya salah lihat.

Damar mengirim pesan juga pada Abi, akan tetapi belum dapat balasan dari Abi, walaupun Abi sedang aktif akan tetapi dirinya tak kunjung mendapatkan balasan.

Sembari menunggu balasan, Damar kembali melakukan pekerjaannya karena fokus bekerja hingga dirinya melupakan rasa penasarannya tersebut.

Siang itu di apartemen.

Abi terlihat kebingungan, sebab ia tak mendapati istrinya dimanapun. Bahkan Abi sudah menghubungi nomornya, akan tetapi nomor milik Abi di blokir oleh Adel hingga membuat Abi kesusahan untuk menghubunginya.

“Adel, dimana kamu? Kenapa kamu keras kepala sekali?” gumam Abi tampak gusar.

Ting ...

Suara pesan masuk, ia berharap dari Adel. Akan tetapi pesan tersebut dari Kakak iparnya, membuat jantung Abi berdetak kencang karena tak seperti biasanya Damar mengirim pesan padanya.

Setelah membaca pesan tersebut, ia tampak menghela napas lega karena bukan bertanya tentang Adel.

Abi bergegas pergi untuk mencari keberadaan istrinya yang pergi tanpa sepengetahuannya, padahal semalam Abi sudah memohon pada Adel agar tak pergi.

Ia bahkan mengumpat dirinya sendiri, karena ia tertidur pulas di kamar karena dirinya baru bisa tidur jam 05.00 dini hari.

“Adel, maafkan aku telah membuatmu kecewa. Adel, jangan pergi tinggalkan aku. Aku mencintaimu Adel,” gumamnya sembari menyetir melihat kiri dan kamar, berharap ia menemukan Adel.

Karena dirinya juga tak tahu tempat Adel nongkrong bersama teman-temannya. Karena semenjak menikah dengannya, Adel sangat jarang berkumpul bersama temannya.

Abi menepikan mobilnya, ia baru mengingat sesuatu. Jika dirinya dengan menyimpan nomor Dina teman dekat dari istrinya tersebut, ia sangat berharap jika Adel ada bersama dengan Dina.

Karena itu harapan satu-satunya, jika Pak Darwin dan Damar mengetahui ini, mungkin saja rahasia besar ini juga akan ikut terbongkar, pikir Abi.

***

Terpopuler

Comments

Anastassya

Anastassya

pastilah marah. orang kmu GK mau jujur sejak awal

2023-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!