Episode 05

Hari demi hari mereka lalui di apartemen tersebut, Pak Darwin memang sengaja tak memberikan fasilitas mewah pada putrinya, kecuali mobil milik putrinya.

Semua itu ia lakukan bukan tak menyayangi putrinya, hanya saja ingin memberikan pelajaran putrinya tersebut agar tak menghamburkan uang.

Waktu begitu cepat berlalu, kini pernikahan mereka sudah menginjak sepuluh bulan.

Tak ada perubahan dari hubungan mereka, sama seperti sebelumnya. Namun, perubahan cukup banyak dari Adel, saat ini dirinya sudah pandai memasakan walaupun masih belum menguasai semuanya.

Ting ...

Adel mendengar suara pesan masuk, yang pasti bukan dari ponsel miliknya.

“Ponsel siapa yang berbunyi?” gumamnya, karena dirinya masih belum berpindah dari tempat duduknya setelah menyelesaikan sarapan bersama suaminya.

Abi lebih dulu menyelesaikan sarapannya dan langsung berangkat ke kantor, karena pak Darwin memintanya untuk ke kantor lebih pagi.

“Loh, ini ponsel Mas Abi. Dia melupakan ponselnya,” gumamnya mengambil ponsel tersebut.

Ingin menyusul suaminya, akan tetapi di urungkannya karena pasti suaminya sudah pergi.

“Aku akan mengantarnya ke kantor nanti,” tuturnya lagi.

Namun, ponsel tersebut berbunyi kembali.

“Apa aku buka saja? Mungkin saja ada pesan yang penting,” ujarnya lagi.

Karena ponsel Abi terkunci, membuat Adel terlihat sulit membukanya karena memang dirinya tak mengetahui kata sandi dari ponsel Abi.

“Ck ... di kunci!” berdecap kesal meletakkan ponsel suaminya sedikit kasar di meja.

Adel berpikir sejenak, lalu ia mencoba lagi dengan tanggal lahir pernikahan mereka. Karena sebelumnya ia menekan kata sandi tersebut dengan acak.

Klik ...

Kunci layar tersebut terbuka, Adel membulatkan matanya karena Abi membuat kata sandi tersebut dengan tanggal pernikahannya.

“Eh, bagaimana bisa? Dia membuat kata sandi dengan tanggal pernikahan kami, hm ... so sweet sekali.” Sembari mengangkat ke dua bahunya.

Adel mulai membaca pesan tersebut, pesan begitu banyak akan tetapi belum di baca oleh Abi sejak semalam.

“Ayu. Siapa dia? Kenapa dia mengirim begitu banyak pesan?” gumamnya.

Aa, kapan balik cuti? Ayu sudah rindu berat Aa.

Salah satu pesan yang di baca oleh Adel, ia mengernyit heran.

“Oh, ini sepertinya adik sepupunya Mas Abi. Aku baru ingat, mesra sekali dengan adik sepupunya. Tapi, aku juga seperti itu dengan Kak Damar,” gumamnya lagi tanpa menaruh curiga apapun dengan pesan tersebut.

Adel meletakkan ponsel itu kembali di meja, lalu membersihkan bekas mereka sarapan.

“Huh ... gerah sekali! Sepertinya, aku mandi dulu. Setelah itu, aku ke kantor. Aku sudah lama tak masuk ke kantor Papa,” ucapnya lagi bergegas membersihkan diri.

Sekitar satu jam bersiap, Adel membawa mobil miliknya sendiri ke kantor.

Tak lupa juga, ia membawa bekal makan siang untuk papa dan suaminya. Walaupun hanya telur balado dan nasi hangat serta tempe goreng. Karena hanya itu yang bisa di masak oleh Adel, menurutinya itu makanan cukup simpel yang ia pelajari.

Tiba di kantor, Adel melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah hingga tiba di ruangan pak Darwin.

Saat hendak membuka pintu, tak sengaja mendengar percakapan papanya dengan Abi.

Abi terdengar mengajukan cuti beberapa hari, karena ingin pulang ke kampung halamannya.

“Mas Abi mau cuti pulang kampung, apa ada hubungannya dengan pesan yang di kirim oleh Ayu tadi,” gumamnya.

Tanpa menunggu lagi, Adel langsung masuk ke ruangan tanpa mengetuk. Karena dirinya juga sebenarnya tak mempermasalahkan Abi jika ingin pulang.

“Adel, kamu kemari?” tanya pak Darwin sedikit terkejut melihat kedatangan putrinya, begitupun dengan Abi.

“Kenapa tidak mengabariku? Aku bisa menjemputmu,” ujar Abi langsung beranjak dari duduknya langsung mengambil tangan istrinya.

