Episode 12

Di dalam kamar, Adel terduduk lemas di lantai sembari bersandar di pinggiran tempat tidur.

Masih terbayang di benaknya, bagaimana Ayu memeluk suaminya dan mengatakan jika wanita tersebut adalah istri sahnya Abi.

“Ternyata semua ini palsu, dia pembohong besar! Di depan Papa di begitu sangat baik, dasar pembohong!” umpat Adel dengan mengepal tangannya kuat.

Adel benar-benar tak menyangka jika Abi dengan tega membohongi dirinya.

“Papa, lihat pria yang Papa banggakan dulu! Dengan liciknya dia membohongi keluarga kita, ini yang Papa inginkan!” tambahnya lagi.

Tampak jelas jika dirinya sangat kecewa berat dengan suaminya.

Selama sepuluh bulan lebih bersama, bohong besar jika dirinya tak menaruh hati pada Abi.

Apalagi kesabaran dan kelembutan Abi yang membuatnya adem saat bersama dengan Abi.

“Aku sangat membencimu, pengkhianat, pembohong! Hiks ....” tak henti-hentinya ia mengumpat, bahkan dirinya meneteskan air mata.

Tangis itu akhirnya pecah juga, untuk pertama kalinya Adel menangisi pria. Walaupun hatinya belum sepenuhnya untuk Abi, entah kenapa hatinya seperti di hantam batu besar.

Adel terbaring di lantai, dengan air mata yang terus menerus mengalir.

Hingga dirinya tanpa sadar tertidur dalam keadaan menangis, masih ada sisa air mata yang mengering di sudut matanya.

Tak terasa, Adel tertidur hingga menjelang malam. Dirinya terbangun karena merasa di kamar tersebut gelap, karena tak ada penerangan. Bahkan jendela juga masih terbuka lebar, hingga angin malam menyeruak masuk.

“Astaga, aku tertidur!” gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Adel segera mencari saklar lampu, lalu menutup jendela.

Setelah itu Adel masuk ke kamar mandi, lalu mencuci wajahnya. Ia bercermin di kaca, melihat matanya terlihat sembab akibat menangis tadi.

“Ck ... untuk apa aku menangisi dia? Sialan! Pria pembohong seperti dia tak pantas untuk di tangisi,” tuturnya, masih kesal pada suaminya. Bahkan sangat membencinya suaminya saat ini.

Adel kembali mencuci wajahnya, setelah itu keluar kamar lalu berganti pakaian.

Baju kaos di pandu dengan celana pendek di bawah lutut. Rambut sebahunya di ikat ke atas, lalu memberikan polesan makeup tipis di wajahnya agar tak terlihat wajah sembabnya.

Adel mengambil jaket, ponsel serta dompet miliknya. Lalu bergegas keluar dari kamar tersebut, bersamaan dengan Abi yang ternyata baru kembali.

Adel tak melihat istrinya pertama dari suaminya, Abi dan Adel bertatapan sejenak lalu Adel langsung mengalihkan pandangannya.

“Adel, aku bisa jelasin ini. Tolong dengarkan penjelasanku sekali saja,” ujar Abi melangkah mendekati Adel.

“Jangan mendekat. Aku tak butuh penjelasanmu, sudah cukup dan semuanya sudah jelas!”

“Adel, aku dan dia ----.”

“Sudah aku katakan, aku tak butuh penjelasanmu! Pria pecundang sepertimu tetap saja menjadi pecundang! Ternyata wajah polos, baik dan sopan di depan Papa hanyalah topeng!” seru Adel.

Abi tertunduk malu, karena memang dari awal dirinya sudah tak jujur.

Sulit baginya memilih, karena pak Darwin juga tidak menerima alasan apapun dari penolakannya dulu. Sehingga dengan terpaksa dirinya harus menerima pernikahan tersebut, tanpa pak Darwin ketahui jika Abi ternyata sudah mempunyai istri.

Adel bertambah murka melihat wajah suaminya saat ini.

Tanpa menunggu lagi, Adel melangkah menuju pintu.

“Mau kemana kamu?” tanya Abi melihat Adel tergesa-gesa. Abi juga baru menyadari, jika istrinya sudah berpakaian rapi tak seperti biasanya.

“Bukan urusanmu!” ketus Adel.

“Kamu masih sah Istriku, jadi kamu harus meminta izin padaku dan aku juga perlu tahu kemana kamu pergi!” ucap Abi.

“Kalau begitu, aku minta cerai!” tantang Adel menatap Abi dengan kemarahan.

“Aku tidak sudi hidup bersama dengan pria pecundang sepertimu!”

Abi berdecap kesal mendengar ucapan istrinya, karena begitu mudah Adel mengucapkan kata cerai tanpa mendengarkan penjelasannya dulu kenapa dan ada apa dirinya sampai menikahi Ayu.

