Episode 09

Setelah kejadian pagi tadi, Ayu melakukan rutinitasnya seperti biasa. Yaitu, mengajar karena profesinya adalah seorang guru.

Di jam istirahat, Ayu duduk termenung di kelas tanpa melakukan aktivitas apapun.

“Ayu, tumben di kelas? Kita makan siang yuk,” ajak salah satu rekan guru yang lainnya, karena ia melihat Ayu yang tak seperti biasanya.

Ayu terlihat terkejut.

“Hah ... iya Mbak Yani.”

“Ayo, kita ke kantin,” ajaknya.

Ayu terpaksa mengangguk, karena dirinya tak bisa menolak ajakan wanita tersebut karena selain ngajar di tempat yang sama, mereka juga berteman baik.

Setiba di kantin, temannya memesan makanan untuk dirinya dan Ayu. Yani mengernyit heran, melihat wajah Ayu tampak murung tak seperti biasanya.

“Ayu, maaf jika aku lancang. Aku melihat Suamimu pergi pagi sekali, bukankah kamu mengatakan jika Abi cuti. Lalu kemana dia?” tanya Yani penasaran.

Ayu menunduk lalu menghela napas kasar.

“Entahlah, Aa terlihat jauh berbeda. Semalam saja Aa berani membentakku, selama dua tahun bersama itu untuk pertama kalinya aku melihat Aa Abi terlihat begitu marah.”

Yani mengusap bahu Ayu pelan, memberinya semangat.

“Entah apa yang membuatnya berubah,” tambahnya lagi.

Yani begitu kasihan melihat sahabatnya tersebut.

“Maaf nih, bukannya aku berpikir buruk. Sebaiknya kamu menyusul saja ke kota, aku takut jika Abi mempunyai kekasih di kota. Setidaknya kamu harus memastikannya terlebih dahulu, agar pikiran dan hatimu bisa tenang,” usul Yani.

Ayu tampak berpikir, lalu menatap Yani sejenak.

“Aku takut jika Aa marah lagi,” ucapnya.

“Kenapa dia marah? Seharusnya Abi senang dengan kedatanganmu ke kota, sekaligus memperbaiki hubungan kalian sekarang,” usul Yani lagi.

Karena Yani adalah teman curhatnya, sehingga Yani sangat tahu apa yang terjadi pada rumah tangga Ayu saat ini.

“Iya, kamu benar. Sepertinya, aku akan ke kota besok. Apa kamu bisa membantuku?” tanya Ayu.

“Kamu tak perlu cemas, semua urusan di sekolah aku akan mengurusnya. Yang terpenting, selamatkan rumah tanggamu saat ini. Aku tidak bisa melihatmu terus menerus bersedih seperti ini,” ucap Yani lagi.

Ayu terlihat terharu mendengar tutur Yani, tak menyangka jika dirinya mempunyai sahabat sebaik Yani.

***

Hingga sore hari, Abi tak mendapati istrinya pulang.

Sebelumnya ia mencoba menghubungi Adel, akan tetapi ponsel Adel ternyata tertinggal di meja.

Abi juga bingung harus mencari kemana keberadaan istrinya, pasalnya dirinya tak mempunyai nomor temannya.

Ceklek ...

Pintu langsung terbuka, tampak Adel tertawa lepas bersama Dina tanpa ia sadari jika Abi tengah menatapnya dengan tatapan yang tak biasa.

“Dari mana saja kamu? Jam segini baru kembali!” tanya Abi sembari melipat kedua tangannya.

Suara tawa yang terdengar nyaring, langsung terhenti bersamaan dengan langkah mereka yang berhenti.

“Mas Abi,” ucap Adel lirih.

Dina dan Adel saling menatap.

“Mm ... Adel, sepertinya aku harus pergi. Karena Suamimu sudah kembali, jadi aku harus pulang juga.”

Adel menatap Dina, ia meminta bantuan untuk menjelaskan kepada suaminya.

“Mas Abi sudah kembali. Bukankah cutinya masih sisa empat hari lagi?” tanya Adel memberanikan diri untuk duduk di samping suaminya.

“Apa sejak kemarin kamu keluyuran? Apa ini alasanmu tidak mau ke rumah Mama?!”

Adel menggelengkan kepalanya dengan cepat, Karen apa yang di tuduh suaminya memang tidak benar.

“Seharusnya aku yang marah padamu, kenapa sejak kemarin tak menghubungiku? Seolah kamu bertemu dengan Istrimu saja disana, hingga melupakan aku disini!” ketus Adel mengalihkan pembicaraan Abi.

“Apa kamu bertemu dengan kekasihmu di desa?” tanya Adel asal.

Niatnya hanya bercanda dan sekaligus mengalihkan tatapan Abi yang menatapnya terlalu tajam.

Deg!

Pertanyaan Adel membuat Abi langsung terdiam, karena tebakan Adel memang benar adanya.

Abi bingung harus menjelaskan bagaimana, jika suatu saat Adel mengetahui kebenarannya. Sementara, dirinya tak siap jika harus meninggalkan Adel.

Adel tersenyum, pertanyaannya membuat Abi terdiam.

“Jangan bicara asal! Di desa tidak ada jaringan, sangat sulit untuk mengirim pesan! Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan, dari mana saja kamu?!” tanya Abi lagi.

Dengan terpaksa Adel harus mengatakan kemana saja dirinya hari ini, ia memang tidak bermain balap motor lagi. Akan tetapi, dirinya dan Dina berkumpul dengan teman-temannya yang sudah lama tak bertemu semenjak dirinya menikah.

Abi mengangguk, ia terlihat menghela napas lega karena istrinya tak kembali seperti dulu lagi.

“Bersihkan tubuhmu, setelah itu istirahatlah!” dengan suara terdengar dingin, lalu beranjak dari tempat duduknya melangkah ke kamar.

Adel mengangkat kedua bahunya, apalagi melihat wajah Abi yang terlihat tak bersemangat seperti sebelumnya.

Keesokan paginya, karena Abi masih dalam masa cuti sehingga dirinya menghabiskan waktu di rumah saja.

Seperti biasa, Abi mengajari istrinya memasak menu yang lainnya.

Ting ... Tong ....

Suara bel berbunyi, Adel dan Abi saling bertatapan sejenak.

“Siapa yang bertamu sepagi ini?” tanya Abi menatap Adel.

Adel mengangkat kedua bahunya.

“Aku akan membukanya,” tutur Adel meletakkan piring.

Namun, Abi menahannya.

“Aku saja,” sahut Abi.

Abi melangkah cepat ke arah pintu, karena tergesa-gesa ingin melihat siapa yang bertamu sepagi itu, hingga Abi tak mengintip siapa yang datang terlebih dahulu.

Ceklek ...

Pintu terbuka setengah.

“Aa,” panggil Ayu dengan memperlihatkan senyum di bibir ranumnya.

Abi langsung mematung melihat kedatangan Ayu bahkan berdiri di hadapannya saat ini.

***

Terpopuler

Comments

.

.

iya bagus ayu, labrak aja

2023-06-21

0

Nenek nenek

Nenek nenek

nah loh, istri mana yang gak curiga dengan suaminya

2023-06-20

0

Anastassya

Anastassya

haduh, si ayu benar2

2023-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!