Abi mengusap wajahnya dengan kasar.
Arrgghh!
Ia setengah berlari mengejar istrinya, karena tak mungkin ia membiarkan Ayu pergi sendirian.
Namun, setibanya lantai dasar Abi tak menemukan istrinya. Bahkan berlari hingga ke tepi jalanan, ia sama sekali tak menemukan Ayu disana.
“Kemana dia? Cepat sekali perginya,” gumamnya dengan napas yang masih turun naik.
Karena tak menemukan istrinya, Abi bertanya pada pos security yang berjaga di siang ini.
“Pak, apa melihat perempuan berambut panjang keluar dari apartemen ini?” tanyanya.
Pria tersebut tampak berpikir, lalu mengangguk
“Saya melihat wanita yang baru keluar dari sini dan di jemput oleh seorang pria menaiki mobil. Tapi, aku kurang tahu apa wanita itu yang di cari oleh Pak Abi,” sahut security tersebut.
Abi mengernyit heran, setelah mendengar sebuah mobil menjemput istrinya.
Setelah mengucapkan terima kasih, Abi langsung bergegas masuk kembali. Ia ingin mengambil semua peralatan termasuk kunci mobil dan ponselnya. Karena dirinya ingin menyusul istrinya yang lebih dulu pulang ke desanya.
Tanpa Abi ketahui jika Ayu saat ini tengah berada di kamar Adi.
***
Adi mulai merasa gerah setelah satu jam meminum air putih yang niatnya di berikan pada Ayu, akan tetapi dirinya ternyata malah ikut minum juga.
“Adi, kenapa gerah sekali ya?” tanya Ayu mengeluarkan keringat berlebihan, bahkan bajunya terlihat basah akibat keringatnya.
Sama halnya dengan Adi, akan tetapi ia berusaha menahannya.
“Aku akan menghidupkan AC ini,” ujar Adi, ia bahkan berusaha menyembunyikan sesuatu yang sudah tegang di bawah sana, agar tak terlihat oleh Ayu.
Sedangkan Ayu, karena tak tahan dengan hawa panas ia membuka pakaiannya hingga menyisakan tangtopnya saja, tanpa peduli dengan siapa ia berada di dalam apartemen tersebut.
Saat Adi menoleh, Adi langsung menelan salivanya dengan kasar karena melihat lekuk tubuh bahkan bahu yang putih mulus.
Adi seperti tak tahan lagi menahannya, sama halnya dengan Ayu yang seperti berhasrat ingin melakukannya yang selama ini Abi tak pernah di berikan oleh Abi, suaminya.
Ayu berdiri hendak ke kamar mandi, ia berniat ingin berendam karena tak kuasa menahan hawa panas di tubuhnya.
Namun, dari belakang Adi langsung memeluknya. Tak tahan lagi ingin menuntaskan hasratnya, apalagi melihat lekuk tubuh Ayu yang menggoda.
“Mau kemana kamu?” tanya Adi memeluknya dari belakang, bibirnya langsung menempel di leher putih itu.
Ayu terlihat sedikit terkejut, ia berusaha melepaskan dekapan Adi.
“Mau apa kamu? Lepaskan!” sentaknya.
Bukannya takut dengan bentakan Ayu, Adi malah mempererat dekapannya dengan bibir yang tak berhenti mengecup belakang leher Ayu.
“Lepaskan Adi! Apa yang kamu lakukan?!” sentaknya.
“Jangan sok jual mahal! Aku tahu, kamu juga pasti menginginkan ini, bukan?” bisik Ayu.
Adi membalikkan tubuh Ayu agar menghadap ke arahnya, Adi menatap belahan di hadapannya tersebut dengan tatapan sayunya.
“Ayu, aku tahu. Kita sama-sama menginginkannya, mari kita bersenang-senang. Lupakan masalahmu sejenak,” ucap Adi lagi.
Cuih!
Ayu terlihat jijik mendengarnya, ia berusaha melepaskan diri dari Adi.
“Beraninya kamu!” geram Adi karena Ayu sangat berani meludahi wajahnya.
“Aw ... sakit!” Ayu mengaduh kesakitan, karena tangan Adi langsung mencengkeram tangan Ayu dengan kuat.
Adi menarik tangan tersebut, lalu mendekap tubuh Ayu kembali. Ia langsung menyatukan bibir mereka dan memberi gigitan kita di bibir Ayu.
Terlihat jelas Ayu kesakitan, bahkan Adi kembali memberi lu*atan kasar. Namun, lama kelamaan menjadi lembut, bahkan Ayu juga membalasnya.
Karena pengaruh obat yang di berikan Adi, bahkan dirinya juga meminum pil yang di larutkan di air putih tersebut bahkan dalam dosis tinggi.
Membuat keduanya sama-sama tak bisa lagi mengendalikan hasrat keinginan mereka berdua yang ingin melakukannya.
Tanpa melepaskan bibir tersebut, Adi membawa Ayu masuk dalam kamar dengan tangan lihai menanggalkan semua pakaiannya.