“Kamu dengar baik-baik, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu! Kembali masuk ke kamarmu!” ucap Abi mulai dengan nada tinggi.

“Tidak akan! Aku akan meminta Papa untuk mengurus perpisahan ini!” seru Adel.

“Adel, jangan menguji kesabaranku! Masuk!” sentak Abi sudah mulai tak bisa mengontrol emosinya.

Karena Adel juga keras kepala, membuatnya tak gentar dengan bentakan suaminya.

“Aku tidak mau!” balas Adel.

Abi mulai tak bisa mengontrol emosinya, apalagi melihat Adel ya g berusaha membuka kunci pintu rumah. Tanpa peduli dengan perkataannya lagi, walaupun Abi sudah membentaknya.

“Kenapa kamu keras kepala sekali?!” dengan langkah cepat Abi menarik tangan Adel, lalu membawanya masuk ke dalam kamar.

“Lepaskan, bodoh!” sentak Adel.

Abi semakin mempererat tangannya, membuat Adel mengaduh kesakitan. Namun, Abi seperti tuli karena di tutupi dengan emosinya.

Abi membawa istrinya masuk ke dalam kamar, lalu mengunci pintunya.

Tangan Abi masih menggenggam pergelangan tangan Adel, Abi mendorong pelan tubuh istrinya ke tembok lalu meletakkan kedua tangan Adel ke belakang.

Adel yang semula memberontak, langsung terdiam karena saat ini mereka tengah bertatapan dengan menyisakan jarak satu senti saja.

“Apa maumu? Kamu ingin menjadikan aku budakmu? Setelah dengan Istri pertamamu lalu bersamaku! Ck ... aku tak sudi hidup dengan pecundang sepertimu! Aku juga tak mau jadi Istri kedua!” ucap Adel lagi tanpa takut mengatakan itu, walaupun dirinya saat ini tengah terancam.

“Sudah bicaranya? Sudah puas memakiku? Kalau belum, puaskan sekarang!” tantang Abi, sukses membuat Adel terdiam.

Mata Abi tertuju pada bibir ranum Adel yang begitu menggoda. Namun, netranya kembali lagi pada mata Adel.

“Kenapa diam? Sudah puas!” tanya Abi.

“Tidak! Apa maumu? Apa kamu sengaja menikahiku dan ingin mengambil alih nama perusahaan Papa?” tanya Adel.

Abi tak habis pikir, bagaimana bisa Adel berpikir sejauh itu. Padahal dirinya sama sekali tak punya niat jahat, apalagi ingin mengambil alih perusahaan.

“Banyak bicara!” Abi langsung menyatukan bibir mereka dan me*u*tnya dengan kasar, sehingga Adel kesulitan bernapas.

“Hppzzz.”

Adel memberontak, berusaha menghindar dari Abi, Suaminya.

Namun, ternyata tenaga Abi lebih kuat darinya. Akibat luma*an kasar siangnya membuat bibir Adel sedikit mengeluarkan darah.

Abi langsung berhenti melihat darah segar keluar, seketika dirinya langsung panik dan merasa sangat bersalah.

“Sayang, maafkan aku. Aku tak bermaksud melukaimu,” tutur Abi mengusap darah di bibir istrinya.

Adel langsung murka dan mendorong tubuh suaminya.

Dengan langkah cepat Adel ke kamar mandi, untuk membersihkan darah tersebut.

Abi tak tinggal diam, ia juga langsung melangkah keluar mencari kotak obat.

Setelah selesai Adel langsung keluar dari kamar mandi, berharap Abi keluar dari kamar tersebut dan dirinya berkesempatan pergi dari rumah tersebut.

Namun ternyata salah, memang Abi keluar dari kamar tersebut. Akan tetapi, ia kembali lagi sambil menenteng kotak obat di tangannya tak lupa ia mengunci pintu kembali dan meletakkan kunci tersebut ke dalam saku celananya.

“Apakah sangat sakit? Maafkan aku,” tutur Abi mendekati istrinya yang tengah berdiri, terlihat jelas jika Abi sangat khawatir.

Padahal luka tersebut tak terlalu besar, namun Abi terlihat begitu panik.

“Jangan mendekat atau menyentuhku lagi! Kamu akan menyesal!” tunjuk Adel saat melihat Abi mendekatinya lagi.

Langkah Abi langsung terhenti mendengarnya, menatap istrinya yang terlihat begitu murka kepadanya.

Abi seakan tak peduli lagi dengan kemarahan istrinya, yang terpenting baginya saat ini adalah menghalangi istrinya agar tak pergi dari rumah.

***

Terpopuler

Comments

Anastassya

Anastassya

Thor semangat. suka ceritanya

2023-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!