Tengah malam, Abi duduk di balkon sembari melihat lampu pedesaan dan merasakan sejuknya angin malam di pedesaan.
Ayu datang menghampirinya dengan membawa satu gelas teh hangat, lalu meletakkannya di meja.
Ayu ikut duduk di samping Abi, lalu membaringkan kepalanya di kedua paha Abi.
“Aa, sepertinya Aa banyak pikiran. Sejak datang, Aa banyak diam. Apa ada sesuatu yang Aa pikirkan?” tanya Ayu dengan lembut menatap wajah Abi.
Abi menggelengkan kepalanya.
“Ayu tahu, Aa pasti masih belum terbiasa dengan pernikahan ini. Tapi, mau bagaimana lagi, aku sangat mencintai Aa Abi,” ujarnya dalam hati.
Pernikahan Ayu dan Abi bukanlah kemauan Abi sendiri, bahkan dirinya hingga saat ini masih belum mencintai istrinya tersebut.
Namun, karena Ayu yang sangat mencintai Abi, takut akan kehilangan Abi untuk selamanya. Apalagi, godaan wanita di kota, membuat Ayu mendesak kedua orang tuanya untuk menikahkan dirinya dengan Abi.
Abi sebenarnya menolak perjodohan tersebut, karena dirinya sudah menganggap Ayu seperti adiknya sendiri. Sebab, Abi begitu dekat dengan orang tua Ayu.
Namun, Ayu mengancam akan bunuh diri jika Abi tidak mau menjadi suaminya. Sehingga membuat orang tuanya memohon kepada Abi untuk mau menikah dengan putrinya, karena hanya Ayu putri mereka satu-satunya.
Pernikahan mereka sudah menginjak dua tahun, akan tetapi selama itu juga Abi belum menyentuh istrinya tersebut dengan alasan dirinya belum siap dan masih menganggap Ayu seperti adiknya.
“Bagaimana ngajarnya Neng?” tanya Abi berusaha bersikap romantis.
Karena Ayu adalah seorang guru honorer di desa tersebut.
“Baik, lancar semuanya.”
Sebenarnya tidak ada yang kurang dari Ayu, dia wanita pintar, cantik bahkan tutur katanya sangat lembut.
Akan tetapi, Abi sendiri masih belum bisa membuka pintu hatinya untuk istrinya, Ayu.
Padahal mereka sudah cukup lama bersama, tapi entah kenapa tidak ada perasaan cinta sedikitpun di hatinya. Mungkin karena selalu bersama sejak kecil, bahkan dirinya sudah menganggap Ayu seperti adiknya sendiri, sangat mustahil baginya mencintai adiknya sendiri.
“Aa mimpi apa tadi? Ayu dengar, Aa menyebut nama Adel sebanyak dua kali. Siapa dia? Teman Aa ya,” tebaknya dengan lembut, walaupun di hatinya terselip rasa cemburu yang amat dalam.
Deg!
Abi langsung mematung mendengarnya, pasalnya memang dirinya sedang memimpikan Adel saat dirinya tertidur sore tadi.
“Iya, Adel anak bos Aa,” sahutnya berusaha tidak gugup.
“Oh, pasti dia sangat cantik. Apa dia sudah menikah, A? Sepertinya Aa dan Adel terlihat dekat, sehingga Aa menyebutnya dalam keadaan tertidur.”
“Dia sudah menikah Neng. Jangan berpikir buruk, aku bekerja disana bukan mencari wanita lain!” sahut Abi terlihat kesal dengan pertanyaan istrinya barusan.
“Maaf, Aa”
Hening sejenak, Ayu mengangkat kepalanya lalu duduk bersandar di bahu kursi.
Abi terlihat menikmati teh yang dibuatkan oleh Ayu untuknya.
“Aa, beberapa hari yang lalu Ayu piknik bersama guru yang lainnya. Tapi, ada satu yang julid dan mengatakan jika Ayu mandul.”
Abi hanya mendengar keluh istrinya tersebut, bahkan menghela napas berat karena mengerti apa yang di ucapkan oleh Ayu barusan.
“Lalu, Neng jawab apa?” tanyanya tanpa menoleh.
Terdengar helaan napas berat Ayu.
“Ayu jawab apa, karena memang Ayu belum hamil hingga sekarang. Mana mungkin Ayu mengatakan jika kita belum pernah melakukannya hingga sekarang!” sindir Ayu pada suaminya.
Abi tak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa diam mendengar keluh kesah istrinya, karena memang dirinya belum pernah menyentuh istrinya walaupun mereka tidur di ranjang yang sama bahkan tidur saling berpelukan.
Pernah suatu hari dirinya memaksa hasratnya untuk menyentuh Ayu, karena memang Ayu sendiri yang memintanya.
Namun, dirinya malah tak bisa membangkitkan hasrat tersebut. Karena melihat wajah Ayu, sama seperti dirinya telah melecehkan adiknya. Hingga membuat dirinya mengurungkan niatnya untuk menyentuh Ayu kembali, hingga saat ini.