Hari pak Darwin sangat senang melihat keharmonisan menantu dan putrinya.

“Bagaimana bisa aku mengabarimu? Ponselmu tertinggal di meja makan,” sahutnya mengeluarkan ponsel tersebut dari kantung bajunya.

Abi tampak merogoh kantong celananya, ternyata dirinya memang tak mendapatkan ponselnya disana.

“Astaga, aku melupakannya. Terima kasih Sayang,” ucap Abi tanpa sadar langsung mengambil ponsel tersebut.

Adel mendengar Abi untuk pertama kalinya memanggilnya dengan sebutan sayang, entah kenapa hati begitu bahagia.

“Ekhem,” deham pak Darwin, membuat keduanya menoleh.

“Kamu bawa apa?” tanya pak Darwin. Mengalihkan pembicaraan.

“Oh, aku memasak untuk Papa dan Abi. Eh ... maksudku, Mas Abi.” Membuka kotak makan tersebut, lalu menyerahkan kepada papa dan suaminya.

“Hm ... wangi sekali. Karena sudah masuk jam makan siang, tanpa menunggu lagi Pak Darwin langsung makan masakan putrinya tersebut begitupun dengan Abi.

“Kamu sudah makan?” tanya Abi, setelah memberi suapan pertama kedalam mulutnya.

“Sudah,” sahutnya.

“Oh, iya Adel. Abi akan pulang cuti selama beberapa hari, apa kamu tidak ingin ikut bersama suamimu? Sekaligus berkenalan dengan keluarganya disana?” tanya pak Darwin di sela makannya.

Uhuk ... uhuk .... Abi langsung tersedak.

Adel dengan cepat mengusap bahunya dan memberikan suaminya air minum.

“Mas Abi mau pulang?” tanya Adel berpura-pura tidak tak mengetahuinya.

Abi terlihat ragu untuk mengangguk.

“Kita akan bicara di rumah nanti,” tutur Abi dengan lembut.

Adel mengangguk.

Malam hari, Adel dan Abi tengah berada di ruang tengah. Abi terlihat sibuk berkutat dengan memangku laptopnya, sementara Adel menonton drama kesukaannya.

“Adel,” panggil Abi meletakkan laptopnya di meja.

“Heum ...” sahutnya tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

“Aku akan pulang besok, tapi hanya lima hari saja. Sebenarnya aku ingin mengajakmu, tapi perjalanan cukup jauh dan aku belum ....”

“Aku mengerti, aku juga tidak mempermasalahkan itu. Bukan aku tak ingin ikut, akan tetapi aku belum siap untuk bertemu keluargamu. Aku takut, mereka kecewa, setelah melihatku. Aku tak perlu menjelaskannya padamu, Mas Abi pasti sudah mengetahui bagaimana diriku.”

Adel sengaja mengatakan itu pada Abi, karena dirinya juga tidak tahu hubungan yang di jalani dengan Abi apakah benar-benar serius. Pasalnya, sudah berbulan-bulan lamanya tidak ada perubahan dengan pernikahan mereka.

Abi tersenyum, lalu memberanikan diri menyentuh pipi Adel dan mengelusnya lembut menggunakan jarinya.

“Kamu wanita yang sempurna di mataku,” ucapnya lirih.

Adel mematung mendengar pernyataan suaminya, apakah dirinya tidak salah dengar.

“Oke, sekarang aku ingin mengemas pakaianku. Besok pagi aku juga akan mengantarmu ke rumah Papa, aku menitipkanmu disana.”

“Tidak! Aku di sini saja,” tolaknya.

“Jika aku di sini, aku ingin mengajak Dina menginap lalu berjalan-jalan. Aku sudah lama tak menghirup udara bebas,” gumam Adel dalam hati.

“Kenapa? Jangan bilang, kamu mempunyai rencana lain dan mulai main balap motor lagi!” tanya Abi menatapnya curiga.

“Hah ... tidak! Aku sudah nyaman tidur di kamarku, aku akan mengajak Dina bersamaku tidur di sini. Apakah boleh?” tanyanya dengan wajah yang memelas.

“Kamu yakin? Aku selalu mengawasimu, karena di apartemen ini di penuhi cctv tersembunyi.”

Adel menelan salivanya dengan kasar, karena dirinya tak bisa bebas jika banyak cctv.

“Iya,” sahut Adel tampak ragu.

***

Terpopuler

Comments

.

.

kalau terbongkar bagaimana reaksi adel ya

2023-06-21

0

Nenek nenek

Nenek nenek

Abi, hati2 rahasiamu terbongkar

2023-06-20

0

Bocah Gaming

Bocah Gaming

semoga sebelum belah duren rahasia Abi terbongkar

2023-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!