Niat jahatnya ingin Ayu yang memulai duduk, akan tetapi dirinya malah terjebak dalam perangkapnya sendiri, bahkan tak bisa menahannya lagi untuk menyentuh Ayu.
Mereka berdua memulai pertempuran panas tersebut, sempat ada kendala karena Ayu merasa kesakitan karena ini untuk pertama kalinya baginya, di tambah lagi Adi sedikit kasar.
Namun, pertemuan itu kembali di lanjutkan tanpa hambatan apapun lagi. Kini mereka berdua menikmati pertempuran panas di siang hari, tanpa ikatan.
Beberapa jam kemudian, keduanya tertidur setelah karena kelelahan.
Adi lebih dulu bangun, ia melihat ke arah sampingnya, Ayu tampak masih tertidur pulas terbungkus dengan selimut tebal.
Adi melihat bercak darah di alas tempat tidur, raut wajah yang menyesal tampak di wajah Adi.
Ia segera beranjak dari tempat tidur, melangkah ke kamar mandi.
Adi mengguyur tubuhnya di bawah guyuran air shower.
“Sialan! Dia masih suci! Arghh ... bagaimana bisa?!” umpatnya.
Adi bahkan mengingat jelas, ia sangat kasar merobek kehormatan Ayu membuat sang pemilik menangis kesakitan.
“Ck ... jadi mereka belum pernah melakukannya! Astaga!” Adi mengutuk dirinya sendiri.
Niatnya ingin menuntaskan hasratnya tanpa ingin bertanggung jawab, bahkan tanpa mengeluarkan uang sepersen pun.
Namun, dirinya malah termakan dengan jebakannya sendiri.
“Bagaimana jika dia hamil nanti?” gumamnya dalam hati.
Adi berpikir keras, karena jika Ayu hamil sudah di pastikan itu adalah darah dagingnya, tak mungkin anak dari Abi sedangkan dirinya sendiri yang merenggut kesucian Ayu dengan paksa.
Sementara di kamar, Ayu mulai mengerjapkan kedua matanya. Masih terasa sakit dan perih di pangkal kedua pahanya.
“Sshh ... perih sekali!” gumamnya berdesis merasa kesakitan.
Netranya tak sengaja tertuju pada bercak darah di alas kasur, karena alas tersebut berwarna putih hingga terlihat begitu jelas.
Hiks ... hiks ... hiks ....
“Aku wanita kotor!” menutup wajahnya langsung menangis histeris.
Ayu pikir apa yang telah ia lakukan adalah hanyalah mimpi, akan tetapi semua itu ternyata benar-benar nyata saat melihat bercak tersebut bahkan terdapat tanda merah di beberapa titik di tubuhnya.
Setelah puas menangis, Ayu tak sengaja mendengar suara percikan air dari arah kamar mandi.
Dengan cepat mengisap air matanya, lalu mengambil perlahan mengambil pakaiannya yang tergeletak di mana -mana.
Ayu tampak terburu-buru mengenakan pakaian, agar dirinya sudah pergi saat Adi keluar dari kamar mandi.
Saat di depan pintu, Ayu tampak kesusahan membuka kode pintu. Karena sebelumnya sengaja di ganti oleh Adi, agar Ayu tak kabur darinya saat hendak menjalankan misinya.
“Kenapa tidak bisa di buka?!” gumam Ayu, bahkan menarik kenop pintu berulang kali, berharap pintu itu segera terbuka.
“Hiks ... cepatlah, please buka pintunya,” gumamnya dengan suara bergetar menahan tangis.
Akan tetapi, pintu itu tak kunjung terbuka membuatnya Ayu pasrah dan terduduk bersandar di pintu.
Ayu kembali menangis, karena dirinya terjebak di dalam apartemen bersama pria yang telah tega merenggut kehormatannya.
“Kenapa? Apa pintunya tak bisa kamu buka?” tanya Adi dengan handuk yang masih melilit di pinggangnya.
Ayu langsung terdiam Isak tangisnya, kini dengan di ganti dengan ketakutan.
Rupanya, setelah Adi keluar dari kamar mandi melihat Ayu sudah tak berada di tempat tidur, hingga belum sempat mengenakan pakaian karena mencari keberadaan Ayu.
Adi mendekat, Ayu meringkuk ketakutan dengan badan yang gemetar.
Adi menatapnya sejenak, lalu menekan kode pintu.
Ceklek
Pintu terbuka, membuat Ayu mengernyit heran.
“Keluarlah! Anggap saja tidak ada terjadi sesuatu di antara kita!” ucapnya dengan wajah dingin dan datar.
Deg!
Entah kenapa mendengar ucapan Adi barusan, membuat Ayu semakin sedih. Bukannya meminta maaf atas perbuatannya pada Ayu, Adi malah mengatakan hal yang sangat menyakitkan.
Ayu tak menyia-nyiakan kesempatan untuk pergi, tanpa menoleh lagi ke arah Adi yang tengah menatap punggung yang perlahan menghilang.
Adi menghela napas kasar, tampak jelas raut penyesalan di wajahnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
citra sari
Gak tega aku thor bacanya, menyedihkan memang nasib ayu
2023-07-06
0