“Aa,” panggil Ayu dengan suara mendayu, kesan menggoda suaminya tersebut.
Ayu bahkan perlahan menyentuh bahu suaminya, berusaha menggoda suaminya tersebut. Karena Ayu melihat obat yang ia berikan di minuman Abi mulai beraksi, semua itu ia dapatkan memalui penjual online.
Karena hanya dengan cara itu, Abi dan dirinya bisa melakukan hubungan suami istri yang sah.
“Aa, Ayu adalah Istri sah mu. Sekali saja sentuh Ayu, karena aku ingin membuktikan pada mereka semua jika Ayu tidak mandul,” ucapnya dengan lembut, sembari menelusuri leher suaminya dengan bibirnya.
“Neng, kamu harus jujur. Apa yang kamu masukkan ke dalam minuman Aa?!” tanya Abi.
Terlihat dari wajah Abi, ia seperti menahan sesuatu di bawah sana hingga wajahnya terlihat memerah, bahkan ia merasakan hawa panas tampak Abi mengeluarkan begitu banyak keringat.
Bukannya menjawab, Ayu malah duduk di pangkuan suaminya dengan mengalungkan tangannya di leher Abi.
Ayu tersenyum sinis, karena dirinya telah berhasil membuat Abi meminum obat tersebut.
“Jawab, Ayu!” sentak Abi dengan mata yang memerah, berusaha melepaskan tangan Ayu.
“Maafkan, Ayu. Semua itu Ayu lakukan, karena aku sudah lama untuk menunggunya. Aa selalu menolak, jika aku sedang menginginkannya.”
Ayu melepaskan tangannya dari leher Abi, lalu melepaskan kardigan yang ia pakai.
Ayu melemparnya ke sembarang arah, Ayu memperlihatkan lekuk tubuhnya karena dirinya hanya memakai lingeri saja.
“Aa, sekali saja.” Dengan wajah yang memelas memperlihatkan belahan dadanya di depan wajah Abi.
Ayu mendekatkan bibirnya dengan bibir suaminya, perlahan ingin menyatukannya bibir mereka akan tetapi Abi langsung mengalihkan pandangannya.
Bukannya bernafsu menatap istrinya, dirinya malah menatap jijik.
“Aa, aku Istri sahmu. Bukan adikmu yang dulu,” ucap Ayu dengan suara lembut menggapit kedua pipi Abi agar kembali menatapnya.
Abi menghela napas berat, ia mencoba menahan sesuatu di bawah sana. Ayu kini masih berusaha merayu suaminya, lalu tanpa ragu menyatukan bibir mereka kembali.
Di tengah itu, Abi malah membayangkan wajah Adel istrinya hingga dirinya langsung melepaskan dan mendorong sedikit tubuh Ayu.
“Maaf, aku tidak bisa.” Lalu beranjak dari tempat duduknya.
Ayu terlihat murka, dirinya cukup sabar menunggu hingga detik ini. Namun, Abi tak meliriknya sama sekali.
“Aa, Ayu sudah cukup sabar menunggu hingga dua tahun lamanya! Apa begini sikap Suami terhadap Istrinya?! Apa Aa mempunyai wanita murahan di kota?!” geram Ayu, karena yang ada dipikirannya saat ini adalah Abi telah mempunyai wanita bayaran di kota.
“Jaga bicaramu, Ayu! Aa tidak pernah membeli wanita di luar sana!” seru Abi tidak setuju dengan tuduhan istrinya tersebut.
“Hiks ... Aa pasti berbohong!” sentaknya dengan bersamaan dengan air mata yang mengalir.
“Iya, aku memang mempunyai wanita di kota! Apa yang kamu pikirkan itu memang benar adanya, itu yang ingin kamu dengarkan? Sekarang terserah padamu, mau percaya atau tidak. Selalu saja menuduhku, seolah Aa melakukan hal buruk! Aku bekerja, untuk mencukupi semua kebutuhanmu!” balas Abi yang mulai tak bisa mengontrol emosinya.
Ayu terduduk lemas di lantai, dengan isak tangis serta air mata yang tak henti-hentinya mengalir.
Bukannya kasihan terhadap istrinya, Abi malah meninggalkan Ayu yang tengah terisak. Ia mengemasi kembali semua pakaiannya.
Melihat Abi mengemasi pakaiannya, Ayu langsung beranjak dari tempat duduknya berusaha menahan suaminya agar tak pergi.
“Aa, jangan pergi. Ayu minta maaf, Aa. Jangan tinggalin Ayu, jangan pergi!” ucapnya berusaha menahan tangan suaminya.
Abi tak menghiraukan ucapan istrinya tersebut, ia sibuk mengemasi pakaiannya lalu setelah itu meninggalkan Ayu tanpa peduli lagi dengan panggilan istrinya yang berusaha menahannya dirinya agar tak pergi dari rumah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
.
bagus ayu, jangan jadi wanita lemah. suamimu sudah menikah lagi tahu
2023-06-21
0
Nenek nenek
Astaga, gak terlalu setuju dengan sikapnya Abi
2023-06-20
0